Qingyou seharusnya mendengarkan perkataannya...
Tindakannya ini bukan melepaskan Su Mo...
Dia hanya ingin Shan Yan bisa bahagia!
Jika takdirnya tidak bisa bersama Shan Yan, mengapa harus mencabut kebahagiaan yang susah payah diraihnya?
Hanya saja, hatinya sungguh sakit.
Setiap teringat masa-masa bersama Shan Yan, hatinya tak bisa dihentikan dari rasa perih...
Dia benar-benar berharap semua urusan ini hanyalah mimpi buruk.
Setelah lama menutup mata, berusaha menyapu bersih semua kenangan buruk dari pikirannya, barulah dia menoleh ke ibu.
Ibu sudah melipat bangau kertas sebanyak satu meja, burung-burung kertas berwarna-warni ini sungguh memesona.
“Ibu, apakah semua ini diajarkan Bibi Shu padamu?”
Ibu tidak menjawab, tetap fokus melipat bangau kertas.
Dia mengambil selembar kertas dan mencoba meniru ibu, namun hasil lipatannya tidak terlalu rapi.
Bibi Shu mendekat membawa piring buah. “Su Mo.”
Dia segera meletakkan origami di tangannya dan tersenyum. “Bibi Shu.”
“Makan buah.”
“Baik.”
Bibi Shu duduk sambil menatap ibu yang serius melipat. “Selama kau tidak ada, ibumu setiap hari melipat bangau-bangau ini. Aku merasa dia sedang memohon keselamatanmu... Sekarang kau benar-benar pulang dengan selamat!”
Suara penuh syukur itu meluncur, “Terima kasih Bibi Shu telah mengajari ibuku melipat bangau, membuat hatinya tenang.”
Bibi Shu langsung menoleh padanya, “Bangau-bangau ini bukan aku yang mengajari ibumu.”
“Ya?” “Aku juga heran... Sebelumnya ibumu tak pernah melipat bangau, tapi selama masa pengobatanmu di Australia—padahal tak ada yang memberitahu ibumu tentang kondisimu—tiba-tiba dia mulai melipat sendiri... Kuncinya, sepertinya ibumu lupa cara melipat, karena awalnya hasilnya sangat berantakan,
entah siapa yang mengajarinya...” Bibi Shu berkata serius.
“Benarkah?” Keraguan menyelinap. “Mungkinkah telepati antara ibu dan anak?”
“Mungkin... Tapi sungguh tak tahu siapa yang mengajari ibumu. Qingyou dan yang lain juga tidak bisa...”
“Barangkali dulu ibu bisa, tapi karena terlalu lama tidak melipat, jadi kaku tangannya...”
“Mungkin begitu, tapi belakangan ini, Ibumu benar-benar melipat banyak sekali. Aku yakin dia terus khawatir tentangmu…” Bibi Shu menghela napas.
Dia mengambil seekor bangau kertas yang dilipat ibunya, merasa ada kesan familiar, tapi tak ingat di mana pernah melihatnya.
Bibi Shu melihatnya terpaku, bertanya, “Ada apa?”
Dia menggelengkan kepala, meletakkan bangau kertas. “Aku hanya berharap bangau-bangau ini juga bisa mendoakan Ibu.”
“Qingyou pergi ke Jiang Zhai untuk menjenguk Pasangan Direktur Jiang… Sebelum berangkat, dia sudah memberitahuku tentang situasimu dengan Shan Yan. Apa kau benar-benar memutuskan melepaskan wanita itu?” Bibi Shu bertanya penuh perhatian.
Sambil memandangi ibu yang sedang serius melipat bangau kertas, dia menjawab jujur, “Shan Yan sudah melupakan aku. Orang yang dicintainya sekarang adalah Linda. Jika aku membuat Linda meninggalkan dunianya, dia akan menanggung kepedihan besar… Aku tak ingin melihat hasil seperti itu.”
“Jika Linda tiada, kau akan punya cukup waktu untuk membuat Shan Yan mengingat masa lalu dan urusan kalian…” Nada suara Bibi Shu penuh rasa tersayat hati.
Dia tersenyum getir. “Aku juga pernah berpikir begitu, tapi setelah dua kali menemui Shan Yan, aku mulai menyadari… mungkin dia takkan pernah ingat lagi hal-hal antara kita di masa lalu…”
“Mengapa?” Bibi Shu mengerutkan alis. Dengan nada muram dia menjawab, “Karena kehadiranku, ucapanku, sama sekali tak menyentuhnya. Jika masih ada ingatanku di kedalaman memorinya, tak mungkin dia tak tersentuh sedikitpun. Kecuali… Linda sudah benar-benar menghapus bagian memorinya tentang aku… Dan jika dia sudah sepenuhnya...”
“Kedalaman tidak memiliki ingatan ini, bagaimana mungkin aku bisa membuatnya mengingatku?”
“Aku paham maksudmu… Maksudmu, jika dalam ingatan Shan Yan masih ada dirimu, dia pasti akan merasakan sesuatu saat melihatmu belakangan ini… Tapi karena dia sama sekali tidak merasa apa-apa, itu artinya bagian ingatan tentangmu sudah dihapus.” Bibi Shu berkata dengan tegas.
Dia mengangguk, “Benar. Menghapus ingatan lebih parah dari kehilangan ingatan. Kehilangan ingatan masih mungkin kembali, tapi ingatan yang sengaja dihapus mustahil pulih selamanya...”
Bibi Shu menghela napas panjang, “Linda ini, sebagai dokter, tega berbuat licik… Dia tidak hanya merusak jantungmu, bahkan menggunakan nyawamu untuk mengancam Shan Yan.”
Dia menarik napas dalam, matanya melotot menahan rasa perih. “Semua ini salahku. Saat bisa memperhatikan Shan Yan, aku malah tak menghargainya… Hingga Linda terus-menerus melihat pengorbanan Shan Yan untukku, membuatnya jadi terobsesi.”
“Tidak, semua ini tak bisa membenarkan perbuatan Linda merebut cinta…” Bibi Shu menggigit bibir geram, “Linda ini! Andai bukan karena khawatir Shan Yan akan menderita, aku ingin segera menghukumnya!”
Dia tersenyum tipis, “Sudahlah, Bibi… Sekarang aku hanya berharap dia bisa merawat Shan Yan dengan baik.”
Bibi Shu kembali mendesah. “Dari Qingyou kudengar, jika Shan Yan menikah dengan Linda, kau berencana membawa ibumu, Xinmei dan dua anak ke luar negeri.”
“Ya. Aku tak bisa terus tinggal di dalam negeri...”
Bibi Shu berkata dengan ketidakberdayaan, "Sebenarnya keluarga yang baik-baik, dipisahkan secara memaksakan oleh Linda... sungguh menyebalkan!"
Wajahnya tetap mempertahankan senyuman, hanya saja dalam senyuman itu terpancar kepedihan.
Ibu tiba-tiba menggenggam sekumpulan bangau kertas, menyerahkannya padanya.
Dia terlihat agak terkejut, namun juga berseri-seri. "Ibu, ini mau diberikan untukku?"
Ibu mengangguk, terus-menerus menyodorkan bangau kertas ke tangannya, bergumam pelan, "Kerinduan..."
"Apakah Ibu merindukanku?" Matanya mulai memerah. "Ibu, apakah Ibu sudah tahu siapa aku sebenarnya?"
Namun Ibu tetap hanya menyodorkan bangau kertas ke tangannya, terus-menerus berucap, "Kerinduan, kerinduan..."
Suaranya tersekat, "Ibu, apakah Ibu sangat merindukanku? Aku baik-baik saja... Lihatlah aku sekarang ada di hadapan Ibu."
……
Malam itu, dia menahan diri di Rumah Bi untuk menemani Ibu.
Tak disangka, saat tidur di tengah malam, ponselnya berdering.
Agar tidak mengganggu Ibu yang tidur di sampingnya, dia segera mengambil ponsel dan pergi ke balkon, baru menyadari telepon itu dari Linda.
Dengan wajah tetap dingin, dia menekan tombol penerimaan.
"Maaf ya, meneleponmu sekarang. Di Tiongkok saat ini masih tengah malam..."
"Lupakan basa-basi seperti itu. Ada keperluan apa?" jawabnya dengan dingin.
Linda berbicara perlahan, "Aku tahu bisa bertahan hidup sampai saat ini pasti karena kau membebaskanku... Aku sangat berterima kasih, sungguh."
“Kau sudah melakukan hal-hal kejam ini, sekarang malah berpura-pura bersyukur. Tidakkah kau merasa jijik?” Pikirannya kembali ke masa di pulau itu, saat dia masih menganggap Linda sebagai penyelamat. Gelombang dendam di relung hatinya semakin membara. Suara Linda yang penuh penyesahan berkata, "Aku tahu sangat bersalah padamu, tapi perasaanku pada Shan Yan tulus... Dia benar-benar pria paling penuh kasih yang pernah kukenal. Kukira semua wanita di dunia ini pasti mendambakan kasihnya... Yang bisa kujanjikan, aku akan merawat Shan Yan dengan baik. Bersamaku, dia akan bahagia."
