Bab 1010 Pergi Menemui Lu Jingzhi
Setelah Jiang Jun pergi, dia sendirian di balkon untuk waktu lama, lalu menekan nomor telepon Lu Jingzhi.
“Kau menang, aku tidak bisa hanya diam melihat Shan Yan ketahuan... Asalkan kau bisa membuat Shan Yan keluar dari kantor polisi besok, aku bersedia pergi bersamamu besok.” Ekspresi wajahnya datar, kalimat yang diucapkan seperti mesin.
“Baik, besok jam 9 pagi aku tunggu di landasan pacu pribadi bandara. Sebelum kita pergi, aku akan pastikan Shan Yan selamat.” Lu Jingzhi menjawab tenang.
“Sampai jumpa.”
Tanpa basa-basi, dia langsung mengakhiri telepon.
Lu Jingzhi juga tidak menelepon lagi, segalanya kembali pada ketenangan.
Dia berdiri di balkon menghabiskan semua anggur merah yang tersisa, akhirnya roboh di sofa kamar hotel.
Malam itu dia bermimpi yang sangat sempurna...
Dalam mimpi dia dan Shan Yan kembali ke sepuluh tahun lalu, di lantai atas vila yang jarang ditinggali ayahnya, dia bercerita tentang pusat permasalahan sementara Shan Yan diam-diam menyimak.
Bunga lilac di lantai atas mengeluarkan aroma harum yang lembut, tertiup angin, kelopak bunga melayang ke arah mereka, begitu hening dan indah.
……
Keesokan harinya.
Merapikan diri yang masih mabuk, melakukan check-out, tak menyangka akan bertemu Qingyou yang baru tiba di pintu hotel.
Dari ekspresi muram Qingyou, dia sudah tahu bahwa anak Ji Sixi masih belum ditemukan.
Senyuman merekah di wajahnya. "Kau datang mengantarku?"
Qingyou menatapnya, mata cepat memerah. "Kakak ipar, kalau kau melakukan ini... Kakakku tak akan memaafkan kita seumur hidup."
Dia mendongak melihat Langit Biru hari ini. "Lihat, qi langit hari ini bagus sekali!"
Siapa sangka, ramalan cuaca yang menyebut hujan seminggu ternyata berhenti tepat hari ini.
Dia berpikir, pertunjukan Langit seperti ini mungkin sedang memberitahunya bahwa keputusan yang diambilnya benar.
Qingyou memahami maksudnya, mendekat dan menggenggam erat kedua lengannya. "Baiklah, selain Kakak, apa kau pernah memikirkan Xiao Xi dan Xiao Bei? Bagaimana jika mereka kehilangan Mama..."
"Aku tahu... Tapi dalam 20 tahun ke depan jika mereka kehilangan Ayah, mereka akan lebih kasihan." Potongnya ucapan Qingyou.
Qingyou membisu, menggelengkan kepala dengan sedih, air mata terkumpul di orbit mata.
Matanya sendiri sama perih, tapi dia menarik napas dalam, melawan kerapuhan diri, mengulurkan tangan memeluk Qingyou. "Jaga baik Kakakmu, jaga juga ibu mertua."
Qingyou tak bicara lagi, hanya terisak pilu.
Dengan tegas dia melepaskan pelukan, menghentikan taksi yang lewat di pinggir jalan.
Tak lagi melihat kondisi Qingyou di kaca spion, karena pandangannya sudah kabur oleh air mata.
Dia dengan teguh tak mau Lu Jingzhi melihatnya dalam kondisi rentan, terus-menerus mengusap air mata di wajah.
……
Sekitar pukul delapan lima puluh, dia muncul di landasan pacu pribadi Bandara Internasional Kota H.
Lu Jingzhi berdiri di depan pesawat pribadinya dengan setelan jas rapi, tampan luar biasa, tangan di saku celana, postur tegap gagah penuh ketenangan.
"Sepertinya menangis, matanya merah begini." Lu Jingzhi pertama kali bersuara.
Dia tak menghiraukan, berkata dingin, "Aku sudah datang sekarang dan siap ikutmu naik pesawat kapan saja. Bisakah kau membuat polisi mencabut tuduhan pada Shan Yan?"
"Tentu, hanya melihat kondisimu sekarang, hatiku benar-benar tersayat." Lu Jingzhi berucap dengan tatapan penuh kasih.
Dia memalingkan wajah. "Jika aku tak mendapat kabar Shan Yan selamat, aku tak akan pergi bersamamu."
"Aku tahu." Mata gelap Lu Jingzhi yang dalam menatapnya. "Maafkan aku menggunakan cara seperti ini untuk memiliki dirimu, karena kaulah mentari pertama di relung hatiku."
Dia tak menjawab.
Lu Jingzhi juga tak melanjutkan, mengeluarkan ponsel dan menelepon di hadapannya. "Suruh Ji Sixi mengubah kesaksian, sekaligus berikan bukti bahwa Shan Yan tak bersalah."
Dia menahan napas, bertanya, "Berapa lama sampai aku tahu kabar keselamatan Shan Yan?"
Lu Jingzhi menyimpan ponselnya ke saku, berkata datar, "Jika tak ada halangan, siang ini Shan Yan bisa keluar dari kantor polisi... Karena bukti yang kubekali sudah cukup membuktikan dia tak terlibat dengan Ji Sixi yang bermain bisnis gelap."
Membayangkan Shan Yan bisa bebas siang itu, senyum bahagia merekah di wajahnya.
Lu Jingzhi menyipitkan mata, meninjau ulang wajahnya saat ini. "Senyummu sangat indah."
Dia segera merendahkan diri, menatap dingin ke arah Lu Jingzhi. "Begitukah caramu memperlakukan Ji Sixi? Tak sedetikpun hatimu tersentuh?"
"Tidak."
"Kalau begitu kau benar-benar anak sedingin darah ditambah binatang buas!" Dia mengatupkan gigi, "Dia ibu anakmu, bahkan sekarang mengandung anak keduamu di perut..."
Lu Jingzhi tersenyum tenang, "Kau salah, tidak ada anak kedua di perut Ji Sixi. Ini hanya umpan untuk menjeratmu..."
Matanya terbelalak ketakutan, "Kau--"
Senyum tipis mengembang di bibir Lu Jingzhi, "Aku tahu untuk tipe orang sepertimu Tan Yan, Gu Qingyou dan Su Mo, titik kelemahan terbesar adalah sifat berbaik hati."
"Kau benar-benar Brengsek!" Kedua tinjunya menggenggam erat, ingin segera mengeluarkan pistol pemberian Shan Yan dari tas dan menembak beberapa kali ke arahnya.
Lu Jingzhi mengangkat bahu dengan lega, "Memang aku brengsek, tapi menurutmu Ji Sixi dan Tan Yan itu Orang Baik Besar?"
Pipinya berkedut menahan amarah.
Suara bassnya terus melanjutkan, "Kuberitahu, Ji Sixi tidak layak dikasihani... Pernah kukatakan sebelumnya, hubungan kami hanya saling memanfaatkan. Aku memiliki tubuhnya, dia mendapat uang dariku... Jadi upayanya melahirkan anakku hanyalah untuk mengikatku. Mungkin sejak awal tak ada perasaan darinya padaku."
Dia membantah keras, “Bagaimana mungkin, perasaan seseorang terhadap orang lain bisa terlihat……”
Lu Jingzhi yang tampan menyunggingkan senyuman sinis. “Benarkah? Itu hanya membuktikan akting mumpuni Ji Sixi, seolah kau juga pernah melihat perasaannya terhadap Shan Yan di matanya……”
“Itu berbeda……”
“Tak ada bedanya, dia hanyalah seorang aktor.”
Dia tak bisa menjawab.
“Aku juga bisa memberitahumu, aku menyuruh Ji Sixi mendekati Shan Yan sebagai transaksi. Jadi dia dengan sukarela menerima sejumlah besar uang dariku untuk mendekati Shan Yan. Aku tak berhutang padanya.” Suara Lu Jingzhi berat.
Dia terkejut mendengar kenyataan ini, membeku di tempat.
Lu Jingzhi melanjutkan, “Dan Tan Yan...apakah kau benar-benar yakin dia peduli padaku?”
“Tentu.”
Lu Jingzhi kembali menyeringai sinis. “Kalau begitu kukatakan, dulu saat aku paling terpuruk setelah orang tua angkatku meninggal, aku mendatangi Tan Yan. Kuharap dia mau membantuku, tapi saat itu dia sedang berlibur ke luar negeri bersama orang tua angkatnya. Dia takut mereka tahu dia punya kakak seperti aku yang hidup di dunia hitam, jadi dia memilih tak membantu...Sejak saat itu aku tahu, tak ada seorang pun yang bisa kujadikan sandaran, hanya diriku sendiri.”
“Kau berbohong, Direktur Tan bukan orang seperti itu.”
“Tanyakan sendiri padanya nanti jika ada kesempatan...Jadi ketika kau bertanya mengapa aku bahkan memanfaatkan adikku sendiri, karena kami sama sekali bukan saudara.”
