Mereka tak boleh egois merebut kebahagiaan Shan Yan sekarang.
Ibu mertua pilu bertanya, \"Apakah kita harus melepaskan wanita itu begitu saja?\"
Dia menarik napas dalam, menahan rasa sakit di dada. \"Bagi kita, jika Shan Yan bisa bahagia, bukankah ini hasil terbaik?\"
\"Lalu bagaimana denganmu?\" Ibu mertua berkata tersekat, \"Apakah kau harus menyerahkan Shan Yan begitu saja?\"
Dia menatap wajah Xiao Xi yang tertidur pulas, berusaha mati-matian menjaga ketenangan meski air mata berlinang-linang jatuh. "Jika akhirnya aku tak bisa membuat Shan Yan mengingat masa lalu... aku tak punya pilihan lain... karena aku tak mau menggunakan kebahagiaan Shan Yan sebagai harga balas dendamku pada Linda!"
Ibu mertua terisak tak terkendali, namun erat menutup mulutnya, khawatir membangunkan Xiao Xi.
Ia mencium dahi Xiao Xi sekali lagi, lalu bangkit dari kursi dan menopang kursi roda ibu mertua. "Ayo kita pergi, biarkan Xiao Xi istirahat. Aku akan memeluk Xiao Bei."
Ibu mertua menggenggam tangannya. "Su Mo, maaf... Ibu sebelumnya sempat berpikir untuk mengusirmu dari Shan Yan... Sekarang Ibu baru tahu, kau benar-benar tulus pada Shan Yan."
Dia menahan aliran air mata di matanya, tak membiarkan setetes pun jatuh. "Aku yang salah... Pertemuan Shan Yan denganku dalam hidup ini, sama sekali bukan keberuntungan..."
Ibu mertua menghiburnya, "Jangan berkata begitu, Ibu yakin hal paling disyukuri Shan Yan seumur hidup adalah pertemuannya denganmu..."
……
Malam itu, tidur di kamar Xiao Xi sambil memandangi dua anaknya yang tertidur di sampingnya, akhirnya ia mengizinkan diri menangis sepuasnya.
Mengapa setelah berliku-liku, dia dan Shan Yan tetap berakhir seperti ini?
Apakah memang dari awal sudah ditakdirkan mereka tak akan punya akhir bahagia?
Tapi jika Tuhan memang sudah menetapkan akhir seperti ini, mengapa menganugerahi mereka dua anak yang begitu menggemaskan?
Bagaimana mungkin mereka membalas budi dua anak ini...
"Mereka sudah berhutang begitu banyak pada dua anak ini……"
Apa yang harus dia lakukan?
"Xiao Xi, Xiao Bei……kalian beri tahu Mama, apa yang harus Mama lakukan?" Hanya saat sendirian seperti sekarang, dia baru berani menunjukkan kepedihan dan ketidakberdayaan, karena seperti ini orang-orang di sekitarnya takkan ikut khawatir……
Kedua anak masih terlelap dalam tidur yang aman, tak menjawabnya.
Dia terisak-isak pelan, berusaha tak membangunkan dua anak itu. "Mama tak bisa tanpa Ayah kalian, tapi Ayah sekarang sudah tak ingat Mama lagi……Bagaimana ini?"
Dering ponsel yang tiba-tiba memutus aliran air matanya. Dia mengusap wajah, memaksa diri untuk kuat, lalu mengambil ponsel di meja samping tempat tidur.
Saat melihat nomor telepon Shan Yan terpampang di layar, dia sudah menebak ini pasti Linda yang menelepon menggunakan nomor lama Shan Yan.
Pantas saja sebelumnya dia tak bisa menghubungi Shan Yan, karena Linda membuatnya mengganti ponsel, sementara nomor yang digunakan Linda setelah kembali adalah nomor lamanya.
"Kau benar-benar tak tahu malu!" Kalimat pertama yang terlempar begitu telepon diangkat.
Dia mati-matian menahan emosi, tak mau menunjukkan kelemahan di hadapan Linda saat ini.
Dari ujung sana benar terdengar suara Linda, "Aku tahu ini memalukan, juga tahu dosaku tak terampuni, tapi takkan kusesali perbuatanku. Bahkan jika akhirnya aku tak bisa bersama Shan Yan atau mendapat akhir yang buruk, tetap takkan kusesali."
“Jadi meski kali ini Guan Yumo menyuruhmu pulang untuk menagih tanggung jawabmu, kau tak menyesal?” tanyanya dengan muram.
Linda menjawab, “Saya sangat paham bagaimana pribadi Tuan. Kali ini saya pulang, jika Tuan menuntut tanggung jawab saya, saya pasti akan menerima hasil seperti di neraka pemurnian... Tapi saya tidak menyesal.”
“Mengapa?” Dia tak bisa memahami, meski tahu itu jalan tak berujung, tetap memilih keputusan. “Mengapa?” Linda tertawa pendek terlebih dahulu, lalu berkata dingin, “Karena aku mencintai Shan Yan. Andai seumur hidup hanya sesaat bisa mendapatkan cintanya, aku sudah puas. Apalagi akhir-akhir ini, dia sudah memberiku begitu banyak perhatian dan kemesraan yang kuinginkan...
Jadi meski sekarang Tuan menagih tanggung jawabku, aku sudah tak punya penyesalan lagi.”
“Pernahkah kau berpikir, semua yang kau dapat ini bukanlah kenyataan... Kau sedang membangun mimpi ilusi belaka! Dan untuk membangun mimpi palsu ini, kau menghancurkan masa depanmu sendiri!” Ia menggeleng kepala pilu.
Linda tetap tersenyum tenang, “Kupikir kalimat ini pernah kau dengar - Tak peduli selamanya, yang penting pernah memiliki. Bagiku, pernah memilikinya sudah cukup...”
“Aku tidak bisa memahami...”
“Tentu kau tak paham, karena kau selalu manusia yang tak pernah puas. Sayangnya Tuhan begitu memanjakanmu, memberimu Jiang Jun yang hebat dulu, membuat Shan Yan yang luar biasa ini mencintaimu... Sungguh Tuhan tak pernah pelit padamu.”
“Ini hanya pemahamanmu saja...”
Linda mengeluarkan suara hmph dingin, tertawa pendek. "Su Mo, jangan kau merasa diri suci. Apakah kau lupa semua kelicikan yang pernah kau lakukan demi merebut kembali Jiang Jun?"
"Aku…"
"Semua orang bilang saat itu kau dibutakan dan dimanfaatkan Huo Yutong. Tapi kalau hatimu benar-benar tak ada sedikit pun kedengkian, mungkin kau bisa dibodohi dan dimanfaatkan olehnya?"
Mengingat semua yang pernah dia lakukan di masa lalu, hatinya diselimuti kegelapan. "Jika bisa, aku rela membayar harga atas semua kesalahan masa lalu." "Cukup! Kau orang yang diberkati langit. Langit takkan benar-benar memberimu ujian... Lihat, kau lukai Qingyou, tapi dia tetap menganggapmu sahabat. Kau tolak Shan Yan bertahun-tahun, bahkan setelah kau lukai Shan Yan berkali-kali, dia masih di sisimu. Kau harusnya bersyukur..."
"...di kehidupan sebelumnya kau pasti menimbun banyak kebajikan, hingga di hidup ini bertemu begitu banyak orang baik." Linda menyindir tanpa ampun.
Hatinya terasa tercabik. "Jadi ini alasanmu merebut Shan Yan dariku?"
Linda tertawa getir. "Kau tak pantas bersamanya. Akulah wanita yang rela berkorban segalanya untuk Shan Yan... Jika langit memberi kesempatan, akan kujaga Shan Yan seumur hidup, kubuat dia jadi manusia paling bahagia di dunia."
Kata pertama yang diucapkan Linda membuatnya kehilangan kata-kata, dengan berat hati menutup mata. Linda melanjutkan, "Aku tahu saat kembali ke kantor pusat kali ini, kau pasti akan mendekati Shan Yan, berusaha membuatnya mengingat hal-hal masa lalu... Tapi kuberi tahu, apapun yang kau lakukan, dia tak mungkin mengingatmu. Karena aku sudah benar-benar menghapus semua kenangan tentangmu dari pikirannya.
Inti dirinya tak mungkin lagi mengingat masa lalumu bersamanya..."
Hatinya seperti tertusuk. "Mengapa kau melakukan ini, hanya karena kau merasa aku tak layak bersama Shan Yan?" Linda tertawa pendek, "Kau salah, yang kuinginkan hanyalah Shan Yan bisa selalu mengingatku... Bahkan jika aku sudah meninggalkan dunia ini, hatinya akan selalu memilikiku..."
