Bab 1008 Diusir
Berdasarkan dugaan Jiang Jun, tuduhan Ji Sixi terhadap Shan Yan pasti karena anaknya diancam Lu Jingzhi. Jadi jika mereka bisa menyelamatkan anak Ji Sixi, mungkin dia akan menghentikan tuduhannya pada Shan Yan.
Tapi Lu Jingzhi adalah pria yang sangat waspada dan tangkas. Setelah dua hari investigasi, Jiang Jun masih belum menemukan jejak anak tersebut, membuat Shan Yan tetap ditahan di kantor polisi.
Beruntungnya kasus ini tidak menyebar. Hanya sekretaris Shan Yan yang tahu. Namun sekretaris yang setia itu mengumumkan bahwa Shan Yan sedang ke luar negeri mengurus proyek "Greenfield", sehingga perusahaan tetap stabil.
Kini mereka hanya bisa berharap Jiang Jun segera menemukan lokasi anak Ji Sixi, tapi situasi masih buntu...
Hujan di Kota H terus mengguyur, seolah takkan berhenti.
Dia tak bisa berbuat apa-apa. Tak bisa menjenguk Shan Yan di kantor polisi, hanya bisa menanti kabar dari Jiang Jun dengan sabar di apartemen.
Namun, dia tidak menyangka ibu mertua bisa secepat ini mengetahui kabar Shan Yan masuk kantor polisi.
Saat itu Qingyou yang membuka pintu, melihat ibu mertua, Qingyou langsung tercengang. "Ibu..."
Ibu mertua duduk di kursi roda didorong Tante Qu, tapi tidak memandang Qingyou. Bola mata cokelat kekuningannya yang sudah tua menatap tajam ke arahnya, di mata itu terlihat garis-garis merah darah.
Dia sedikit kaku, baru kemudian memanggil, "Ibu..."
Ibu mertua didorong Tante Qu masuk ke apartemen, langsung menghampiri sisi tubuhnya.
Saat itu dia sedang menyiapkan makan siang untuk nanti dikirim ke kantor polisi bagi Shan Yan.
Beberapa hari terakhir, satu-satunya kelonggaran yang diberikan polisi adalah mengantar tiga kali makan sehari untuk Shan Yan.
Tapi ibu mertua mungkin mengira dia sedang menyiapkan makanan untuk diri sendiri, langsung mengambil piring di meja dapur dan menghantamkannya dengan keras.
Gedebuk——
Suara benturan besar yang memekakkan telinga.
Qingyou yang sedang di dekatnya kaget, berlari mendekat, "Ibu... Anda..."
Mungkin dia sudah berfirasat akan hasil seperti ini, tidak panik, hanya tubuhnya bergetar hebat, menyadari wajahnya sudah pucat pasi.
"Su Mo, saat kau meninggalkan Kota C dulu, apa yang Ibu pesankan?" Ibu mertua mengucapkan kata demi kata sambil gemetar seluruh tubuhnya.
Bagaimana mungkin dia melupakan perkataan ibu mertua...
Ibu mertua memintanya merawat Shan Yan dengan baik, membalas cinta Shan Yan padanya.
Karena itu, matanya langsung memerah.
Dia terhenti di tempat semula, tak berkata apa-apa.
Ibu mertua dengan geram menudingnya, "Kau sudah menjerumuskan perusahaan Shan Yan ke dalam bahaya sebesar ini saja sudah kumaafkan, sekarang kau malah membuat Shan Yan masuk kantor polisi... Di mana nuranimu?"
"Bu, sebenarnya urusan ini..."
Qingyou mencoba membelanya, namun langsung dipotong oleh hardikan ibu mertua. "Jangan kau bela dia... Sudah kubilang sebelumnya, tapi dia jelas tak pernah memperhatikan Kakakmu."
Qingyou tak berani melanjutkan, hanya bisa membelai lembut punggung ibu mertua untuk menenangkannya.
Dia menunduk, memandang lantai kayu cokelat tua, air mata menggenang di orbit matanya.
"Dosa apa yang diperbuat Shan Yan di kehidupan sebelumnya sampai harus bertemu denganmu di hidup ini!!!" Suara ibu mertua semakin lirih sementara air mata mulai menetes, disusul isak tangis.
Mendengar isakan ibu mertua, dia mengusap air mata di sudut mata, berusaha menenangkan, "Bu, maafkan aku, aku..."
Ibu mertua tak memberinya kesempatan, menghela napas pendek lalu berkata dingin, "Kau keluar... Jangan lagi tinggal di tempat Shan Yan ini, aku tak mau melihatmu lagi!"
Tubuhnya gemetar hebat.
Qingyou hendak berbicara, tapi Tante Qu diam-diam menggelengkan kepala padanya, membuat Qingyou mengurungkan niat.
Air matanya jatuh berderai-derai, butiran-butirannya menghunjam keras di lantai kayu. Namun sadar kondisi ibu mertua yang belum pulih, dia melepas apron yang tergantung di tubuhnya, mengangguk pada ibu mertua, lalu pergi meninggalkan apartemen.
Saat itu, di hatinya tertumpah getir yang tak terucapkan...
Namun, dia sama sekali tak menyalahkan ibu mertua, karena perkataannya benar—Shan Yan seumur hidup seharusnya tak pernah bertemu dengannya...
……
Hujan mengguyur deras. Dengan tubuh basah kuyup, dia berjalan tanpa tujuan di trotoar Kota H.
Air yang mengalir di wajahnya tak lagi bisa dibedakan antara rintik hujan atau air mata. Yang dia rasakan hanyalah dingin yang menyiksa... Kerinduannya pada Shan Yan membara, ingin sekali dia bersandar di pangkuan hangatnya, merasakan dada kekar yang selama ini menjadi pelindung.
Dia berharap Tuhan bisa lebih adil, tak semena-mena memperlakukan Shan Yan seperti ini...
Karena semua kesalahan adalah buah tindakannya sendiri, tak sepatutnya Shan Yan yang menanggung akibatnya.
Tiba-tiba, sebuah mobil mewah berhenti tepat di kakinya.
Terdiam sesaat, barulah dia menyadari sosok di balik kaca mobil. Seketika tubuhnya membeku di tempat.
Sosok jangkung Lu Jingzhi turun dari mobil. Bodyguard-nya Yang Sheng segera membentangkan payung untuknya.
Tatapan muramnya menancap. "Kau berniat bunuh diri?"
Memang tadi dia ingin terus berjalan sampai tak sadarkan diri. Namun kehadiran Lu Jingzhi justru membuat kesadarannya kembali. Kali ini, senyum sinisnya mengembang. "Lu Jingzhi, tahukah kau betapa jijiknya aku melihatmu? Mustahil selama-lamanya aku mau bersamamu!"
Lu Jingzhi mengambil payung dari bawahannya, menaunginya meski separuh badannya sendiri masih terkena hujan. Suaranya tenang: "Jika Shan Yan tak bisa mengalahkanku, itu membuktikan dia tak punya kemampuan melindungimu. Lalu untuk apa aku menyerahkanmu padanya?"
Dia menyapu payung dari tangan Lu Jingzhi, membuat keduanya tercuci air hujan, dengan nada suara dingin berkata, "Shan Yan tidak akan kalah, ia akan mengalahkanmu... Tunggu saja, yang akhirnya kehilangan segalanya adalah dirimu!"
Yang Sheng bergegas ingin memayungi Lu Jingzhi, tapi dihentikan oleh lambaian tangan pria itu. Kemudian, kedua tangan Lu Jingzhi menopang bahunya, menatapnya dalam-dalam, perlahan berkata, "Aku... menanti dengan penuh perhatian!"
Ia segera melepaskan pelukan Lu Jingzhi, berlari masuk ke dalam tirai hujan lebat yang samar...
……
Akhirnya, ia membuka kamar di hotel dekat apartemen Shan Yan.
Ia tahu tak boleh sakit, karena jika Shan Yan mengetahui pasti akan khawatir. Begitu masuk hotel, ia langsung mandi air hangat. Setelah suhu tubuhnya normal, baru menelepon Qingyou.
Qingyou memberitahu bahwa ibu mertua menangis lama setelah kepergiannya, tapi kini sudah tertidur.
Untuk menghindari ibu mertua terprovokasi lagi, Qingyou menyarankannya tinggal sementara di hotel. Jika ada kabar dari Jiang Jun, Qingyou akan segera memberi tahu. Ia pun menghela napas lega.
……
Berlalu sudah seminggu. Dari pihak Jiang Jun masih belum ada informasi tentang anak Ji Sixi, sementara polisi telah bersiap untuk secara resmi menggugat Shan Yan.
Gugatan resmi terhadap Shan Yan berarti fakta penahanannya akan diumumkan ke publik. Reputasinya akan hancur total, dan yang terpenting, selanjutnya ia akan dipindahkan ke penjara.
Jiang Jun sangat pusing kepala karenanya, tapi tetap berusaha keras mencari jejak anak Ji Sixi, bahkan telah menggunakan hubungan Guan Yumo.
Ibu mertua yang terprovokasi berat oleh situasi ini, terbaring di ranjang di apartemen Shan Yan.
Dia tahu ibu mertua tak mau menemuinya, tapi khawatir kondisi tubuh ibu mertua akan kewalahan jika terus begini, akhirnya memutuskan untuk menjenguk.
