Di suite lain, Yang Sheng tetap menunduk hormat, "Pak Lu, Nona Ji sudah memberikan info jejak anak... Katanya anak sekarang berada di tempat sahabat Jermannya, Anne. Asalkan kita izinkan dia berkomunikasi dengan Anne, Anne akan menyerahkan anak pada kita."
“Lu Jingzhi sedang melihat laporan keuntungan hotel bulan lalu, bahkan tak sekilas memandang Yang Sheng, bersuara berat,”Temukan teman Ji Sixi ini!”
“Baik.” Yang Sheng mundur.
Sebentar kemudian, Yang Sheng kembali ke suite, masih dengan suara hormat,”Pak Lu, kami sudah menemukan teman Nona Ji ini, tapi orang kita membutuhkan waktu untuk sampai ke sana.”
“Ya.” Lu Jingzhi menjawab datar.
Yang Sheng hendak mundur, namun berdiri tak pasti di tempat semula.
Lu Jingzhi akhirnya melirik Yang Sheng, sorot mata dingin. “Masih ada urusan?”
Yang Sheng semakin menundukkan kepala, berbisik,”Pak Lu, maafkan hamba yang banyak mulut... Hamba benar-benar yakin Nona Ji adalah gadis baik, dan Nona Ji sudah memiliki anak dengan Pak Lu, mengapa Pak Lu tidak mencoba...”
Tapi ternyata, sebelum kalimat Yang Sheng selesai, Lu Jingzhi sudah berkata dingin,”Aku perlu kau mengajari?”
Yang Sheng langsung gemetar ketakutan, tak berani bicara lagi.
……
Dari suite ini, Yang Sheng pergi ke suite tempat Ji Sixi berada.
Ji Sixi berdiri di depan jendela kaca kamar, bayangan tubuhnya kurus dan ringkih.
Yang Sheng memanggil pelan,”Nona Ji.”
Ji Sixi berbalik, merekah senyuman. “Sudah berkomunikasi dengan temanku Annie?”
Yang Sheng mengangguk,”Orang-orang Pak Lu sudah dalam perjalanan ke rumah Nona Annie.”
“Baik.”
Yang Sheng tiba-tiba mendesah pelan.
Ji Sixi bertanya lembut,”Ada apa?”
Yang Sheng kembali menghela napas, barulah berkata, "Nona Ji, aku yakin di relung hati Pak Lu, Anda tidaklah sehina itu. Hanya saja Pak Lu... dia sudah memiliki orang yang dicintai, karena itu baru mengatakan kata-kata kejam itu pada Anda..."
Ji Sixi menjawab dengan tenang, "Yang Sheng, kau kira aku akan keberatan dengan ucapannya?"
Yang Sheng memandangnya dengan wajah muram. "Nona Ji, aku tahu Anda sebenarnya peduli pada Pak Lu..."
"Kau terlalu banyak berpikir." Senyum merekah lagi di wajahnya. "Yang Sheng, hubunganku dengan bosmu dari awal hanyalah transaksi saling menguntungkan. Antara kami tidak ada perasaan."
"Meski Nona berkata demikian, aku tahu perhatian tulus Anda selama ini pada Pak Lu. Sayangnya, Pak Lu tak pernah menghiraukan..."
"Kamu benar-benar overthinking." Ekspresi Ji Sixi tetap tenang dengan senyuman anggun.
Wajah Yang Sheng dipenuhi penyesalan. "Nona Ji, walau Anda dan bos tak akan berhubungan lagi, aku tetap mendoakan kebahagiaan untuk hari-hari Anda di masa depan."
"Terima kasih, Yang Sheng."
……
Orang-orang Lu Jingzhi akhirnya menemukan Annie.
Saat ini, Ji Sixi sedang melakukan panggilan video dengan Annie.
Melalui layar ponsel, matanya berkaca-kaca saat melihat anaknya sedang memegang mainan di ranjang bayi.
Dirinya sangat ingin memeluk anak perempuannya lagi, tapi dia tahu kesempatan itu tak akan datang...
Lu Jingzhi tak akan mengizinkannya bertemu sang buah hati lagi...
"Sixi, apa kamu yakin ingin aku menyerahkan bayi ini pada mereka?" Annie menatap para bodyguard bertubuh kekar dan seorang ibu susu di sekelilingnya dengan wajah khawatir.
“Pandangan Ji Sixi sudah tertutup air mata, ia mengangguk, 'Ya, tolong serahkan anak itu kepada mereka!'”
Annie bertanya dengan khawatir, “Apakah mereka akan membawa anak itu kepadamu?”
Agar Annie tidak curiga dan cemas, Ji Sixi kembali mengangguk, “Ya, Annie... kau boleh tenang.”
Akhirnya Annie melepas keraguan, “Baik, aku akan merapikan pakaian anak ini dulu, lalu menyerahkannya ke pengasuh.”
“Ya, terima kasih, Annie.”
Saat Annie mematikan video ponsel, wajah Ji Sixi sudah basah oleh air mata.
Karena ia tahu, mungkin ia takkan bisa melihat anaknya lagi...
Yang Sheng menghibur, “Nona Ji, tenang saja. Aku akan merawat Nona Yixin dengan baik.”
Dengan berat hati ia menutup mata, tak mampu berkata-kata.
Tiba-tiba terdengar derap langkah kaki yang familiar. Ji Sixi buru-buru mengusap air mata di sudut mata dan pipinya.
Yang Sheng menunduk hormat, “Pak Lu.” Lu Jingzhi mengabaikannya. Ia langsung duduk di sofa, memandangi Ji Sixi dengan dingin. “Karena kau sudah bocorkan jejak anak itu, aku akan tepati janji untuk membebaskanmu... Tapi ingat, jangan pernah muncul lagi di hadapanku dan anakku. Jika tidak-”
“Kau tahu akibatnya.”
Ji Sixi membopong Lu Jingzhi, tubuhnya tegak lurus. "Tenang saja, aku tak akan muncul di hadapanmu dan anak. Aku hanya mohon, melihat ini adalah buah hatimu, perlakukan dia dengan baik." Lu Jingzhi tiba-tiba bangkit dari sofa, menatap tajam Ji Sixi sambil menyeringai dingin, "Jangan kau berpura-pura jadi suci! Kalau benar kau berbaik hati, sejak awal tak seharusnya kau diam-diam melahirkan anak ini... Kau harusnya paham, jika anak tak bisa berkembang dalam keluarga utuh, seharusnya dia
tak pernah lahir. Tapi demi keuntungan pribadi, kau malah membawanya ke dunia untuk menderita."
Ji Sixi hanya tersenyum getir, tak menjawab.
Tentang anak, sudah berkali-kali ia jelaskan padanya - ia hanya merasa mencabut nyawa kecil tak bersalah itu terlalu kejam. Tapi ia selalu menganggap ini hanya siasatnya untuk mengincar sesuatu...
Jadi, tak perlu lagi ia menjelaskan apapun. Karena apapun yang diucapkannya, tak akan dipercaya.
Setelah menutup mata sejenak dengan berat hati, Ji Sixi berbicara datar, "Jadi, anak sudah kuserahkan ke tanganmu. Boleh aku pergi sekarang?"
"Ingat baik-baik peringatanku." Lu Jingzhi melemparkan kalimat itu dengan muram.
Ji Sixi tak menanggapi, malah memilih berbalik dan langsung melangkah pergi.
Hingga keluar dari suite itu, tak sekali pun ia menengok ke arah Lu Jingzhi.
……
Setelah meninggalkan hotel, Ji Sixi langsung naik taksi ke Hantian.
Vila yang dibelinya untuk orang tua terletak di Hantian, hanya saja dua tahun terakhir ini jarang ia menjenguk mereka.
Kali ini pulang, dia sebenarnya hanya ingin mencari bantuan Tan Yan, tidak berencana menjenguk orang tua agar tidak ketahuan oleh pengawas yang dikirim Lu Jingzhi untuk memantau orang tuanya. Tapi tak disangka, dia justru bertemu Lu Jingzhi saat naik taksi...
Dia benar-benar membenci kekejaman Tuhan...
Sudah susah payah dia menemukan kembali anaknya, tapi Tuhan mengatur Lu Jingzhi merebut anak itu dengan kejam...
Hatinya begitu pedih...
……
Dingdong——
Ji Sixi menekan bel pintu vila miliknya.
Pelayan Ibu Qin berlari keluar. Melihat itu Ji Sixi, Ibu Qin berseru girang, "Nona, Anda kembali?"
Ji Sixi menahan semburat kepedihan, tersenyum, "Iya, Bu Qin, aku pulang..."
Ibu Qin buru-buru membukakan pintu, lalu berseru antusias, "Tuan Nyonya, nona sudah kembali..."
Tak lama kemudian, kedua orang tua Ji turun dari lantai atas. Melihat putrinya, mata Ibu Ji langsung berkaca-kaca. "Sixi, belakangan ini tak ada kabarmu, Ibu hampir mati khawatir..."
