Vila Lanxi memang merupakan tempat yang damai.
Hari-hari tinggal di sini seolah terisolasi dari urusan dunia luar, segalanya terasa begitu tenang dan nyaman.
Saat Mumu pergi les, ia mendorong kereta bayi sementara Qingyou menuntun Xixi, bersama-sama berjalan-jalan di hutan birch putih Vila Lanxi, menikmati sinar matahari sore yang hangat.
Saat ini, dia dan Qingyou kembali bersama membawa dua anak berjalan-jalan di hutan birch putih.
Mentari siang hari sangat hangat, membuat mata Xiao Bei menyipit membentuk garis lurus, sementara Xixi melompat-lompat riang di antara pepohonan birch.
Qingyou tiba-tiba bertanya padanya, "Aku mau pulang menjenguk Ibu. Kau mau ikut?"
Dia tahu Qingyou sudah lama khawatir dengan kondisi interaksi ibu mertua dan Linda, hanya tak tega meninggalkannya sendirian di Lanxi sehingga belum juga pergi menjenguk.
Kini sudah dua minggu berlalu, Qingyou pasti sangat resah.
Dia menjawab Qingyou dengan senyuman datar.
Melihat itu, Qingyou bertanya dengan ragu, "Ada apa?"
"Dia memalingkan wajah, memandang Qingyou dengan tenang baru berkata, \"Kau ini, kalau memang khawatir pada Ibu, mengapa tidak bilang dari dulu mau ke Bukit Bao?\""
"\"Aku cuma mau menunggu sampai perasaanmu membaik sedikit,\" Qingyou melaporkan sejujurnya."
"Dia membungkuk merapikan selimut Xiao Bei yang tertutup terlalu tinggi, lalu tersenyum datar, \"Sebenarnya aku baik-baik saja... Sudah lama aku ingin ikut kau menjenguk Ibu di Bukit Bao. Aku tahu Ibu juga sangat merindukan Xiao Xi dan Xiao Bei.\""
"Qingyou menatap dengan tatapan muram. \"Kakak ipar, kau serius?\""
"Dia mengangkat pandangan, senyum rileks masih terpancar. \"Menurutmu aku seperti sedang bercanda?\""
"Qingyou bertanya penuh curiga, \"Jadi, jika aku kembali dan memberitahukan kondisi Kakakku dan Linda, emosimu bisa tetap stabil?\""
"Dia menatap Qingyou dengan netral. \"Benar, Qingyou... Aku sudah menerima kenyataan ini. Saat ini, hatiku sangat tenang.\""
"\"Aku khawatir kau hanya berusaha menyembunyikan...\" Qingyou mengungkapkan kekhawatirannya."
"Dia menggeleng, tepat melihat sehelai daun berguguran dari pohon birch. Matanya mengikuti daun yang melayang jatuh itu, \"Manusia terkadang seperti daun. Meski mengembara, pada akhirnya akan menemukan tempat berpijak.\""
"Qingyou tak sepenuhnya paham maksudnya, mengerutkan alis."
"Dia menjelaskan lebih lanjut, \"Maksudku, hatiku telah melewati masa pengembaraan sepian dan tak berdaya... Kini, aku menemukan pijakan pada tubuh kedua anakku. Karena itu, aku sudah menerima kenyataan bahwa dalam hidupku tak ada Shan Yan.\""
“Benarkah？Kakak ipar……
Ia melihat sorot mata Qingyou saat ini yang terlihat rumit, tersenyum tipis sambil bertanya, “Ada apa, kau khawatir aku berbohong?”
“Bukan, aku hanya……” Qingyou ragu-ragu ingin bicara, tapi akhirnya tak melanjutkan.
Dia tetap menjaga senyuman, dengan tenang berkata, “Aku menduga dalam dua minggu ini, kau pasti sudah menelepon ibu mertua untuk menanyakan situasi interaksi mereka dengan Shan Yan dan Linda. Tapi kau tak pernah menyebutkan kondisi mereka padaku, ini hanya membuktikan bahwa ibu mertua, Shan Yan dan Linda bisa rukun.”
Meski bukan orang yang sangat pintar, dia juga tak bodoh.
Sorot mata Qingyou memang berubah dari rumit kembali menjadi polos, memandangnya dengan kejernihan sambil mendesah, “Ya…Ibu bilang, Linda berbeda dari bayangannya.”
“Benarkah?” Rasa ingin tahunya muncul. “Apa yang Linda lakukan akhir-akhir ini?” Qingyou ragu sejenak, lalu berbicara pelan, “Ibu cerita…Sejak hari kedua tinggal di Kediaman Keluarga Gu, Linda setiap hari memasak sendiri tiga kali sehari, memperlakukan pelayan dengan baik hati, sama sekali tidak arogan. Saat senggang menemani ibu mengobrol, membantu ibu melakukan pijat terapi. Meski ibu terus menolak, Linda tak pernah
menyerah…Selain itu, setiap kali ibu sengaja menjebak Linda, Linda juga tak pernah melapor pada Kak. Sekarang hubungan ibu dan Kak semakin harmonis, ibu juga semakin tak tega menyulitkan Linda, jadi……”
Qingyou sampai di sini tiba-tiba berhenti bicara.
"Dia justru tersenyum, berkata, 'Jadi sekarang Ibu juga bisa akur dengan Linda, ya?'"
Qingyou perlahan menggigit bibirnya, baru kemudian mengangguk.
Anehnya dia tak merasa kecewa, sepertinya hatinya benar-benar telah tenang. "Ini bagus... Ini hasil terbaik, bukan?"
Qingyou langsung gelengkan kepala, "Menurutku Ibu hanya tertutup matanya!"
"Jangan begitu, Qingyou... Sebenarnya kau juga percaya, Linda hanya mencintai rumah sampai ke atapnya. Jadi di masa depan, dia akan berbakti pada Ibu dengan tulus." Begitu jawabnya.
Qingyou sudah tak tahu harus berkata apa.
Dia mendorong Xiao Bei yang tak tahu kapan sudah tertidur, terus berjalan-jalan di hutan birch putih nan indah ini.
Qingyou mengangkat Xixi yang sudah memetik segenggam bunga, diam-diam mengikuti di sampingnya. Tak tahu berapa lama, akhirnya dia berbicara dengan suara lembut, "Qingyou, sungguh, sejak Shan Yan benar-benar melupakan aku, aku sangat berharap ibu mertua dan Linda bisa rukun... Karena aku lebih paham daripada siapapun, meski ibu mertua menyayangiku, yang paling dia pedulikan tetaplah anaknya."
"Ibu mertua berharap Shan Yan bisa berbakti di masa depan... Jadi melihat ibu mertua dan Shan Yan sekarang bisa akur, aku lega sekali, dan berharap mereka bisa menjadi keluarga sejati di hari-hari mendatang."
“Qingyou adalah orang yang emosional, mendengar ucapannya ini, matanya berkaca-kaca. "Kakak ipar, bahkan jika Ibu menerima Linda, aku tak akan menerimanya... Di relung hatiku, kaulah satu-satunya kakak iparku." Ia menatap ke langit nun jauh di sana, tempat tak bertepi yang meluaskan hati manusia. "Qingyou, skenario licik Linda memang benar-benar sialan, tapi kalau dia benar-benar tulus memperlakukan Shan Yan, dan bersungguh-sungguh padamu semua... Aku harap kalian jangan menjauhinya karena aku, sebab hanya dengan kalian semua menerima Lin-"
"da, barulah Shan Yan punya keluarga dan sahabat, baru bisa meraih lebih banyak kebahagiaan."
"Hingga detik ini kau masih memikirkan kakakku..." Qingyou tak tahan tersekat suaranya.
Xixi memperhatikan, lalu bertanya penuh pengertian, "Mama, kenapa menangis?"
Qingyou seketika mengusap air mata di sudut matanya, memaksakan senyuman, "Mama tidak menangis, ada pasir masuk ke mata Mama..."
"Oh," jawab Xixi penurut, "Aku bantu tiup ya..."
"Baik."
Ia tersenyum menatap adegan ini, hingga Qingyou pura-pura matanya sudah sembuh, barulah ia berkata, "Kakakmu sama sekali tidak punya kesalahan padaku, mana mungkin aku tidak memikirkannya."
"Tapi semua perhatianmu padanya saat ini, semuanya menanggung kepedihan yang besar." Qingyou demi menghindari kekhawatiran Xixi, tak lagi mengizinkan dirinya menitikkan air mata.
Suaranya yang tenang menjawab, "Kalau memang aku tak bisa bersama Shan Yan, terpaksa kupilih untuk mendoakannya."
Qingyou berkata dengan sedih, "Kakakku jika suatu hari mengingatmu, pasti hatinya akan tersayat sampai mati..."
Dia tersenyum getir, "Menurutmu apakah akan ada hari seperti itu?"
……
Sejak kembali dari Hutan Birch Putih, dia membopong Xiao Bei bersama Qingyou pergi ke Bukit Bao.
Kediaman Keluarga Gu masih seperti saat dia pergi, semuanya terlihat tak ada perubahan. Tante Qu turun dari lantai dua untuk menyambut mereka.
