Bab 956 Pertemuan Ibu dan Anak
Uang diberikan ke polisi korup, mereka membebaskan ayahnya sesuai komitmen.
Orang-orang Tan Yan menyambut ayahnya di Amerika, dan mengetahui lokasi ibu dari mulut ayah.
Namun setelah menemukan ibu, Tan Yan memandangnya lama dalam kesunyian.
Firasat buruknya terbukti ketika Tan Yan memberitahu bahwa kesadaran ibunya sudah tidak normal.
Awalnya dia tak mengerti, sampai Tan Yan memerintah bawahannya merekam video ibu untuknya.
Barulah dia sadar, ibu terus bicara sendiri, mulutnya tak henti berteriak——
Xiao Mo, kau mau makan apa? Mama akan masak untukmu?
Xiao Mo, jangan main petak umpet dengan Mama lagi. Mama tidak bisa menemukanmu.
Xiao Mo, Sayang. Nanti malam Mama akan bacakan cerita untuk meninabobokanmu.
Pada saat itu dia menutupi mulut, air mata bercucuran tak terkendali. "Mengapa bisa seperti ini?"
Tan Yan berkata, "Menurut penjelasan ayahmu, setelah ayahmu mengirimmu ke Amerika Serikat untuk sekolah, ibumu yang merindukanmu pergi sendiri ke Amerika mencari. Tapi entah kenapa, ibumu tidak menemuimu. Akhirnya malah menjadi gelandangan dengan gangguan jiwa. Kemudian polisi Amerika menghubungi ayahmu. Ayahmu yang menganggap ibumu sudah gila tidak menjemputnya kembali ke Tiongkok. Dia memasukkan ibumu ke rumah sakit jiwa untuk pengobatan, lalu tidak menghiraukannya lagi..."
"Ayahku berbohong! Pasti ibuku datang ke Amerika mencariku tapi dihalangi ayah, sampai akhirnya ibuku gila. Lalu ayah seenaknya membuang ibuku ke rumah sakit jiwa..." Dia menggelengkan kepala pilu, suara terisaknya tak terbendung.
Tan Yan merangkul perlahan bahunya, menghiburnya, "Kupikir kenyataannya memang begitu. Jika tidak, ibumu tidak akan sampai tidak bertemu wajahmu sama sekali di Amerika... Tapi kondisi ibumu yang seperti ini sudah menjadi fakta. Sekarang kau merana pun tidak ada gunanya."
Dia mengangkat kepala, akhirnya melepas kepedihan dan menemukan kembali sedikit logika. "Apakah sekarang kau sudah merencanakan kita untuk membawa ibu pulang ke negeri?"
Tan Yan mengangguk, "Jika tidak ada hambatan, 12 jam lagi kau bisa bertemu ibumu."
Dadanya kembali dipenuhi rasa getir. "Mengapa aku tidak menemukannya lebih cepat?"
Tan Yan mengusap lembut bahunya, menghiburnya. "Ada hal yang mungkin harus kuberi tahu dengan permintaan maaf..."
Pandangan kaburnya menatap Tan Yan. "Ya?"
Tan Yan berkata muram, "Orangku gagal mengawasi ayahmu, membiarkannya kabur..."
"Aku tahu kau sudah berusaha maksimal, tak perlu menyalahkan diri! Dia memang orang yang licik dan licik!" ujarnya menghibur.
"Aku hanya khawatir jika dia kabur, dia akan membahayakanmu!" Tan Yan mengungkapkan kekhawatiran.
"Tenang saja, mulai sekarang dia hanya akan jadi buronan. Dia takkan berani mencariku, karena dia sangat paham—jika berani datang, semua hutang lama dan baru akan kutagih sekaligus!" giginya berderak.
Tan Yan mengangguk, "Statusnya sendiri juga tak bisa terpapar cahaya. Dengan levelnya, takkan berani!"
Melihat mega senja merah menyala di balik jendela kaca, ia tersadar telah menyita waktu Tan Yan seharian penuh. "Kau pulanglah dulu, besok akan kujemput Mama di bandara sendiri."
"Kau juga istirahat di hotel. Kebetulan searah, akan kuantar ke hotel." Tan Yan menunjukkan perhatian.
Ia memang merasa lelah, mengangguk setuju.
……
Saat tiba di hotel, barulah ia sadar belum makan seharian. Membuka kulkas untuk mengambil air, namun saat pintu kulkas terbuka, tiba-tiba teringat Shan Yan...
“Hatinya secara refleks terasa pedih.”
“Benar, belum lama berselang, dia juga pernah membuka kulkas seperti ini……”
“Saat itu Shan Yan tanpa diduga muncul di belakangnya, suara penuh kasihan berkata, ‘Bukannya sudah kukatakan, kurangi minum barang dingin?’”
“Aku cuma haus.”
“Tapi jangan yang dingin. Aku akan panaskan susu untukmu, ini juga bisa bantu tidur.”
“Tapi merepotkan sekali, lagipula aku benar-benar haus……”
“Memanaskan susu hanya butuh tiga menit.”
Shan Yan meninggalkan kalimat itu lalu membawa susu ke dapur terbuka. Tiga menit kemudian, dia kembali membawa gelas susu hangat ke hadapannya.
Di bawah pengawasannya, dia dengan patuh menghabiskan seluruh isi gelas.
Dia puas. Setelah membersihkan noda susu di bibirnya, dia menunduk dan menutupi mulutnya dengan ciuman……
Memikirkan ini, dia menyandarkan diri pada kulkas, membiarkan dirinya merindukan Shan Yan.
Dia tak bisa memastikan apakah Shan Yan benar-benar telah merencanakan segalanya diam-diam seperti kata Jiang Jun, tapi dia berharap waktu bisa berlari lebih cepat. Dengan begitu proyek rahasia yang dikendalikan Lu Jing segera selesai, dan dia bisa menemui suaminya……
Namun dia sangat paham: waktu ini semakin kau panik, semakin lambat ia bergulir. Jadi mungkin masih banyak malam-malam sunyi seperti ini yang harus dijalaninya sendiri……
Tapi demi Shan Yan dan dua anak mereka, dia akan memaksa diri bangkit. Takkan membiarkan Shan Yan repot memikirkan dirinya.
Kemudian, dia menelepon pelayan hotel, meminta mereka mengantar makanan ke kamarnya.
……
Keesokan harinya.
Mengetahui Tan Yan ada rapat pagi, dia menolak tawaran Tan Yan untuk mengantarnya ke bandara, pergi sendiri ke bandara.
Berkat persiapan matang Tan Yan, dia berhasil menemui Ibunya tanpa kesulitan.
Kondisi fisik Ibu terlihat baik, namun sesuai prediksi Tan Yan, kesadarannya masih belum pulih...
Ibu sama sekali tidak bereaksi terhadap kehadirannya. Bola mata yang pernah indah itu kini membeku dan kosong, mulutnya terus mengulang-ulang "Xiao Mo"...
Dia memeluk Ibu sambil menangis tersedu-sedu. Meski berusaha membangkitkan kenangan Ibu, tak ada respons. Akhirnya dia terpaksa membawa Ibu ke hotel...
Sore harinya, Tan Yan datang.
Memandang Ibu yang duduk di sofa bagai patung, Tan Yan berkata, "Jika Anda ingin menjaga Ibu di sisi Anda, menurutku ini tidak tepat. Kondisi Ibu butuh perawatan 24 jam, sementara Anda tak mungkin menghabiskan seluruh waktu hanya untuk merawatnya..."
Dia menatap Ibu. "Aku pahami maksudmu, tapi sekarang aku tak mau memindahkan Ibu ke tempat lain, bahkan ke rumah sakit... Karena hanya bersamaku, Ibu punya kesempatan pulih kesadarannya."
Tan Yan berpura-pura merenung sejenak. "Lalu di mana kamu berencana tinggal selanjutnya?"
“Aku mau menyewa rumah, lalu mencari perawat. Saat aku tidak ada, perawat itu yang akan merawat ibuku.” Dia sudah merencanakan ini sejak lama.
Tan Yan mengangguk, “Mencari perawat tidak sulit, tapi penyakit ibumu butuh ketenangan untuk pulih. Kau yakin menyewa apartemen di pusat kota bisa membuatnya beristirahat?”
Seketika dia membeku, karena sebelumnya memang tidak mempertimbangkan hal itu.
Tan Yan mengerutkan alis, “Jika kau nekat tinggal serumah dengan ibumu, menurutku tempat Bibi Shu adalah lokasi terbaik.”
Matanya terbelalak kaget. “Kau pikir aku masih bisa tinggal di rumah Bibi Shu?”
“Bibi Shu selalu menyayangimu dan senang jika kau tinggal di sana. Aku yakin dia takkan keberatan... Lagipula, ibumu bisa menemani Bibi Shu.”
“Tapi Mu Yifeng...”
“Apa yang kau khawatirkan?”
