Bab 985Takkan Lagi Berpisah(2)
Perempuan itu bersuara, "Jadi kemudian kau juga menebak bahwa Tan Yan asli mungkin dikurungin oleh Lu Jingzhi, sementara Lu Jingzhi menggantikan identitas Tan Yan hanya untuk mendekatiku dan memilikiku."
Shan Yan mengeratkan pelukannya, seolah sangat khawatir kehilangannya. Dengan dahi menempel pada dahi perempuan itu, ia berbisik penuh kasih, "Takkan ada yang bisa merebutmu dari pangkuanku. Meski lawannya kuat, aku takkan izinkan diri kalah... Maka, kumulai rencanaku."
"Lu Jingzhi benar-benar dahsyat?" Baik dari Jiang Jun maupun Shan Yan sekarang, tak bisa dipungkiri kedahsyatan Lu Jingzhi yang mereka sebutkan.
Suara Shan Yan berat, "Di Jerman, dia menguasai dunia hitam-putih. Pengaruh yang menakutkan ini bahkan tak bisa kami hadapi meski Jiang Jun dan aku bersatu, karena kekuatan bawah tanahnya di luar jangkauan kami..."
“Kenapa kau tak terpikir untuk minta bantuan Guan Yumo?” tanyanya dengan ragu, “Aku tahu hubunganmu dengan Mu Ying cukup baik. Meski kau bukan kakak kandungnya, dia selalu menganggapmu sebagai kakak... Jika kau minta tolong padanya, pasti dia akan meminta Guan Yumo bertindak.”
Shan Yan mengentak perlahan dahinya dengan jari telunjuk. “Bodoh... Jerman termasuk wilayah Eropa, sedangkan seluruh kekuatan dunia gelap di Eropa adalah milik 'Dark Angel'. Artinya, kekuatan Jianghu Lu Jingzhi sebenarnya bagian dari 'Dark Angel'... Jadi, kau mau aku minta Guan Yumo menghadapi orang sendiri? Menurutmu, apakah dua pemimpin lain 'Dark Angel' akan setuju?”
Dia seketika membeku.
Benar, dia lupa bahwa kekuatan Jianghu Lu Jingzhi ada di Jerman... Jadi mustahil Guan Yumo mau membantu Shan Yan.
Shan Yan melanjutkan, “Aku tahu mencari bantuan Jiang Jun juga bukan ide bagus. Lagipula Jiang Jun tak punya kekuatan di jalanan. Jadi aku hanya bisa merencanakan diam-diam... Aku harus menemukan senjata rahasia Lu Jingzhi, lalu menghancurkannya dengan satu pukulan.”
“Jadi saat pertama kali Qingyou mengungkapkan perasaan padamu dan kau tolak, itu sebenarnya awal rencanamu...” Baru sekarang dia paham seluruh awal dan akhir peristiwa ini.
“Aku tak punya pilihan lain. Saat itu jika aku menjalin hubungan denganmu, Lu Jingzhi akan langsung bertindak... Aku tak takut berhadapan dengannya. Demimu, aku tak gentar apapun. Tapi saat itu kondisinya tak memungkinkan - penyakit Xiao Xi belum sembuh, sementara kau sedang mengandung.”
Di sini, mata Shan Yan dipenuhi rasa bersalah yang dalam. "Jika aku mengalami masalah, bagaimana Xiao Xi bisa mendapatkan pengobatan yang baik, bagaimana kau bisa melahirkan anak dengan selamat... Jadi aku terpaksa menolak perasaanmu, menenangkan Lu Jingzhi... Dan keputusan ini adalah keputusan paling memalukan dalam hidupku."
Ia seketika menggelengkan kepala, mengangkat tangan mengelus keningnya yang berkerut, penuh kasihan berkata, "Kau sama sekali tidak memalukan, ini keputusan yang paling benar... Karena saat itu jika terjadi sesuatu padamu, aku dan Xiao Xi bahkan tidak tahu akan menjadi seperti apa..."
Shan Yan menggenggam tangannya, mencium telapak tangannya dalam-dalam. "Berhadapan langsung dengan Lu Jingzhi, mengandalkan pengaruh dunia gelapnya, aku sama sekali tidak punya keunggulan... Jadi aku mulai diam-diam menyuruh orang mencari bukti pencucian uang haram Lu Jingzhi, karena aku yakin orang seperti dia yang berurusan dengan dunia gelap pasti punya sisi kelam ini."
Ia memandanginya dengan getir. "Lalu kau bercerai denganku, datang ke Kota H... Tapi kau tidak menyangka, aku akan berlari mengutarakan cinta padamu..."
Mata Shan Yan penuh kepedulian. "Aku... Aku tidak menyangka kau akan datang mengutarakan cinta, karena Su Mo yang kukenal, dengan kesombongannya, kukira takkan pernah melakukan ini... Jadi hari itu aku sangat terharu, Ya ampun betapa bahagianya aku, aku tahu akhirnya aku mendapatkan hatimu... Tapi sayang, di malam hari saat memelukmu tidur, aku justru merencanakan cara untuk menjauhkanmu..."
Memikirkan hari itu ketika ia menuduhnya telah menipunya, hatinya hingga saat ini masih terasa sakit tercengkeram. "Karena kau belum menemukan senjata rahasia Lu Jingzhi, jadi kau tak bisa bersamaku, benar?"
Shan Yan memeluknya erat. "Maaf, hingga detik ini aku masih belum bisa memaafkan diriku sendiri..."
Ia menyembunyikan wajah di dadanya, menutup rapat kedua mata, berusaha menahan air mata yang ingin jatuh.
Shan Yan membelai lembut punggungnya, dengan suara parau berkata, "Aku tahu Mu Yifeng sedang menjerumuskanmu, tapi aku harus berpura-pura dibutakan, aku harus membuatmu putus asa dan meninggalkanku... Karena hanya dengan cara ini aku punya cukup waktu untuk mengumpulkan bukti pada Lu Jingzhi."
Ia terisak, berkata tersekat, "Aku tak menyalahkanmu, sungguh tak pernah... Aku hanya terus takut akan kehilanganmu, apalagi setelah tahu kau memberikan cincin pasangan pada Ji Sixi... Aku sangat menderita, sangat menderita..."
Kepalanya tertunduk menangis, air mata mengalir deras. "Tahukah kau? Hari ini jika bukan karena Jiang Jun meneleponku mengatakan dia telah menemukan Tan Yan, aku sudah pergi dengan Lu Jingzhi..."
Dalam kegelapan malam, isak tangisnya menyebar di kamar yang sunyi, kalimat demi kalimat terputus-putus, melampiaskan semua kepedihan dan penderitaan di relung hatinya.
Dengan pilu ia berujar, "Aku benar-benar mengira kau telah jatuh cinta pada Ji Sixi, benar-benar mengira kita baru bisa bertemu tiga bulan lagi..."
"Kalimat belum selesai diucapkan," suaranya terputus tiba-tiba. Air mata jatuh menetes di punggung tangan Shan Yan, dingin membeku, jernih bagai mutiara yang jatuh dari ketinggian, bahkan hanya dia yang mendengar gemerisik pecahnya mutiara itu.
Segala penyesalan dan rasa bersalah dalam relung hati Shan Yan tersingkap. Dengan tergesa dia memeluk erat perempuan itu, dengan hati-hati mengitari pinggangnya dalam pelukan.
"Ini salahku." Shan Yan membisikkan permintaan maaf di telinganya, suaranya terdengar lembut tak terkira, "Aku gagal menghentikan air matamu, gagal memberimu hari-hari bahagia..."
Bibirnya ditutupi tangan perempuan itu yang bergetar. "Sudah... Aku tahu, saat aku menanggung semua ini, hatimu lebih sakit ribuan kali lipat..."
Mata Shan Yan memerah. "Su Mo, aku hanya ingin kau tahu... Setetes air mata yang kau tumpahkan untukku, akan berubah menjadi perhatianku yang tak terhingga... Mulai sekarang, tak setetes pun air mata akan jatuh karena aku."
Tangannya melingkari leher pria itu tanpa kendali. "Kalau begitu, bisakah kau menciumku sekarang?"
Kedua tangan Shan Yan menopang pinggangnya. "Dengan segala kegembiraan."
Tawa ringan meledak dari bibirnya, namun air mata masih mengalir deras.
Shan Yan menunduk merebut bibirnya, tak peduli pada ingus dan air mata yang basah, merengkuh kehangatan di balik kelopak bibir itu dengan dahaga.
Lengannya mengerat leher pria itu, mendongakkan kepala, bersama terhanyut dalam malam yang tak berujung...
……
“Malam ini mereka sama-sama paham, takkan pernah terpisahkan lagi. Cinta mereka takkan pernah berubah, mustahil...”
