Matanya tak lepas dari cincin itu, tak tega melepasnya. Tapi jika terus dipakai semalaman, pasti tidak bisa tidur nyenyak.
Shan Yan yang baru keluar dari kamar mandi melihatnya masih menatap tajam cincin itu, tak tahan tertawa. "Istriku, kau tidak akan melihat cincin ini semalaman, kan?"
Seketika dia menarik kembali tangannya, malu memandang bayangan tinggi tegap itu. "Kau selesai mandi..."
Shan Yan meletakkan handuk untuk menyeka rambut basah di samping, lalu datang duduk di sisinya. "Baru keluar sudah melihatmu mengagumi cincin lagi... Istriku, waktu yang kau habiskan untuknya lebih banyak dariku."
Segera dia mengangkat tangan melingkari leher Shan Yan, merajuk. "Ada? Mataku selalu menatapmu!"
“Ada, sejak aku melamarmu sampai sekarang, pandanganmu selalu tertuju pada cincin ini, aku merasa diabaikan…” Shan Yan menggenggam pinggang rampingnya.
“Aduh, Direktur Utama Shan ternyata cemburu buta dengan sebuah cincin…” ujarnya dengan nada mengejek.
Shan Yan menunduk mematuk bibirnya. “Aku memang cemburu, kenapa?”
“Oh, kalau begitu mulai sekarang aku akan terus menatapmu, boleh?” rayunya dengan manis sambil bercanda.
“Boleh, tapi kau harus melepas cincin ini dulu.”
“Kenapa?” Dia seketika melepas lehernya, menyembunyikan tangan berhias cincin di belakang punggung.
Shan Yan memandangnya dengan tenang, “Aku khawatir kau masih mengagumi cincin ini sampai larut malam, bahkan tak mau memelukku lagi.”
Dia tersipu malu. “Iya lah, ini memang sangat indah. Kau tahu, wanita mana bisa menolak pesona berlian, apalagi yang kau pahat dengan begitu penuh perhatian…”
Shan Yan merangkul bahunya, memeluknya erat dalam pelukannya. “Istriku, setelah kembali ke Kota H, kita akan mempersiapkan pernikahan, ya?”
Dia mengangkat tangannya, masih menatap cincin itu sambil bergumam, “Aku cuma memakai cincinmu, kapan aku bilang mau menikahimu?”
“Tapi sepertinya mau tak mau kau harus menikah…” kata Shan Yan dengan penuh kepercayaan diri.
Dia mengangkat kepala, meliriknya. “Mengapa?”
“Karena jika kau tak menikahiku, dua anak kita juga tak akan setuju…”
“…Kau ternyata ingin mengikatku dengan anak-anak.”
“Dengan cara apa pun untuk memperangkapmu, aku tak keberatan menggunakan segala cara.”
“……”
“Sekarang, mau menikah atau tidak?”
“Aku akan pertimbangkan dulu...” ujarnya dengan sengaja bersikap kekanakan.
“Kau masih mau pertimbangkan?” Shan Yan tiba-tiba mengikat kedua tangannya, menindihnya di ranjang.
Tanpa takut, ia berkedip padanya, “Kenapa, kau pikir dengan cara kasar seperti ini bisa memaksaku?”
“Aku tahu ini mungkin tak bisa memaksamu, tapi jika kita punya anak ketiga... Dengan tiga anak mengikatmu, kau mungkin tak bisa kemana-mana...”
“Ah... Liciknya kau!”
“Sudah kubilang tak peduli cara apa pun!”
“Siapa yang mau memberimu anak lagi...”
Sayang teriakannya berikutnya tenggelam dalam desahan berat mereka yang saling bertaut.
……
Setelah gairah mereda, dengan nafas masih tersengal, ia menepuk dadanya perlahan. “Kau keterlaluan, kau menipuku...”
Ya, tadi ia menggunakan pengaman.
Shan Yan menggenggam tangannya yang gelisah, tatapan puas tertuju padanya. “Kau kira aku benar-benar berencana punya anak lagi?”
Ia merangkak di atas tubuhnya, memandanginya. “Aku benar-benar mengira serius, bahkan berpikir punya anak ketiga juga tak masalah... Lagi pula kita tak punya anak perempuan, aku tahu kau juga menyukainya.”
Shan Yan melingkari pinggangnya, nada bicara penuh kasihan, “Kau pikir aku akan membiarkanmu menahan sakit melahirkan lagi?”
“Sebenarnya melahirkan dua anak ini tak terlalu sulit... Mereka selalu patuh di perutku, proses melahirkannya juga tak terlalu menyiksa.”
“Tapi aku tak sanggup lagi menahan perasaan hati berdebar-debar itu.”
“Ya?” Shan Yan mengangkat kepala, mencium bibirnya dengan penuh kasih baru kemudian berkata, “Melahirkan memang membuat wanita melewati pintu hantu, tapi kondisimu lebih parah. Jantungmu lemah, saat melahirkan Xiao Xi dan Xiao Bei tidak terjadi masalah, itu sudah syukur... Kau harus tahu, jika saat itu bukan karena—”
“harus melahirkan Xiao Bei untuk menyelamatkan Xiao Xi, aku takkan pernah mau kau melahirkan lagi.”
Dia mencubit hidung Shan Yan yang mancung dengan lembut. “Kau bodoh... Jantungku sekarang sudah sembuh, melahirkan takkan berpengaruh...”
“Tetap tak mau.”
Shan Yan menekan kepalanya ke pangkuan, memeluknya erat seolah takut kehilangan. “Kita sudah punya dua anak, itu cukup. Aku tak mau ada apa-apa terjadi padamu... Paham?”
Dia menutup mata, memeluknya. “Baiklah, tak mau ya tak mau. Lagipula sejak Xiao Bei lahir, aku belum punya waktu merawatnya dengan baik. Saat ini aku hanya ingin fokus merawat kedua anak kita...”
“Ya.” Shan Yan mencium kepalanya. “Tidurlah.”
Dia memang mulai mengantuk, kelopak matanya sudah berat. “Selamat malam.”
“Selamat malam.”
……
Keesokan sorenya, mereka memutuskan terbang kembali ke Kota C untuk menemani kedua anak lebih awal.
Pasangan Jiang Jun dan Guan Yumo yang memilih melanjutkan liburan mengantar mereka di pintu vila.
Qingyou memandang Shan Yan yang sedang memayunginya menghalangi mentari, bergumam, “Kak, kau terlalu baik pada kakak ipar, sampai aku jadi iri!”
Shan Yan tersenyum lembut, tak berkata apa-apa.
Mu Ying menyusul berkata, "Ya, cincin lamaran Klan Shan saja, sudah jauh melebihi cincin kampungan di jariku ini......"
Guan Yumo yang berdiri di samping langsung berkerut wajahnya.
Ekspresi Jiang Jun juga tak enak dipandang, "Segeralah berangkat! Cuaca di sini mudah berubah, hujan akan menyulitkan!"
"Ya... sampai jumpa... Kalian harus datang ke pernikahan kami!" ujarnya dengan penuh perhatian.
Qingyou dan Mu Ying sama-sama menunjukkan wajah kedengkian.
"Benar-benar tak tahu pernikahan seperti apa yang akan Kakak persiapkan untuk kakak ipar......"
"Cincin lamaran saja sudah semenakjubkan ini, apalagi pesta pernikahannya... Aku benar-benar iri, Kak Su bahagia sekali."
Kedua pria itu semakin tak nyaman mendengarnya. Tanpa pamit, mereka langsung merangkul istri masing-masing menuju dalam vila.
Dia dan Shan Yan tak tahan geleng kepala, tersenyum tipis.
Saat mereka berjalan masuk, terdengar samar——
Jiang Jun berkata pada istrinya, "Sayang, kita juga punya surat bukti. Bola kristal yang kukirim itu membuatmu terharu, bahkan aku juga menyiapkan pesta pernikahan bola kristal......"
"Oh ya? Bola kristal itu pesanan khusus langsung dari Amerika kan?"
“……”
Guan Yumo berkata pada istri tercintanya, "Sayang, cincin nikah di tanganmu juga punya latar belakang luar biasa. Itu hadiah dari Raja Louis XIV dari Prancis untuk selir kesayangannya... Mereka saling mencintai seumur hidup, melambangkan kita juga bisa demikian. Sangat romantis kan!"
"Apa romannya? Tak ada makna sama sekali..."
"..." Saat dia dan Shan Yan pergi, suara tawa terbahak-bahak menggema.
