Bab 989 Yang Dikejar Hanya Dirimu Satu (2)
Saat ini, Shan Yan mengulurkan tangan menangkupkan wajahnya, mata tenang bagai kedalaman laut, tak berkedip memandangnya. "Kutanya, untuk apa kurencanakan semua ini?"
Dia menyedot hidungnya, berusaha mengendalikan emosi karena tahu pria itu tak suka melihatnya menangis. "Tentu demi bersamaku..."
"Lalu, bukankah tujuan kita sudah tercapai?" Shan Yan mengusap dahinya dengan ibu jari, wajah tampannya tersenyum manja.
Bibir bawahnya digigit keras, "Tapi karena kebodohanku, kubuat masalah besar untukmu. Lagipula Lu Jingzhi mungkin masih akan beraksi lagi nanti."
Shan Yan menatapnya dengan tajam, tatapannya penuh kasihan yang tak terbatas. "Su Mo, aku harap kau tahu, selama kau ada di sisiku, aku tak takut apapun yang terjadi... Satu-satunya kekhawatiranku adalah jika aku kalah dalam konfrontasi dengan Lu Jingzhi, mungkin aku akan kehilangan segalanya, dan kau harus hidup menderita bersamaku."
Dia menggelengkan kepala keras-keras, tegas berkata, "Yang kucintai adalah dirimu sendiri, bukan hartamu. Bahkan jika saat ini kau tak punya apa-apa, aku akan tetap setia di sisimu."
Mendengar itu, Shan Yan menekan punggungnya, memeluknya erat. "Dengan ucapanmu ini, apa lagi yang perlu kutakutkan?"
Dia mengulurkan tangan memeluk Shan Yan erat-erat. "Jadi, proyek 'Greenfield' sekarang menghadapi masalah besar, ya?"
"Aku akan menanganinya."
Kalimat Shan Yan ini mengungkapkan keseriusan masalah. Perlahan dia melepaskan pelukannya, memandanginya. "Katakan yang sebenarnya, skenario terburuknya apa?"
Shan Yan terdiam, akhirnya tak kuasa melawan tatapan memohonnya, berbicara pelan, "Proyek 'Greenfield' adalah investasi terpenting Grup Ximei. Semua dana likuid Ximei diinvestasikan di sana, artinya operasional selanjutnya akan bergantung pada pinjaman bank untuk proyek ini. Jika proyek terhenti, Ximei tak bisa lagi mendapatkan pinjaman bank... Skenario terburuknya mungkin kebangkrutan..."
Buru-buru dia bertanya, "Kalau Ximei bisa menghindari krisis likuiditas, apakah berarti tidak akan bangkrut?"
Shan Yan bersuara berat, “Tak mungkin bisa menghindari krisis likuiditas dana, karena terhentinya proyek 'Green Land', selain kerugian besar perusahaan sendiri, juga karena kita harus membayar ganti rugi yang sangat besar untuk proyek ini. Singkatnya, saat ini perusahaan tidak hanya merugi, tapi juga memiliki utang denda yang sangat besar...”
Dari nada suara Shan Yan, dia bisa menyimpulkan bahwa kerugian dan ganti rugi itu pasti jumlah yang tak terbayangkan. Hatinya menggantung di tenggorokan. “Apakah semua ini dikendalikan oleh Lu Jingzhi?”
Shan Yan menjawab dengan tenang, “Bahkan sebelum mengirim Ji Sixi untuk mendekatiku, Lu Jingzhi sudah merencanakan proyek ini... Jadi sebagai dalang sebenarnya di balik proyek ini, dia bisa dengan mudah menghentikannya.”
Dia terkejut oleh kelicikan dan perhitungan matang Lu Jingzhi.
Ketika Shan Yan bahkan belum mengenal nama Lu Jingzhi, pria itu sudah mulai mengerjakan proyek ini. Bagaimana mungkin Shan Yan bisa mengantisipasinya?
“Bukankah menghentikan proyek ini juga akan membuat Lu Jingzhi rugi?” tiba-tiba dia terpikir pertanyaan ini.
Shan Yan menjawab, “Tentu Lu Jingzhi juga akan mengalami kerugian besar, tapi itu bukan masalah baginya. Usahanya di Jerman cukup untuk menutupi kerugian ini, ditambah dia memiliki koneksi dunia gelap yang bisa dengan cepat menutupi kerugian melalui saluran lain...”
“Jadi Lu Jingzhi sudah merencanakan semuanya dari awal...” Dia benar-benar geram, kedua tinjunya mengepal erat. Dia tidak mengerti, mengapa harus ada orang seperti Lu Jingzhi dalam hidupnya? Bahkan sampai sekarang, dia masih merasa Lu Jingzhi hanyalah orang asing...
Shan Yan menggunakan ibu jari menyeka air mata yang tak tahu kapan mengalir di sudut matanya. "Jangan menangis, kau seperti ini membuatku menyalahkan diri karena tak bisa memberimu kehidupan stabil."
Ia segera menarik napas dalam-dalam beberapa kali, menghentikan air matanya, menatapnya dalam-dalam, berkata serius, "Shan Yan, apapun hasilnya, aku akan menemanimu menghadapinya, bahkan jika akhirnya kau tak punya apa-apa, aku akan selalu di sini bersamamu..."
Shan Yan tak tahan menunduk, menemukan bibirnya, menciumnya dengan kelembutan berulang-ulang.
Ia menyambut baiknya, napas dari hidungnya penuh dengan aura mereka berdua.
Lama kemudian, barulah ia melepaskan bibirnya, wajah tampannya tersenyum puas, perlahan membelai dahinya. "Aku tak mau menghiburmu dengan janji pasti bisa menangani ini, tapi aku takkan membiarkan siapapun merebutmu dariku, karena kau milikku."
Ia memandangnya, memikirkan kesulitan yang dihadapi Shan Yan sekarang semua karena ulahnya, hatinya begitu pedih.
Shan Yan memahami hatinya, gelengkan kepala, menghiburnya, "Yang kuinginkan seumur hidup hanyalah dirimu, jadi kehilangan apapun tak akan kusesali, asalkan kau di sini bersamaku..."
Ia tahu ini mungkin ungkapan jujur dari relung hati Shan Yan, tapi kehilangan karier pasti akan menjadi pukulan baginya, lagipula pria mana yang tak peduli dengan kariernya...
"Sebenarnya pernahkah kau berpikir, jika benar menghadapi kesulitan dana, mungkin kita bisa mencari Jiang Jun..."
Tak mau, sebelum dia selesai bicara, Shan Yan sudah menolak. "Aku pernah bilang, aku tak ingin ada hubungan sedikit pun dengan Keluarga Jiang."
Ini jelas tabu bagi Shan Yan. Ia melepaskan genggamannya dan menjauh.
Dengan nada meminta maaf, dia berkata, "Aku tidak bermaksud apa-apa, hanya merasa sayang jika kariermu harus hilang begitu saja..."
Shan Yan diam-diam mengambil sebotol anggur merah dari rak minuman di apartemen. Setelah menuangkan setengah gelas, barulah ia bicara, "Aku tahu, tapi meski kalah dari Lu Jingzhi, aku tak butuh bantuan keluarga Jiang."
Dia mengangguk, "Baik, tak akan kusebut lagi."
Setelah meneguk anggur, Shan Yan memijat keningnya. "Maaf, tadi nada bicaraku kasar... Aku hanya ingin kau paham, tak ada hubungan antara aku dan Keluarga Jiang."
Dia menghampiri dari belakang, memeluk erat tubuh Shan Yan. Pipinya menempel di punggungnya.
Kemeja putihnya terasa dingin, pertanda tubuhnya sedang kedinginan.
Pelukannya semakin erat. Dengan tulus dia berbisik, "Aku tahu di relung hatimu kau masih tersinggung karena dulu aku begitu mencintai Jiang Jun, jadi kau tak mau berurusan dengan keluarganya, tak perlu bantuannya... Tapi kuharap kau paham, Jiang Jun hanyalah orang yang lewat dalam hidupku. Seberapapun dalamnya masa lalu, dia bukan takdirku. Kita lah yang ditakdirkan bersama... Di masa depan, kita akan menua bersama, menjalani hidup sampai ujung waktu, masa depan..."
Kalimatnya belum selesai diucapkan, Shan Yan sudah meletakkan gelas arak di tangannya, memutar tubuh, lalu menunduk dan menciumnya dalam-dalam.
