“Rupanya begitu.” Akhirnya dia mengerti.
Qingyou berkata gembira, “Artinya, sekarang Kak sudah kembali selamat, bank pasti sangat bersyukur. Untuk menghindari kerugian, bank mungkin akan mempertimbangkan meminjamkan dana lagi ke Ximei, agar proyek 'Hijau' bisa diaktifkan kembali...” Shan Yan mengangguk, “Faktanya, hari ini aku sudah menerima dua telepon dari bank. Mereka sudah berniat untuk melanjutkan pinjaman, berharap aku bisa menghidupkan kembali proyek 'Hijau'. Selain itu, temanku yang bankir dari luar kota sebelumnya juga bersedia membantu. Tentu ini murni karena hubungan persahabatan...
...tapi semua ini sudah cukup untuk melewati rintangan berat kali ini.”
Dia menggenggam leher Shan Yan penuh emosi. “Artinya, perusahaan tidak akan bangkrut, proyek 'Hijau' juga akan beroperasi normal...”
“Benar.”
Tanpa bisa menahan kegembiraannya, dia berjinjit dan menutupi mulut Shan Yan dengan ciuman, mengabaikan kehadiran Jiang Jun dan Qingyou.
Shan Yan juga tak menghiraukan, semakin memperdalam ciuman itu.
Semuanya terlihat sempurna, kabut muram telah sirna...
……
Malam hari, setelah Jiang Jun dan Qingyou mengantar ibu mertua dan Tante Qu menginap di hotel, dia dan Shan Yan akhirnya memiliki waktu pribadi.
Saat ini, mereka baru selesai mandi bersama. Saat dia hendak merawat wajah di meja samping tempat tidur, tiba-tiba dipeluk Shan Yan.
“Temani aku sebentar?” ujar Shan Yan.
Dia paham maksud "menemani" itu, wajahnya sedikit memerah. “Aku mau melakukan perawatan sederhana dulu.”
Shan Yan mengurungnya lebih erat dengan kedua lengan, kepalanya menyembunyikan wajah di lehernya. "Aku melihat kau masih terlihat tidak bahagia."
Dia seketika membeku, tubuhnya tak sengaja menjadi kaku. "Tidak... Aku tidak ada masalah."
"Benarkah?" Shan Yan mencium kulit lehernya yang sensitif, menghembuskan hawa panas. "Saat kau dan Qingyou berbicara berdua tadi sore, aku bisa melihat Qingyou sedang menghibirmu... Katakan, ada apa yang tidak kau beritahukan padaku?"
"Tidak ada."
Shan Yan jelas tidak percaya, tetap bertahan di lehernya beberapa saat sebelum akhirnya memutar tubuhnya, dengan tatapan mata yang memikat karena terpengaruh hasrat menatapnya. "Kau pikir aku tidak bisa melihatnya?"
"Ya?" Dia terus berpura-pura tak mengerti.
Wajah Shan Yan semakin tegas, suaranya berat. "Ibu pasti sudah memperlihatkan wajah tidak senang padamu."
Dia segera menggelengkan kepala, berusaha menjelaskan. "Tidak... Sungguh tidak... Bagaimana mungkin ibu mertua akan bersikap seperti itu padaku?"
Shan Yan mendesah pelan, menggenggam kedua tangannya. "Meski kau dan Ibu bisa menyembunyikan perasaan dengan baik, tapi tetap tidak bisa lolos dari pengamatanku... Jelas dia masih menyalahkanmu karena urusanku masuk kantor polisi."
Dia menunduk. "Wajar Ibu menyalahkanku, aku memang selalu tidak mempertimbangkan posisimu..."
Shan Yan menggelengkan kepala, menunduk, dahinya menyentuh perlahan dahi perempuan itu. "Dia hanya belum tahu ini semua adalah rencanaku..."
Suaranya parau. "Meski ini rencanamu, tetap tidak bisa membenarkan kesalahanku..."
"Mengapa kau berpikir seperti itu?" Shan Yan berkata dengan suara penuh keharuan.
Dia melebar jarak dengannya, perlahan mengangkat pandangan, menatapnya. "Karena jika kau tidak begitu pintar atau Jiang Jun tidak seberuntung itu menemukan anak Ji Sixi... aku sudah menjerumuskanmu..."
Mendengar itu, Shan Yan seketika meringkukannya dalam pelukan, semakin arogan berkata, "Aku tak izinkan ada sedikit pun pikiran menyalahkan diri atau rasa malas dalam hatimu, karena semua ini bukan salahmu."
Dia mendongak, memandangi wajah tampannya yang semakin kurus. "Kau tak perlu menghiburku, aku sangat paham betapa cerobohnya diriku kali ini..."
"Kau tidak ceroboh, kau hanya terlalu berbaik hati... Jika membiarkan Ji Sixi mati tak tertolong, seumur hidup kau tak akan bisa berdamai dengan nuranimu."
"Demi nuraniku, kau yang tahu ini bisa menjebak kita berdua, tetap membiarkanku?"
Shan Yan menatapnya dalam-dalam, berujar, "Aku tak mau masa depanmu suram, dan aku yakin pasti takkan membiarkanmu celaka... Jadi, berjanjilah padaku untuk tak merasa bersalah lagi, boleh?"
"Bagaimana mungkin aku tak bersalah?"
Shan Yan menunduk mencium bibirnya. "Aku tak suka melihatmu murung, paham? Tentang ibuku, kau sama sekali tak perlu bergejolak..."
Memikirkan janji yang terabaikan pada ibu mertua, jantungnya berdenyut sakit. "Aku punya firasat hubunganku dengan ibu mertua mungkin takkan kembali seperti dulu..."
“Tak perlu kau berpikir berlebihan,” Shan Yan berkata serius, “Yang perlu kau tahu, meski hubunganmu dan Ibu tak bisa kembali seperti dulu, perasaan antara aku danmu takkan berubah... Karena tak ada yang bisa menghentikan kita untuk bersama.”
“Dasar kau bodoh...” Dia menangkupkan wajah Shan Yan, wajahnya penuh kesedihan.
Shan Yan merunduk menciumnya, tak melanjutkan kata-kata, hanya membuktikan cintanya yang dalam melalui tindakan...
……
Segalanya terlihat mulai membaik.
Shan Yan berhasil mendapatkan pinjaman dari bank, proyek "Greenfield" yang sebelumnya terhenti akan segera dimulai kembali. Media massa yang mengetahui kabar ini serentak memberitakannya, membuat harga saham Ximei perlahan mulai naik...
Mereka tak tahu apakah Lu Jingzhi akan terus kehilangan kemanusiaan, tapi apapun trik yang akan digunakan Lu Jingzhi, Shan Yan yakin bisa menghadapinya...
Ibu mertua dan Tante Qu juga kembali ke Kota C, menjemput Xiao Xi dan Xiao Bei dari Bibi Shu untuk dibawa ke Kediaman Keluarga Gu.
Jiang Jun dan Qingyou memilih langsung berlibur ke luar negeri dari Kota C, sekalian mengunjungi Mu Ying dan Guan Yumo di Prancis untuk berterima kasih atas bantuannya...
Setelah berpikir panjang, akhirnya dia memutuskan untuk menjenguk Ji Sixi di kantor polisi.
Ji Sixi telah resmi didakwa oleh polisi Jerman atas tuduhan pencucian uang haram untuk preman, berdasarkan bukti kuat yang sebelumnya diserahkan Lu Jingzhi. Jika tak ada halangan, dia akan menghadapi hukuman penjara seumur hidup...
Dia selalu merasa Ji Sixi adalah wanita yang patut dikasihani, dari awal dengan rela dimanfaatkan oleh Lu Jingzhi, hingga kemudian terdesak dimanfaatkan olehnya... Semua ini karena Ji Sixi salah mencintai seseorang.
Karena Ji Sixi telah secara resmi didakwa, polisi mengizinkannya untuk melakukan kunjungan penjara.
Di ruang penjengukan, dia melihat Ji Sixi yang lesu dan kurus...
Mengenang kembali pertemuan pertama mereka dulu, dia tak bisa menahan desahan prihatin.
"Kau baik-baik saja?"
"Masih belum mati..." Jawab Ji Sixi dengan datar.
Melihat Ji Sixi yang terlihat tak punya keinginan untuk hidup, dia berkata tenang, "Putrimu sedang dalam perjalanan ke Kota C. Lain kali aku datang, akan kubawa ia menjengukmu."
Mendengar ini, Ji Sixi refleks mengangkat kepala. Matanya tiba-tiba memiliki fokus saat menatapnya. "Kau serius?"
Dia mengangguk, "Karena itu, demi putrimu, kau harus bertahan..."
Air mata membanjiri mata Ji Sixi. "Meski aku bertahan, aku tak bisa melihatnya tumbuh besar..."
Suaranya tetap tenang, "Kami punya cara untuk membebaskanmu dari penjara ini. Meski mungkin tak bisa mengasuhnya langsung, setidaknya kau bisa melihatnya..."
"Maksudmu?" "Kami bisa membantumu menukar kebebasanmu dengan transaksi menggunakan anak bersama Lu Jingzhi. Tapi ada syarat yang harus kau penuhi."
