Kota C.
Mendengar suara riang Shan Yan dan Xiao Xi yang sedang bermain di bawah kantor, akhirnya dia bisa tenang.
Ya ampun, tadi saat baru sampai rumah, Xiao Xi diam di kamar lantai atas, bahkan tak mau turun tangga, karena tak ingin melihat Shan Yan...
Beruntungnya, Shan Yan berdiri di pintu kamar, dengan sabar menjelaskan pada Xiao Xi layaknya sedang berbagi hati...
Ketika Xiao Xi akhirnya mengerti bahwa semua yang dilakukan Shan Yan adalah demi dirinya, Xiao Xi membuka pintu dan menangis sambil menerjang masuk ke pangkuan Shan Yan...
Saat itulah dia baru tahu, Xiao Xi sebenarnya sangat rentan. Sejak awal anak itu tak ingin kehilangan ayahnya, tapi terus berusaha tampil kuat di hadapannya...
Menyaksikan adegan ini, dia pun ikut menitikkan air mata...
Hatinya tersayat melihat Xiao Xi, tapi juga bahagia karena akhirnya keluarga mereka bisa berkumpul kembali...
Setelah itu Shan Yan mengajak Xiao Xi ke lantai satu untuk membuka hadiah - pesawat remote control merek XX tingkat kesulitan 8.8 yang sudah lama dibeli Shan Yan untuk sang buah hati...
Sementara dia menggendong Xiao Bei yang sudah tertidur lelap di pelukannya masuk ke kamar.
“Saat ini dia sudah menidurkan Xiao Bei di ranjang, seharusnya dia turun tangga menemani Shan Yan dan Xiao Xi, tapi di relung hatinya masih ada keraguan yang belum terjawab. Dia berencana memanfaatkan kesempatan ini untuk menanyakan semuanya pada Jiang Jun...”
“Dia tahu Jiang Jun pasti bisa memberinya jawaban.”
“Maka, dia mengambil ponsel, pergi ke balkon di luar kamar, dan menekan nomor telepon pulau itu.”
“Telepon diangkat Xiao Su. Karena saat ini di Australia sudah pukul 10 malam lebih, Xiao Su terkejut, 'Nona Su, Anda menelepon di saat seperti ini?'”
“Dia tersenyum sambil berkata, 'Xiao Su, tolong berikan telepon ini pada Direktur Jiang.'”
“'Direktur Jiang?'”
“'Ya, apa ia sudah tidur?'”
“'Tidak, Direktur Guan dan istrinya sudah tidur. Direktur Jiang dan istrinya mungkin masih melihat ubur-ubur bercahaya di pantai... Sekarang akan saya antarkan telepon ini padanya.'”
“'Baik, terima kasih.'”
“'Tak segan.'”
……
“Kira-kira sepuluh menit kemudian, ponsel sampai di tangan Jiang Jun.”
“'Su Mo.'”
“'Jun, aku punya keraguan. Bisakah kau jelaskan untukku?'”
“Jiang Jun sepertinya sudah menangkap isi hatinya, terdiam sesaat, 'Apakah kau benar-benar harus tahu?'”
“'Ya,' jawabnya tegas. 'Aku tahu Shan Yan tak mau memberitahuku pasti ada alasannya, tapi aku khawatir dia melakukan sesuatu untukku yang tak kuketahui... Aku tak bisa mempercayainya.'”
Jiang Jun bertanya dengan tenang, "Bagaimana kau tahu Shan Yan menyembunyikan sesuatu darimu?" Dia melaporkan sejujurnya, "Saat Shan Yan memberiku cincin, aku benar-benar bahagia karena tak kusangka dia begitu tulus membuatkan cincin ini... Tapi saat sadar keesokan harinya, tiba-tiba aku ingat Shan Yan pernah bilang sebelumnya bahwa dia sudah menyiapkan cincin nikah untukku sejak lama, jadi kupikir ada ketidaksesuaian dalam ucapannya... Yang terpenting, setelah kurenungkan matang-matang, mustahil dia langsung pergi membuat cincin usai operasiku tanpa sekalipun menemuiku. Meski dia bilang ini demi kejutan dan khawatir tak ada kesempatan lagi membuat kejutan seperti ini, tapi aku tahu baginya..."
"Tak ada yang lebih penting dari kesehatanku. Jadi saat itu, jika tidak ada urusan yang mengikatnya, pasti dia akan datang menemuiku segera setelah operasi selesai..."
Jiang Jun bersuara berat, "Kalau memang sudah kau duga, terpaksa harus kuberitahu sejujurnya."
"Silakan bicara." Dia menahan napas menanti.
Jiang Jun berkata serius, "Dugaanmu benar. Shan Yan tidak langsung menemuimu usai operasi bukan karena sedang membuat cincin kejutan, tapi karena dia dan Linda pergi ke Australia, tepatnya pulau kecil ini."
"Apa?" Seluruh tubuhnya membeku. "Kau bilang setelah operasiku, Shan Yan dan Linda datang ke pulau ini?"
Jiang Jun menjawab tenang, "Dengarkan dulu sampai selesai."
Tangannya menekan dada yang mulai terasa sesak.
“Jiang Jun melanjutkan, 'Aku yakin kau juga pernah meragukan, mengapa Shan Yan tidak menuntut pertanggungjawaban Linda setelah operasimu selesai, bahkan baru muncul ketika Linda menculikmu... Semua ini ada alasannya.'”
“'Jun, mengapa Shan Yan datang ke pulau bersama Linda? Mengapa dia tidak segera menuntut pertanggungjawaban Linda?' tanyanya dengan penuh desakan。”
“Jiang Jun berkata dengan datar, 'Karena sebelum melakukan operasimu, Linda sudah tahu bahwa Shan Yan selama ini hanya berakting bersamanya.'”
“Apa?” dia Terkejut melototkan bola matanya. “Bukankah Linda baru menyadari Shan Yan pura-pura kehilangan ingatan setelah melihat bangau kertas yang diletakkan Ibuku di kursi istirahat luar kamar pasien pasca operasiku?”
“Kenyataannya bukan begitu.”
“Lalu mengapa sebelumnya kau memberiku penjelasan seperti ini?”
“Karena ini adalah fakta yang diharapkan Shan Yan untuk kau ketahui.”
Dia membeku di tempat. “Mengapa?”
“Shan Yan tidak ingin kau mengetahui urusan-urusan ini.”
“Mengapa?” dia bertanya dengan gugup.
Jiang Jun baru kemudian melanjutkan, “Apa kau masih ingat hari operasimu dulu, tepat sebelum operasi, Linda bilang mau melakukan pemeriksaan irama jantung sekali lagi untukmu?”
Dia mengangguk, “Aku ingat, saat itu kau juga bertanya pada Linda mengapa harus begitu.”
Jiang Jun berkata, "Sebenarnya saat itu Linda sama sekali tak berniat melakukan operasi untukmu. Alasan dia menyuruh kita semua keluar dan mengklaim akan melakukan pemeriksaan irama jantung lagi padamu, sebenarnya untuk menyiapkan satu butir jarum suntik."
“Apa jarum suntik.”“Jarum suntik ini mirip racun mematikan kronis. Linda berencana menyuntikkannya ke tubuhmu setelah operasi. Karena efek racun ini baru muncul lama setelahmu pulang, tak ada dokter yang mendeteksi masalah saat itu…”
…”
“Maksudmu… sebenarnya saat pulang, tubuhku sudah mengandung racun?” Dia sangat terkejut dan tak percaya. Jiang Jun bersuara berat, “Benar. Linda memang melakukan operasi jantung, tapi dia juga menanam ‘bom waktu’ di tubuhmu… Sayangnya saat itu kami tak sadar Linda sudah tahu Shan Yan hanya berpura-pura sukses, sampai operasimu selesai”
“Setelah itu, Shan Yan menyuruh bawahannya menangkap Linda untuk diserahkan pada Guan Yumo. Tiba-tiba Linda mengamuk sambil tertawa terbahak…”
Suaranya kehilangan kemulusan biasanya, gemetar: “Saat itu kau juga ada di sana?”
Suara Jiang Jun yang tetap tenang: “Ya. Awalnya aku ingin bantu Shan Yan urusi Linda, agar dia bisa menemanimu. Tak kusangka malah mendengar percakapan mereka…”
Suaranya semakin bergetar: “Apa yang mereka bicarakan saat itu?”
“Saat itu Linda memberitahu Shan Yan, dia sudah tahu sehari sebelumnya bahwa Shan Yan sedang berakting dengannya. Karena khawatir celah yang disengaja selama operasi akan terlihat oleh dokter lain, dia yang melakukan operasimu. Tapi dia menyuntikkan jarum racun ke dalam tubuhmu...” “Kalau dia menyuntikkan jarum racun, masa dokter bedah lain tidak melihatnya?” dia bertanya ragu.
