Benarkah itu dia?
Dia berteriak keras, "Shan Yan, Shan Yan……"
Sayangnya asap tebal di mana-mana, membuatnya sama sekali tak bisa melihat situasi sekitar.
Tiba-tiba, sebuah lengan kuat merangkulnya. Sebelum sempat bereaksi, tubuhnya sudah tertindih di pangkuan orang itu.
Secara refleks ia ingin mendorong, namun aroma maskulin yang familiar membuatnya terpana seketika.
Asap mulai menyebar perlahan. Tatapannya jelas melihat wajah pria yang memeluknya. "Kau...? Apa ini mimpi? Benarkah ini kau?"
Tangannya gemetar mengelus dagu berjanggut sang kekasih. Takut semua ini hanyalah ilusi.
Shan Yan menggenggam tangannya. Mata gelapnya menatap tajam. "Aku..."
Setelah mencubit lengannya sendiri dan yakin ini nyata, ia menceburkan diri ke pelukan itu. "Kau bebas... Shan Yan... Kau benar-benar selamat..."
"Janjiku untuk merawatmu seumur hidup. Mana mungkin aku tewas?" Shan Yan menekannya dalam dekapan, mencium dahi dengan kasih tak terhingga.
Suara Lu Jingzhi bergema. "Rupanya aku meremehkan kemampuan Jiang Jun. Dia tetap menemukan anak Ji Sixi."
Kepalanya terangkat. Matanya melotot ke arah Lu Jingzhi yang tetap tenang. "Perbuatan tak kenal ampun akan berujung kebinasaan!!!"
Shan Yan melindunginya dalam pelukannya, tatapan tajamnya bersilang dengan Lu Jingzhi, sambil berkata, "Tuan Lu, hutang ini pasti akan kutagih darimu!"
Sudut bibir Lu Jingzhi sedikit terangkat, "Aku akan mengikutimu sampai akhir!"
Dengan wajah datar, Shan Yan membawanya keluar dari kabin kapal.
Dia terus-menerus khawatir Lu Jingzhi akan menghadang, namun tak disangka, Lu Jingzhi sama sekali tidak memerintahkan bawahannya berbuat apa-apa, hanya diam melihat mereka pergi. Baru setelah turun dari pesawat dan masuk ke mobil Shan Yan, dia yakin mereka kini benar-benar aman.
Tangannya kembali menangkup wajah Shan Yan, matanya tak puas memandang, air mata mengalir tak terbendung. "Apa ini benar-benar bukan mimpi?"
Satu lengan Shan Yan erat memeluknya, tangan satunya mengusap air mata di sudut mata dan pipinya. "Benar, ini bukan mimpi... Benar-benar aku."
"Tapi bagaimana mungkin kau..." Keraguannya tak terjawab.
Baru saja Jiang Jun menelepon mengatakan Shan Yan sudah baik-baik saja, tapi bagaimana bisa tiba-tiba muncul di sini?
Bahkan jika terbang dari pusat kota, mustahil sampai secepat ini.
Shan Yan menatapnya dalam-dalam. "Sebenarnya saat kau menemui Lu Jingzhi, Ji Sixi sudah mengaku ke polisi bahwa semua tuduhannya padaku adalah fitnah..."
"Kenapa tiba-tiba Ji Sixi..." Keraguan masih tersisa.
"Karena Jiang Jun sudah menemukan anak Ji Sixi dan menjamin keamanannya."
Dia tersadar. "Saat Lu Jingzhi menelepon bawahannya, sebenarnya Ji Sixi sudah mengaku polisi benarkah?" "Benar. Sayangnya saat itu aku sudah datang menemui Lu Jingzhi, sementara aku perlu melalui prosedur untuk keluar dari kantor polisi. Jadi baru sampai di sini sekarang!" Shan Yan mengerutkan keningnya, nada mencela namun lebih terkesam tersayat hati. "Bagaimana mungkin kau sebodoh ini? Berani-barinya datang menemui Lu Jingzhi, bahkan bersiap melakukan kebodohan—"
urusan... Aku benar-benar... hampir mati kesal karena kau!"
"Aku—"
"Kenapa kau sebodoh ini? Jika sesuatu terjadi padamu, bagaimana aku?" Shan Yan menangkupkan wajahnya, mata berkaca-kaca. "Kau pikir tanpa dirimu, aku masih bisa hidup dengan baik?"
Dia tak bisa menahan isak tangisnya. "Aku hanya tahu... aku tak boleh membiarkanmu celaka..."
"Jadi kau bawa senjata yang kuberikan itu untuk menemui Lu Jingzhi?" Tangan Shan Yan gemetar menyangga wajahnya akibat emosi yang meluap.
"Aku sudah tak punya pilihan... Aku tak boleh membiarkanmu celaka..." rintihnya terisak.
"Jika aku terlambat sedetik saja, aku benar-benar tak berani membayangkan..." suara Shan Yan parau menahan perasaan.
"Aku tak takut mati, Shan Yan... Aku hanya ingin kau baik-baik saja..." ujarnya getir.
"Jika sesuatu terjadi padamu, apa arti hidupku ini..." Shan Yan kembali merangkulnya erat dalam pelukan.
Dia pun membalas pelukan, menyandarkan kepala di dada kekar Shan Yan. Ingus dan air mata mengotori kemejanya. "Shan Yan... Kukira tak akan bisa melihatmu lagi..."
“Kau ini wanita bodoh...” Shan Yan merangkulnya erat, kekuatan itu seolah ingin memeluknya hingga ke tulang.
Dia terus menangis, tetapi ketukan ini adalah tangisan sukacita.
……
Saat emosinya perlahan terkendali, sunyi pun kembali menyelimuti gerbong.
Dia puas bersandar di dada kokoh Shan Yan, membiarkan aroma maskulinnya mengelilingi. "Aneh sekali, saat Lu Jingzhi menelepon bawahannya, kenapa mereka tidak melaporkan situasi saat itu?"
"Karena orang ini sudah dikendalikan Jiang Jun."
"Rupanya begitu." Sepertinya Lu Jingzhi juga terjebak skenario Jiang Jun dan Shan Yan!
"Saat itu Jiang Jun belum memberitahuku tentang urusanmu menemui Lu Jingzhi, baru setelah aku keluar dari kantor polisi dia bilang... Tahukah kau, saat itu aku benar-benar ingin membunuh Jiang Jun!" Tatapan Shan Yan tiba-tiba menjadi tajam.
Dia takut melihat tatapan seperti ini, berbisik bertanya, "Mengapa?"
Shan Yan kesal menjawab, "Dia tahu kau akan menemui Lu Jingzhi tapi tidak menghentikanmu. Kau tahu saat itu aku ingin mencincangnya sampai berkeping-keping?"
"Aku..."
Shan Yan melotot padanya dengan tegas, berkata tenang, "Aku tidak mengizinkanmu melakukan hal sebodoh ini lagi, paham?"
"Maaf..." Dia menunduk.
Shan Yan menangkup wajahnya, suaranya kembali lembut, "Bukan ingin menegurmu, hanya aku tak bisa membiarkan ada yang terjadi padamu, paham?"
Dia mengangguk, terbata-bata, "Tapi kau juga harus tahu... aku takkan membiarkan apa pun terjadi padamu..."
Mata Shan Yan sekali lagi dipenuhi kilatan air mata samar."Segala yang kulakukan untukmu aku lakukan dengan rela..."
Dia menggelengkan kepala, relung hatinya dipenuhi rasa bersalah tak terhingga."Kau bilang aku bodoh, tapi kau lah yang paling bodoh... Meski tahu aku salah, karena keteguhanku, kau membiarkanku... Kau sama sekali tak memikirkan dirimu sendiri, hanya berharap aku bahagia, bisa melakukan yang kumau..."
"Tentu, keinginan seumur hidupku adalah melihatmu bahagia." Shan Yan mengangkat tangannya, mencium penuh kasih punggung gadis itu.
Suaranya tersekat oleh emosi, perlahan diangkatnya tangan untuk membelai wajah tampan Shan Yan yang telah mengurus."Aku tahu akhir-akhir ini kau sangat menderita..."
Shan Yan menggenggam tangannya, membungkusnya dalam kehangatan telapak tangannya."Sebenarnya tidak seburuk bayanganmu, dan aku sudah mengantisipasi. Jika tidak, mana mungkin aku bisa masuk penjara..."
"Hmm?" Keraguan menggelayuti suaranya,"Kau bilang sudah mengantisipasi?" Shan Yan menjawab tegas,"Karena aku tak mau kau membantu Ji Sixi, sudah kuduga ini mungkin jebakan Lu Jingzhi. Saat menantimu di bawah hotel J, mana mungkin aku sama sekali tak waspada?"
