Bab 1000Memiliki Kekuatan Persuasi yang Dahsyat
"Jangan kejar aku, jangan——"
Bersamaan dengan jeritan, dia terbangun dari mimpi buruk.
Secara refleks menyapu pandangan ke sekeliling, baru menyadari dirinya berada di apartemen Shan Yan.
Detak jantungnya masih berdegup ketakutan, dia mengelus dada, hingga akhirnya bisa sedikit menenangkan diri, mengusap keringat deras di dahinya, lemas bersandar di tepi ranjang.
Situasi dalam mimpi dimana Ji Sixi terus mengejarnya masih membuatnya gemetar, dia meraih selimut, membungkus tubuhnya erat-erat.
Ya, dia terlalu takut...
Dalam mimpi itu, Ji Sixi tertembak peluru di keningnya, darah mengucur deras di kepalanya, mengejar-ngejarnya sambil meminta nyawanya kembali...
Tubuhnya gemetar tak terkendali, tetap tak bisa menghilangkan rasa takut yang dibawa mimpi itu.
Tiba-tiba, dering ponsel berbunyi...
Dia kaget, butuh waktu cukup lama sebelum akhirnya mengulurkan tangan mengambil ponsel dari meja samping tempat tidur, menyadari panggilan itu dari Shan Yan.
Menarik napas dalam-dalam beberapa kali, memastikan napasnya sudah stabil, baru menekan tombol penerimaan.
"Halo..."
"Sudah sadar?"
“Ya.”
“Siang ini aku mungkin tidak bisa makan bersamamu, hari ini ada urusan yang harus diselesaikan sampai sore baru bisa pulang ke rumah.”
Dia mendengar langkah kakinya sedang berjalan, sementara sekretarisnya masih melaporkan situasi harga saham. Sepertinya saat ini ia hendak meninggalkan perusahaan dan baru akan kembali pada sore hari. “Gak apa-apa, siang nanti aku akan memasak sesuatu sendiri di rumah. Kau tak perlu khawatir.”
“Baik, kalau begitu aku tutup telepon.”
“Ya.”
Setelah mengakhiri panggilan dengan Shan Yan, dia kembali menarik napas dalam-dalam, berharap bisa benar-benar mengusir bayangan Ji Sixi yang "membalas dendam" dari kepalanya. Tapi semakin dia berusaha, gambaran dalam mimpi itu justru semakin jelas.
Menyandarkan diri di tepi ranjang, dia hanya bisa membungkus tubuhnya rapat-rapat dengan selimut. Rasa takut itu baru sedikit mereda.
Dia benar-benar tidak menyangka Lu Jingzhi akan memperlakukan Ji Sixi seperti itu. Dia tahu jika sesuatu terjadi pada Ji Sixi, seumur hidup nuraninya tidak akan tenang...
Tapi, Shan Yan tidak mengizinkannya membantu Ji Sixi!
Dia mengerti tindakan Shan Yan itu benar. Lagipula Lu Jingzhi dan Ji Sixi memang tidak pantas dikasihani. Namun ini tetap soal nyawa manusia. Dia benar-benar tak sanggup hanya diam melihat, apalagi dia tahu Ji Sixi hanyalah seorang yang malang...
Bagaimana harus kulakukan?
Dia sangat tidak ingin mengecewakan Shan Yan, tapi ini menyangkut nyawa...
Sebenarnya apa yang harus dia lakukan?
Dering ponsel kembali berbunyi, menyadarkannya dari pikiran yang tenggelam.
Dia memijat keningnya, berusaha membuat konsentrasinya lebih rileks, baru kemudian mengangkat telepon. "Qingyou."
“Kakak ipar, aku tahu Tan Yan pergi ke Kota H mencari kau, apa kau memutuskan untuk membantu Ji Sixi?” Qingyou bertanya penuh perhatian.
Dia lemas bersandar di tepi ranjang, mati-matian menjaga suara tetap stabil, "Kakakku tidak ingin aku ikut campur urusan ini, jadi..."
“Tapi...”
“Tapi apa?”
“Sudahlah, lebih baik tidak kuberitahu... Karena aku percaya keputusan kakakku benar, apalagi nasib buruk Ji Sixi ini akibat perbuatannya sendiri.” Qingyou menggigit bibirnya.
“Tapi apa? Lebih baik kau jujur padaku.” Dia menangkap nada suara Qingyou yang tak tegas, terus mengejar.
Qingyou mulai bergumam tanpa kata, “Graaah, ini...”
“Katakanlah, apakah ada hal yang masih kusembunyikan?” Dia menahan napas bertanya.
“Graaah...” Qingyou seolah bergulat dalam relung hati lama sekali, baru berkata, “Ji Sixi hamil.”
“Hamil?” Matanya melotot terkejut. “Maksudmu, Ji Sixi hamil?”
Qingyou mendesah pelan, “Iya, ini yang Qianqian beritahu padaku, makanya Tan Yan pergi ke Kota H mencarimu, meminta bantuan untuk Ji Sixi.”
“Benarkah ini?” Suaranya gemetar ketakutan.
Qingyou berkata tulus, “Qianqian bilang, ini hal yang Ji Sixi akui sendiri saat minta tolong pada Tan Yan. Aku yakin Ji Sixi seharusnya tidak menipu Tan Yan...”
“Jadi anak itu milik Lu Jingzhi?”
“Ya, dan katanya Lu Jingzhi juga tahu urusan ini, tapi dia tetap tak berniat melepaskan Ji Sixi.”
Dia menggelengkan kepala tak percaya, "Bagaimana mungkin ada manusia yang begitu kejam di dunia ini, itu kan anak kandungnya sendiri?"
"Kami tak bisa memahami Lu Jingzhi, tapi saat ini memang hanya kau yang mungkin bisa membantu Ji Sixi. Jika tidak, saat Ji Sixi dikirim ke Afrika, pasti nyawanya melayang... Itu berarti satu jenazah dua nyawa..." Qingyou berkata dengan ketidakberdayaan.
Satu jenazah dua nyawa?
Empat kata ini membuat jantungnya berdebar kencang, dalam pikiran kembali terngiang mimpi tadi.
Pantas saja dia bermimpi seperti itu...
Ji Sixi dalam mimpi itu bukan hanya menuntut nyawanya, tapi juga nyawa anaknya...
Tangannya mencengkeram dada yang sesak. "Lalu bagaimana dengan anak perempuan Ji Sixi?"
"Anaknya baik-baik saja, Lu Jingzhi sudah menyuruh orang merawat anak ini." Qingyou melaporkan sejujurnya.
Napasnya sedikit lega, "Aku bingung harus bagaimana, Qingyou... Maksud Shan Yan adalah agar aku tak ikut campur, tapi jika benar-benar tak peduli, nuraniku tak tenang."
Qingyou menghela napas, "Dari posisi kakakku, larangannya membantu Ji Sixi memang benar. Tapi pada dasarnya manusia itu baik. Apapun kesalahan Ji Sixi, sekalipun sekarang dia menerima akibat perbuatannya sendiri, janin di perutnya tak bersalah... Menurut Qianqian, awalnya Ji Sixi juga tak menelepon minta tolong ke Tan Yan. Baru setelah tahu dirinya hamil, dia menghubungi Tan Yan... Ini membuktikan Ji Sixi juga punya kasih sayang ibu. Nasibnya yang begini, benar-benar menyayat hati..."
Dia lemas menutup mata. "Semuanya ini adalah akibatku..."
Qingyou segera menjawab, "Kakak ipar, Ji Sixi akan menerima hasil seperti ini, ini akibat perbuatannya sendiri, tak ada hubungannya dengan kau... Jadi Shan Yan meminta bantuanmu, meski kau tak mau menolong, itu juga wajar."
"Aku tahu, tapi biarkan aku berpikir... Qingyou, ini dua nyawa manusia, aku harus benar-benar waspada memikirkannya." Hatinya sudah kacau. Sejak tahu Ji Sixi hamil, dia tak bisa tinggal diam.
Benar, anak itu tak bersalah...
Apalagi jika Ji Sixi ketahuan, putrinya akan kehilangan ibu...
Dia sendiri tumbuh di keluarga orang tua tunggal, tahu betapa sedihnya kehilangan ibu...
"Baik, Kakak ipar... Tapi aku harap kau tak merasa terbebani, karena apapun keputusanmu, tak ada yang akan menyalahkanmu," Qingyou menenangkan.
Dia mengangguk. "Aku akan ingat."
……
Dia memutuskan membantu Ji Sixi karena tak tega melihat ibu dan anak itu jadi satu jenazah dua nyawa.
Yang terpenting - hasil ini secara tak langsung disebabkan olehnya. Meski tak ada yang menyalahkannya, nuraninya takkan tenang.
Tapi dia tak akan sembarangan menelepon Lu Jingzhi. Dia akan minta persetujuan Shan Yan dulu.
Dia tahu ini mungkin membuat Shan Yan tak senang, tapi yakin bisa meyakinkannya.
Hanya berarti dia kembali melanggar janji pada Shan Yan - untuk menuruti semua perintahnya di masa depan. Sekali lagi dia berhutang padanya...
