Tak disangkanya, kedatangannya ke Kota C mencari Tan Yan malah secara kebetulan bertemu Lu Jingzhi.
Dia mengira takkan lagi berpapasan dengan Lu Jingzhi…
Dia tak paham…
Dunia begitu luas, mengapa orang yang tak ingin dijumpai justru bertemu secara kebetulan?
Ji Sixi menghela napas, menoleh ke ruang tamu suite presidensial ini. Lu Jingzhi tetap duduk santai di sana, tak sedikit pun kehilangan kesabaran, sengaja ingin berlama-lama bersamanya.
Dia tahu jika tak membocorkan jejak anak itu, Lu Jingzhi tak akan melepaskannya...
Tapi jika menyerahkan anak padanya, bagaimana mungkin dia bisa mempercayai metode ini?
Ia tak akan memperlakukan anak ini dengan baik. Dari awal sampai akhir, ia tak pernah peduli padanya. Anak ini dilahirkannya dengan melanggar kehendaknya. Hampir saja ia merenggut nyawanya karena hal ini. Bagaimana mungkin!! Ia akan mencintai anak ini?
Namun jika tak menyerahkan anak, ia tak akan memberikan jalan hidup padanya...
Bagaimana ini?
Sebenarnya apa yang harus dia lakukan?
Yang Sheng tiba-tiba memasuki suite, berdiri di samping sofa, membungkuk hormat. "Pak Lu, hadiah sudah saya serahkan ke tangan Nona Su atas nama Anda."
Wajah Lu Jingzhi terlihat rumit, mendung dan dingin. "Dia... pasti sangat bahagia hari ini ya?"
Lu Jingzhi yang dia kenal selalu bicara dengan pengaruh yang tegas. Ini pertama kalinya dia mendengar suaranya yang kurang lantang.
Yang Sheng menunduk, seolah takut dengan perasaan Pak Lu saat ini. Suaranya terdengar hati-hati, "Benar, Pak Lu... Senyuman Nona Su merekah lebar, terlihat sangat berbahagia."
Lu Jingzhi menutup laptop di pangkuannya dengan suara "Pak!" yang keras.
Yang Sheng gemetar sedikit mendengar suara itu, tak berani bersuara lagi.
Lu Jingzhi meletakkan komputer di samping, mencengkeram keningnya sendiri, berkata datar, "Sudah, kau pergi dulu!"
"Baik."
Meski Yang Sheng tidak berjalan cepat, dia tahu saat ini Yang Sheng sedang bergegas pergi meninggalkan suite ini.
Dia hendak menarik kembali tatapan, tiba-tiba Lu Jingzhi meliriknya dengan wajah suram. Dua anak panah es dari tatapan dinginnya itu bisa membunuh orang, membuat bulu kuduknya merinding.
"Ji Sixi, waktumu sudah mepet... Kau tahu, begitu waktu habis, tak akan ada celah kompromi!" suara dingin Lu Jingzhi menggema.
Sungguh tak terbayangkan di dunia ini ada pria kejam seperti ini...
Di awal hubungan mereka, mungkin memang saling memanfaatkan. Tapi setiap malam mereka bersama, meski tak ada perasaan, setidaknya bisa disebut sahabat...
Namun, tak pernah sekalipun ia memberinya wajah bersahabat.
Di relung hatinya, dia hanyalah wanita yang bisa dipakai kapan saja untuk melepaskan hasrat. Tak ada secuil pun rasa hormat padanya.
Tentu, dia juga tak pernah berharap dihormati. Alasan tetap bersamanya hanya demi uang...
Tapi benar-benar tak disangka, rupanya ia bisa sekejam ini padanya.
Andai bukan karena campur tangan Su Mo terkait urusan anak, mungkin dia sudah dikirim ke Afrika untuk "melayani" para pengungsi...
Sungguh tanpa ampun, dia adalah Baojun berwajah dingin. Kecuali pada orang spesial di hatinya, takkan ada senyum untuk siapapun.
Tuhan memang sialan, membuatnya bertemu pria ini di masa tersulit, menyusup masuk ke dunia sang tiran...
Sekarang, bagaimana mungkin dia melepaskan diri? "Lu Jingzhi, aku sudah bilang padamu, aku tak sengaja hamil anakmu. Selama ini aku selalu berhati-hati, kau tahu itu... Tapi aku tak tahu pil kontrasepsi yang dibelikan orangmu ternyata vitamin, makanya ada anak ini... Saat tahu aku hamil, benar-benar terpikir untuk menggugurkannya di rumah sakit. Tapi saat sampai di pintu rumah sakit, aku sadar sama sekali tak punya keberanian masuk... Karena aku tak tega mengorbankan nyawa kecil yang tak bersalah ini, akhirnya kuputuskan untuk mempertahankannya... Tapi mempertahankannya sama sekali bukan untuk..."
"...mendapatkan apapun darimu. Aku hanya ingin sebagai seorang ibu, membesarkannya dengan baik..." Meski tahu ucapan ini tak mungkin menyentuh hatinya, dia tetap tak tahan mengatakannya.
Seperti diduga, Lu Jingzhi membalas dingin, "Kau pikir dengan cerita ini aku akan melepaskanmu?" Dia keluar dari kamar, menghadapnya. Memandangi wajah tampan yang muram namun familiar itu, dia memohon, "Setelah bersama selama ini, kau tahu aku tak punya nyali mempertahankan anak untuk merencanakan sesuatu. Aku hanya tak tega menyakiti nyawa kecil yang tak bersalah ini. Jadi kumohon, lepaskan..."
Kita... Aku bisa beri jaminan, dengan kau melepaskan kita, aku dan anak takkan pernah muncul di hadapanmu, juga takkan pernah mengganggumu... Pertimbangkan perasaan kita sebelumnya, beri aku dan anak jalan hidup!" "Wanita sepertimu, kau kira aku bisa percaya?" Lu Jingzhi menjawab dengan jijik. "Jangan lupa, demi uang dulu kau begitu bersemangat menyambut baikku... Wanita sepertimu, apapun yang dilakukan hanya untuk uang... Jadi jangan bilang kau tidak akan berusaha mengincar sesuatu dengan anak ini, kare
“Karena aku tidak punya kepercayaan padamu, jika kau menyerahkan anak itu dengan patuh, mungkin aku akan mempertimbangkan memberimu jalan hidup!”
Kalimat yang ia ucapkan, kata demi kata seperti pedang menusuk jantungnya, dia berkata perlahan, “Kau benar, dulu aku selalu menuruti keinginanmu demi uang, tapi kau tahu, kebutuhanku akan uang bukan untuk diri sendiri, jadi aku tidak akan melakukan hal hina seperti yang kau bayangkan!”
“Benarkah?” Lu Jingzhi menatapnya dengan dingin. “Jika ingatanku tidak salah, setelah mendapatkan uang dariku, selain membantu orang tuamu, kau juga hidup berkecukupan dan menikmatinya, bukan?”
“Aku membeli pakaian bagus, tas branded, bahkan rumah mewah... Hanya agar orang tua tak khawatir. Sebenarnya aku sama sekali tak peduli dengan harta benda.” Dia melaporkan sejujurnya. Namun, Lu Jingzhi cuma menyeringai, “Sebenarnya kau tak perlu menjelaskan panjang lebar padaku. Bagaimanapun alasanmu, kau harus mengakui bahwa kau adalah wanita yang rela menjual tubuh demi uang... Jika dulu bukan aku yang membelimu, siapapun yang membelimu, kau tetap akan
melakukan hubungan intim dengan orang itu demi uang.”
"Hati dia menarik keluar."
Dia tahu dirinya sangat hina di relung hati Lu Jingzhi, tapi mendengar kalimat-kalimat ini langsung keluar dari mulutnya, tangisannya tak tertahankan.
"Baik, aku akui aku mengorbankan diri demi uang... Tapi percaya atau tidak, melahirkan anak ini bukan untuk uang." Suara parau-nya terdengar.
"Sudah kukatakan, aku tak percaya padamu. Jadi aku tak akan lagi membuang waktu di sini bersamamu... Jika sebelum pukul dua belas kau belum memberi jawaban, bersiaplah ke Afrika!" Usai berkata, Lu Jingzhi langsung bangkit dari Sofa, melangkah pergi dengan dingin. Dia membeku di tempat, memandangi bayangan tubuh yang menjauh.
