Ji Sixi menggenggam tangan Ibu Ji, buru-buru menenangkan, "Ibu, maaf, belakangan ini tidak menghubungi kalian, tapi aku baik-baik saja..." Ibu Ji segera menarik Ji Sixi untuk duduk di sofa, mengamatinya dari ujung rambut sampai kaki, setelah memastikan Ji Sixi tidak apa-apa, Ibu Ji mencela namun lebih mirip tersayat hati, "Dasar anak ini...Apa yang terjadi selama ini, mengapa bahkan pada Ayah Ibu pun tidak menghubungi, nomor ponselmu juga tidak bisa dihubungi?"
ponsel?"
Ji Sixi segera menghibur ibunya, "Ibu, aku benar-benar tidak apa-apa, cuma pergi menangani beberapa urusan, tidak mau membuat kalian khawatir, jadi tidak menelepon..."
Ibu Ji buru-buru bertanya, "Urusan apa yang kau tangani?"
"Ibu, aku sangat lelah, bisakah aku mandi dulu? Setelah itu akan kujelaskan panjang lebar pada Ibu dan Ayah." Sungguh dia kelelahan, semalam sepanjang malam matanya tidak terpejam.
"Jelaskan dulu sekarang..." Ibu Ji panik berseru.
Ayah Ji akhirnya bersuara, "Sudah, anak kita sudah bilang lelah, biarkan dia mandi dulu dan rileks...Haruskah dipaksa sekarang juga?"
Ibu Ji perlahan melepas genggaman pada tangan Ji Sixi. "Baiklah, mandilah dulu. Setelah selesai kita bicara."
"Baik."
……
Ji Sixi bukan menipu orang tuanya, dia benar-benar kehabisan tenaga.
Kemarin terbang dari Jerman ke Kota C, tubuhnya sudah sangat letih, siapa sangka bertemu Lu Jingzhi lagi, membuatnya tidak bisa tidur semalaman...
Sekarang dia hanya ingin tidur nyenyak, tapi dia tahu harus menjelaskan dulu pada orang tua, kalau tidak orang tua tak akan tenang...
Setelah mandi membuat tubuhnya lebih rileks, Ji Sixi turun ke bawah kantor.
Benar seperti dugaan, pasangan suami istri Ji masih menunggu di sofa.
Dengan senyum dia mendekat, "Ayah, Ibu."
Ibu Ji menepuk posisi di sampingnya. "Cepat duduk."
Ji Sixi langsung duduk di sebelah ibunya.
Ibu Ji langsung membuka mulut tanpa menunda sedetik pun, "Sixi, cepat beri tahu Ibu, belakangan ini kamu di mana saja?"
Ji Sixi berkata perlahan, "Ibu, belakangan ini aku di Jerman..."
"Jerman?" Ibu Ji membeku, terkejut. "Kamu masih berhubungan dengan Lu Jingzhi?"
Ji Sixi langsung gelengkan kepala, berkata serius. "Ibu, aku dan Lu Jingzhi tak berhubungan. Dia ingin hak asuh anak... Jadi belakangan aku berurusan dengannya di pengadilan Jerman, tapi akhirnya kalah. Hak asuh anak tetap diberikan pengadilan padanya."
Ayah Ji kaget. "Apa? Hak asuh Xin Xin sudah divonis untuk marga Lu?"
Ji Sixi menoleh ke ayahnya. "Ya, Ayah... Sudah kuperjuangkan mati-matian, tapi dia menyewa pengacara terbaik. Akhirnya aku kalah di persidangan..."
Ayah Ji tak tahan meluapkan amarah. "Si marga Lu ini, dia tak peduli padamu, masa peduli pada anak ini?"
Ibu Ji berkata pada saat ini, “Lao Ji, jangan kau berpikir begitu. Karena Lu Jingzhi ingin memperebutkan hak asuh anak dengan putrimu, ini menunjukkan dia peduli pada anak ini. Jadi seharusnya dia tidak akan memperlakukan anak ini dengan buruk...”
Mendengar perkataan Ibu Ji, Ayah Ji seketika amarahnya membara, “Oh, keluarga Lu mau anak ini, haruskah kita berikan? Bagaimana dia memperlakukan putri kita?” Ibu Ji segera mengelus dada Ayah Ji, “Lao Ji, putri kita sudah bilang, dia dan Lu Jingzhi bercerai secara damai. Lu Jingzhi tidak menzalimi putrimu. Lagipula, putrimu baru tahu ada anak setelah bercerai dari Lu Jingzhi. Ini tidak bisa dianggap Lu Jingzhi meninggalkan istri dan anak, ini hanya nasib getir putri kita...”
“...Dan kau tidak boleh menyalahkan Lu Jingzhi. Yang patut disalahkan adalah putrimu sendiri, yang dulu tidak mau mendengarkan nasihatku, bersikeras melahirkan anak ini... Untung Lu Jingzhi sekarang mengakui anak ini. Kalau tidak, bagaimana putrimu bisa mencari suami nanti sambil membawa anak?”
Setelah dibujuk Ibu Ji, amarah Ayah Ji sedikit mereda, tapi masih bergumam, “Aku yakin putriku pasti tidak bersalah. Pasti Lu Jingzhi yang salah, sampai mereka berdua sampai pada perceraian!” Ji Sixi yang sedang duduk di antara orang tuanya merangkul mereka, berkata serius: “Ayah, Ibu, aku minta maaf telah membuat kalian khawatir. Tapi perceraianku dengan Lu Jingzhi benar-benar bukan karena satu pihak saja, melainkan kami memang tidak cocok secara karakter. Jadi kami...”
Perceraian damai... Adapun setelah bercerai aku punya anak, ini hanya kejadian tak terduga. Jika bukan karena aku bersikeras melahirkan anak, sekarang aku tak akan terlibat lagi dengan Lu Jingzhi..."
Ibu Ji seketika menegur Ayah Ji, "Lihat, bahkan anak perempuan kita berkata seperti ini, kau masih terus memakinya... Kau memang punya prasangka terhadapnya."
Ayah Ji membentak, "Bagaimana mungkin aku tak punya prasangka? Sudah lebih dari setahun dia menikahi putri kita, pernahkah dia mengunjungi kita? Tak pernah sama sekali. Dia hanya muncul dalam ucapan putri kita... Jika dia benar-benar mencintai putri kita, mungkinkah dia tidak menghormati orang tua anaknya?" Ibu Ji buru-buru menjawab, "Lao Ji, Sixi sudah pernah bilang padaku, Jingzhi itu sangat sibuk. Bisnisnya di Jerman sangat banyak, dia tidak punya waktu untuk datang ke Kota C. Ini tidak berarti dia tidak mencintai putri kita... Kalau dia tidak mencintainya, untuk apa menikahi putri kita? Lagipula, semua yang kita miliki sekarang,
semuanya pemberiannya. Masih apa lagi yang kau mau?"
Ayah Ji akhirnya tercekat.
Ibu Ji melanjutkan, "Kalau hak asuh anak diberikan kepada Lu Jingzhi, biarkan saja. Bagaimanapun, untuk Sixi, masa depan mungkin justru akan lebih ringan..."
Ayah Ji melotot ke Ji Sixi, "Dulu kau menikahi Lu Jingzhi tanpa sepengetahuan kami, sekarang mendapat hasil seperti ini, itu konsekuensi perbuatanmu sendiri!"
Menghadapi teguran ayahnya, Ji Sixi tak membantah.
Ayah Ji beringsut meninggalkan sofa, langsung naik ke lantai dua.
Setelah Ayah Ji pergi, Ji Sixi mengelus lembut bahu ibunya, menghiburnya, "Ibu, mulai sekarang aku tak akan lagi membuat Ayah dan Ibu khawatir untukku. Aku akan lebih sering menemani kalian di sini……"
Ibu Ji memandangi putrinya dengan rasa sayu, suaranya tercekat, "Xi, Ibu sebenarnya tahu, dulu kau menikah terburu-buru dengan Lu Jingzhi pasti karena kesulitan keuangan keluarga kita saat itu…… Jadi Ibu tahu Ayah dan Ibu telah menjerumuskanmu……"
"Ibu, jangan bicara seperti itu. Aku dan Lu Jingzhi benar-benar bersatu karena saling mencintai, hanya saja kemudian menyadari karakter kami tidak cocok……" Ibu Ji menggenggam lembut tangan Ji Sixi, "Anakku, apapun alasan perceraian kalian, Ibu hanya ingin kau bahagia di masa depan…… Dulu kau berpacaran dengan Shan Yan, Ibu kira kalian akan berhasil, tapi akhirnya kalian juga putus. Pada akhirnya Klan Shan tetap menikahi ibu dari dua anaknya……"
"Ibu…… Ibu benar-benar khawatir untukmu, kau tahu?" Ji Sixi segera memeluk Ibu Ji, menyandarkan kepala di bahu ibunya, menghibur, "Ibu, aku berjanji, di masa depan aku pasti akan bahagia…… Meski aku dan Lu Jingzhi, Shan Yan tak berhasil, tapi pasti ada seseorang yang sedang menantiku di depan nanti."
