Dia memutar gagang pintu sekuat tenaga, tapi pintu sudah terkunci. Sekuat apapun dihentak, tak bisa terbuka.
Dengan amarah dia berteriak, "Kalian ini sebenarnya siapa?!"
Baru setelah masuk ke dalam kabin mobil, dia sadar ini bukan mobil Keluarga Jiang. Interior mobil Jiang berwarna hitam, bukan krem seperti ini.
Keempat pria setelan jas hitam itu tetap membisu.
Dia menggedor jendela mobil sekuat tenaga, berusaha menarik perhatian orang di luar. Sayang, kaca ini terlalu keras. Tak peduli seberapa keras dipukul, tetap utuh tanpa cacat.
Dengan menatap tajam kedua pria setelan jas hitam yang duduk mengapitnya bagai patung, dia berkata, "Kau pernah dengar Jiang Jun atau Lu Jingzhi? Jika pernah, kalian pasti tahu konsekuensi menculikku!"
Salah satu pria setelan jas hitam akhirnya menjawab, "Maaf, kami tak kenal siapapun. Kami hanya kenal uang."
"Lalu siapa dalang penculikan ini?" tanyanya dengan kemarahan yang dipendam.
Keempat pria itu kembali membeku dalam kesunyian.
Dia menyandar ke kursi, perasaan bingung tak karuan.
Tiba-tiba ide menelepon terlintas. Tapi di saat seperti ini, mengangkat ponsel pasti langsung dihentikan. Diam-diam jarinya merayap mencari ponsel.
Namun para pria itu terlalu waspada. Gerakan hati-hatinya tetap terendus. Ponsel direbut dan dilempar keluar jendela.
Harapan terakhirnya hancur. Matanya melotot ke dua pria di samping, "Siapa yang menyuruh kalian?!"
Tak satu pun menjawab.
Akhirnya dengan perut kembung menahan amarah, dia membiarkan diri digiring pergi.
……
Saat tiba di landasan pacu pribadi Kota C dan mengenali pesawat milik Linda, barulah dia paham: empat pria ini dikirim oleh Linda.
Sayangnya, setelah dipaksa naik pesawat, dia tidak melihat Linda.
Di dalam pesawat, meski terus bertanya, empat pria berkostum jas dingin tetap tak menjawab satu pun pertanyaannya.
Demikianlah dia dipaksa menaiki pesawat pribadi Linda, tak tahu tujuan akhirnya.
……
Lebih dari sepuluh jam kemudian, pesawat pribadi Linda mendarat di pulau pribadi Guan Yumo di Australia.
Selama di pesawat, karena takut mengalami hal buruk, dia tak tidur sejenak pun. Saat turun, kelelahan sudah sangat terasa.
Di pulau kecil itu, karena perbedaan zona waktu, waktu juga tepat menunjukkan senja.
Cahaya senja sama-sama menyinari bumi, tapi pemandangan di sini jauh lebih indah bagai lukisan dibanding Kota C.
Kilau kemerahan senja memantul di permukaan laut yang berkilauan, menciptakan kedamaian yang sempurna.
Saat dua pria berkostum jas mengapitnya di kedua sisi, tenaganya sudah habis untuk melawan. Akhirnya dia hanya menuruti arahan mereka hingga tiba di tepi pantai.
Seperti diduga, yang menculiknya memang Linda. Perempuan itu sudah berdiri menunggu di tepi pantai.
Empat pria berkostum jas segera mundur ke samping.
Dia memijat lengan kaku yang terlalu lama terikat, lalu menghampiri Linda dari belakang. "Kau menculikku jauh-jauh ke sini untuk apa?"
Linda yang mengenakan jas lab putih berdiri diam di depan ombak, pandangannya tertancap jauh ke garis horizon laut.
Melihat Linda tidak menjawab, dia melanjutkan, "Kau berani menyamar menggunakan suara Qingyou untuk menipuku?" Linda berkata dengan nada datar, "Itu karena kau kurang teliti atau bodoh. Suara dari mesin, sekalipun ditiru semirip apapun, pasti punya celah. Seperti Shan Yan yang bisa langsung tahu rekaman suaramu buatan ayahmu palsu, sementara kau tak bisa membedakan... Ini
membuktikan IQ-mu terlalu rendah."
Dia benar-benar bodoh.
Tadi memang tidak memperhatikan kelainan pada "suara Qingyou"...
Andaikan dia teliti seperti Shan Yan, mungkin tidak akan tertipu.
"Untuk apa kau mengikatku ke sini?" katanya dengan amarah.
Linda tertawa, "Kubilang kau bodoh, benar-benar masih belum mengerti sampai sekarang."
"Apa sebenarnya maksudmu?" Kesabarannya habis.
Linda menyelipkan tangan ke kantong jas dokter, baru kemudian memutar tubuh dengan tenang, memandanginya santai. "Tahukah kau? Sudah kuhitung, kita punya sekitar setengah jam untuk berbincang."
Dia benar-benar bingung sama sekali...
Tak mengerti kenapa Linda yang seharusnya di Kota H tiba-tiba kembali ke pulau?
Tak mengerti untuk apa Linda mengikatnya ke sini?
Lebih tak mengerti apa maksud "setengah jam" yang Linda sebutkan?
"Jangan berlagak misterius! Langsung katakan, apa maumu?" Perasaan tak bisa membaca situasi ini membuatnya takut.
"Kenapa? Takut kubunuh kau?" tiba-tiba Linda tersenyum sambil berkata.
“Kau yang sudah kehilangan kemanusiaan ini, apa saja bisa kau lakukan!” jawabnya dengan suara dingin.
Linda tetap menjaga ekspresi tenang, berbicara perlahan, "Su Mo, kau lupa, aku seorang tabib. Aku takkan membunuh... Jadi tak perlu kau khawatir."
"Benarkah?" Alisnya berkerenyit, nada sinis terdengar, "Linda, rupanya kau masih ingat statusmu sebagai tabib? Jika benar ingat, harusnya kau tahu - meski tak membunuh langsung, semua yang kau lakukan sama saja dengan mengorbankan nyawa!"
Tatapan Linda dalam-dalam tersembunyi, bayangan kesepian masih tersisa di matanya. "Aku tahu sudah tidak layak disebut tabib, tapi seperti pernah kukatakan padamu, aku tak pernah menyesali semua yang telah kulakukan."
Dia sama sekali tak menunjukkan rasa kasihan pada kepedihan di mata Linda, membentak sinis, "Kau pikir sudah mendapatkan hati Shan Yan? Tapi kita berdua tahu, hati Shan Yan bukan milikmu."
Linda tiba-tiba mendesah panjang, lalu menunduk, tersenyum getir, "Kau benar. Aku memang tak benar-benar mendapatkan hati Shan Yan, karena hati Shan Yan... selain dirimu, takkan ada yang bisa memilikinya."
"Tapi kau tetap bandel seperti ini!" Dia benar-benar sakit hati, lagipula Linda pernah menyelamatkan Xiao Xi, dia selalu menganggap Linda sebagai Penolong kami.
Dan dalam kesannya, Linda adalah dokter yang sangat hebat, Linda bahkan pernah membantu pasangan suami-istri Que Yan dan Yaru. "Aku tahu aku selalu dalam kebandelan, tapi aku tak bisa mengendalikan diriku..." Linda menatap pasir putih di bawah kakinya, tatapannya terlihat kosong. "Aku takkan pernah melupakan pandangan pertama padanya—kau berdiri di tepi pantai, tepat di posisiku sekarang ini, sementara ia berdiri di bawah pohon palem dua puluh meter di belakangmu..."
"Diam-diam memandangimu... Saat itulah aku baru sadar, mata seorang pria ternyata bisa mengabaikan seluruh dunia, hanya memuat satu orang."
Di kepalanya tergambar adegan yang dideskripsikan Linda, dada terasa bergejolak oleh kepedihan.
Rupanya, Shan Yan selama ini diam-diam selalu berdiri di belakangnya... Sementara dirinya tak pernah tahu. Linda menarik napas dalam, mengangkat kepala, mata kemerahan menatapnya. "Su Mo, tahukah kau? Aku sangat iri padamu... Aku tahu kau pernah mengalami banyak kesengsaraan, tapi jika memungkinkan, aku ingin menukar hidup dengannmu, asalkan bisa bersama Shan Yan..."
