Bab 972 Kebenaran di Balik Layar (1)
Jika dugaan Jiang Jun benar, mungkinkah pertemuan takdir antara Ji Sixi dan Shan Yan juga merupakan hasil manipulasi Lu Jingzhi dari belakang?
Untuk memisahkan dia dengan Shan Yan, Lu Jingzhi menyuruh Ji Sixi menempel erat pada Shan Yan sambil terus memfasilitasi situasi di pihaknya...
Ya, semua hal yang tak dipahaminya selama ini, kini tiba-tiba menjadi jelas.
Tapi bagaimana mungkin orang yang selalu memperhatikannya di sini adalah Lu Jingzhi?
Dia hampir persis sama dengan Tan Yan, bahkan nada suaranya mirip. Jika Qingyou tak memberitahunya bahwa "Tan Yan" bertingkah aneh, mungkin dia takkan pernah menyadari ini adalah dua orang berbeda...
Dia benar-benar terkejut, ini sungguh di luar dugaan...
Sekarang apa yang harus dia lakukan?
Jejak Tan Yan masih dalam penyelidikan Jiang Jun. Haruskah dia memberitahu status Lu Jingzhi kepada Shan Yan saat ini?
“Harus diketahui, jika Ji Sixi benar-benar dikirim Lu Jingzhi ke sisi Shan Yan, maka perasaan Ji Sixi terhadap Shan Yan patut dipertimbangkan. Saat ini, dia memberitahu Shan Yan tentang status Lu Jingzhi, mungkin bisa membongkar Ji Sixi, tapi...”
Apakah dia perlu berkomunikasi dengan Shan Yan?
Melihat tatapan penuh kasih Ji Sixi pada Shan Yan, terlihat perasaan Ji Sixi terhadapnya tulus. Bahkan jika awalnya diutus oleh Lu Jingzhi, jika sekarang Shan Yan mencintai Ji Sixi, maka mereka saling mencintai dengan sejati...
Lalu, apa artinya dia menghubungi Shan Yan untuk memberitahu fakta-fakta ini?
Bisa jadi malah akan dianggap merusak hubungan mereka...
Memikirkan ini, dia tak tahan menghela napas panjang...
Lemas bersandar di sofa, memandang jendela kaca besar itu, kembali teringat gambar saat mereka berpelukan mesra di depan jendela kaca hotel Madrid...
Dia menundukkan kelopak mata dengan kecewa, hati dipenuhi kepanikan dan kebingungan.
Dering ponsel tiba-tiba mengguncang keheningan malam di dalam ruangan.
Dia meraih ponsel di sampingnya. Saat melihat nomor asing terpampang di layar, firasat buruk sudah muncul di relung hati tentang siapa ini...
Karenanya, dia ragu lama sebelum akhirnya mengangkat telepon.
"Aku yakin kau sudah tahu siapa aku saat ini."
Masih terdengar suara "Tan Yan" yang familiar, tapi aura tubuh dan nada sombong dalam suaranya sudah bukan Tan Yan yang dikenalnya.
“Katakan padaku, di mana Tan Yan sekarang?” Pertanyaan yang paling dikhawatirkannya saat ini adalah ini.
“Kau tak perlu khawatir tentang Tan Yan. Ia dan aku adalah saudara kandung, mana mungkin aku menyusahkannya? Ia akan segera kembali ke sisi Qin Qian, ke tengah keluarga Tan.” Suara Lu Jingzhi terdengar datar.
Setelah mendengar Tan Yan baik-baik saja, dia menghela napas lega. Ya ampun, sejak mengetahui Tan Yan yang di hadapannya selama ini adalah palsu, hatinya seolah tergantung di tenggorokan. “Apa sebenarnya yang kau inginkan?” tanyanya dengan nada penuh kemarahan.
“Apa yang kuinginkan bukankah sudah sangat kaupahami?” Lu Jingzhi membalas bertanya.
Dia kesal mencubit keningnya sendiri. “Aku dan kau tak pernah saling mengenal...”
“Kau yakin tak pernah saling mengenal?” Lu Jingzhi kembali menyergap dengan pertanyaan balik.
Dengan lemas ia menyandar di sofa, matanya terpaku pada langit-langit. “Siapa sebenarnya dirimu?”
Lu Jingzhi terdiam beberapa detik, lalu berkata perlahan, “Ingatkah saat kita duduk semeja? Suatu kali aku tertidur di kelas, guru melemparkan kapur padaku. Saat itu kaubela aku dengan menegur guru, katanya tak boleh begitu karena aku bukan malas, melainkan sudah menguasai materinya...”
Mendengar ini, seketika ia bangkit gemetar dari sofa, matanya terbelalak. “Bagaimana mungkin kau tahu hal ini?” Ini seharusnya kenangan antara dia dan Tan Yan!!!
“Karena yang duduk di sampingmu saat itu bukan Tan Yan... Atau lebih tepatnya, teman sekelasmu selama enam tahun SD tak pernah Tan Yan, melainkan aku.” Demikian kata Lu Jingzhi.
Dia lama terkejut, berkata terbata-bata, "Bagaimana mungkin ini? Bagaimana mungkin..."
"Atau kau coba pikir dengan cara berbeda... Tan Yan yang teman SD-mu adalah pria arogan, sedangkan Tan Yan yang kau temui kemudian adalah sosok pendiam. Jadi apa kau yakin mereka orang yang sama?"
Dalam pikirannya muncul kenangan masa kecil saat berinteraksi dengan Tan Yan...
Meski kini hanya tersisa sedikit gambar dalam ingatan, dalam kesannya selama ini Tan Yan memang pria flamboyan, bebas dan arogan...
Maka saat bertemu kembali dengan Tan Yan yang pendiam dan tak suka bicara, dia sangat terkejut... Tapi tak pernah curiga, toh mereka sudah lama tak jumpa, wajar bila ada perubahan.
Ternyata Tan Yan yang ditemuinya kemudian BUKANLAH teman sekelasnya dulu...
"Mengapa bisa begini?" Dia gelengkan kepala bingung. "Aku ingat jelas mobil Keluarga Qin setiap hari mengantar Tan Yan ke sekolah. Lalu bagaimana mungkin yang duduk di sebelahku adalah kau?"
Suara tenang Lu Jingzhi terdengar, "Memang benar Tan Yan setiap hari datang ke sekolah untuk kelas saat itu, tapi tak ada yang tahu bahwa begitu tiba di sekolah, Tan Yan akan bertukar identitas denganku di tempat yang tak terlihat orang. Maka aku yang menggantikan identitas Tan Yan untuk masuk ke kelas, sementara Tan Yan akan belajar mandiri di apartemen yang disewanya dekat sekolah. Saat jam pelajaran berakhir, kami kembali bertukar di tempat tersembunyi... Dia penyuka ketenangan, jadi selama enam tahun pertukaran identitas itu, kami berdua merasa nyaman..."
Perempuan itu tak berani percaya, kenyataannya benar seperti dugaan Jiang Jun—Lu Jingzhi-lah teman sekelas SD-nya yang sesungguhnya...
Tapi, mengapa Tan Yan bertukar identitas dengan Lu Jingzhi?
Lu Jingzhi telah menebak keraguan dalam hatinya, lalu melanjutkan, "Pasangan suami istri Jerman yang mengadopsiku awalnya ingin membawaku kembali ke Jerman. Tak disangka mereka tiba-tiba bangkrut, sampai tak punya tempat tinggal. Akhirnya aku tak bisa sekolah dan hidup berpindah-pindah bersama mereka... Mungkin Tuhan menghendaki pertemuan kami bersaudara. Saat itu, aku begitu lapar sampai nekat merebut makanan dari tangan anak orang kaya yang baru turun mobil dengan sarapan mewah. Aku seperti orang gila, tapi langsung ditangkap bodyguard-nya... Kukira akan mati, tapi ternyata wajahku persis sama dengan si anak kaya itu. Dia pun menyadari kemiripan kami... Dia memerintahkan bodyguard-nya melepaskanku dan menyegel rahasia kejadian hari itu... Setelah berbicara, kami tahu sama-sama diadopsi dari panti asuhan. Saat itulah kami menyadari ikatan darah kami... Kemudian, Tan Yan bertukar identitas denganku di sekolah elit agar aku bisa belajar. Setiap hari aku masuk kelas, lalu menceritakan pelajaran padanya sepulang sekolah. Sedangkan dia belajar mandiri di luar dengan bimbingan tutor pribadi... Berkat itu, prestasi akademisnya tetap terjaga."
Rupanya begini cara mereka bertukar identitas. Pantas saja tak ada yang menyadarinya...
