Bagaimana kabar anak itu?
Jika bukan karena Annie yang memberitahu, dia tak akan tahu anak itu sangat mengakui dirinya...
Jika anak terus memberontak, bagaimana Lu Jingzhi akan menanganinya?
“Dia tidak sayang pada anak ini, meminta kembali si kecil hanya agar keturunannya tak mengembara di luar, yang nanti bisa jadi senjata rahasia baginya. Tapi macan buas pun tak memakan anaknya, ia seharusnya akan memanggil pengasuh yang baik untuk si kecil, ya?”
“Benar, dia tak perlu repot-repot...”
“Lagipula kekhawatirannya sia-sia, karena sama sekali tak ada kesempatan baginya untuk bertemu anak itu lagi...”
Memikirkan ini, Ji Sixi lelah mencengkeram keningnya.
“Makan siang bersama?”
Suara familiar tiba-tiba masuk ke telinganya. Secara refleks ia mengangkat pandangan, baru menyadari yang datang adalah Tan Yan.
Ji Sixi seketika bangkit dari tempat duduknya, memanggil dengan hormat, “Direktur Tan.”
Tan Yan dengan suara datarnya yang biasa berkata, “Tak perlu formal. Di sini tak ada orang luar.”
Ji Sixi melirik sekeliling, mendapati semua rekan kerjanya sudah pergi. Rupanya waktu istirahat siang telah tiba. “Kau tak pulang makan siang?”
Tan Yan menjawab jujur, “Jarak ke Gunung Boming cukup jauh, jadi biasanya aku tak pulang di siang hari.”
Ji Sixi ragu sejenak, lalu mengangguk, “Baiklah. Aku merapikan desain dulu, lalu kita pergi!”
“Baik.”
……
Tan Yan dan Ji Sixi pergi ke restoran Italia yang relatif sepi di dekat perusahaan.
Keduanya memesan spaghetti sederhana.
Selama makan, Tan Yan membuka percakapan, “Masih bisa beradaptasi dengan pekerjaan di sini?”
“Jujur saja,” Ji Sixi menjawab dengan lugas, “karena sebelumnya belum pernah bekerja, pengalamanku masih kurang, jadi agak kesulitan. Tapi rekan-rekan kerja semuanya baik, mereka sabar mengajariku hal-hal yang tidak kupahami. Jadi aku yakin perlahan-lahan akan semakin baik.”
“Baguslah.” Tan Yan berhenti sejenak, lalu melanjutkan, “Tadi kulihat kau sedang termenung sendirian, apakah memikirkan urusan anak?”
Begitu anak disebut, selera makan Ji Sixi langsung hilang. Ia meletakkan alat makan di tangannya, menyeka sudut bibirnya. “Anak perempuanku sangat mudah menangis, aku khawatir Lu Jingzhi tidak bisa mengurusnya dengan baik…”
“Menurutku kau tak perlu khawatir,” Tan Yan menghibur, “meski kakakku sendiri tidak punya waktu merawat, pasti dia akan meminta orang lain untuk menjaga anak itu dengan baik.”
Ji Sixi terkekeh tipis, “Rupanya Direktur Tan bisa menghibur orang. Kukira orang sekkerasmu tidak mengerti hal-hal seperti ini.”
Tan Yan terus menyantap spageti, berkata datar, “Setelah sekian lama bersama Qianqian, aku belajar peduli pada orang lain darinya.”
Ji Sixi mengangguk, “Indah sekali… Meski hubungan kalian tidak penuh gebyar romantis, tapi bertahan secara bertahap dan berkelanjutan.”
Tan Yan menatapnya sejenak, tiba-tiba suaranya menjadi berat, “Sebenarnya, undanganku makan siang ini ada pertanyaan yang ingin kutanyakan.”
Ji Sixi tersenyum lagi, “Aku tahu… Kalau tidak karena karakter khususmu, tentu kau takkan mengajakku makan.”
Tan Yan meletakkan alat makannya, wajahnya serius, berkata tegas, “Xi, sebenarnya orang yang dicintai kakakku adalah Su Mo, bukan?”
Ji Sixi terdiam sejenak, lalu menjawab tenang, “Kukira Lu Jingzhi sudah berhasil menipu kalian semua.”
Tan Yan menggelengkan kepala, "Kakakku bisa menipu siapa pun, tapi tak bisa menipuku, karena aku adiknya... Lagipula, aku pernah menjadi korban pencurian identitas olehnya. Jika semua ini dilakukannya demi dirimu, itu terlalu berlebihan."
Ji Sixi menyandarkan tubuhnya ke sandaran kursi, mendesah pelan. "Benar, memang bukan untukku. Hubungan kami sejak awal adalah transaksi mutualisme, tak pernah ada perasaan."
Tan Yan menyipitkan matanya, "Sepertinya masalah jantung mendadak Su Mo yang membuat Kakakku akhirnya luluh, sehingga memuluskan jalan Shan Yan dan Su Mo."
"Kurasa begitu. Jika tidak..." Ji Sixi menarik napas dalam, lalu tersenyum pahit. "Sebenarnya dia sangat peduli pada Su Mo. Andai bukan karena serangkaian kesialan yang memisahkan mereka, pasti dia akan memberikan kebahagiaan untuk Su Mo."
Mendengar ini, Tan Yan terdiam cukup lama.
Ji Sixi bertanya, "Ada apa?"
Tan Yan akhirnya bicara, "Fakta bahwa Kakakku terus-menerus merindukan gadis yang pernah memberinya kehangatan di masa kecil, membuktikan selama bertahun-tahun setelahnya dia tak pernah mendapat kasih sayang dari siapapun... Makanya kenangan masa kecil itu begitu melekat." Ji Sixi menggigit bibir bawahnya, lalu berkata perlahan, "Sebelum aku mengenal Kakakmu, sifatnya bisa dibilang penyendiri dan dingin. Sekarang pun tak banyak berubah, meski setidaknya dia mulai mau mempercayai orang-orang di sekitarnya - walau hanya bodyguard kesayangannya Yang Sheng."
"Sedangkan pada orang lain, termasuk aku... Meski sudah dua tahun lebih kami berhubungan, setahun di antaranya sebagai pasangan, dia tak pernah sekalipun memberi kepercayaan padaku."
“Mendengar ini, Tan Yan mengerutkan alis dalam-dalam, bersuara berat,”Aku pikir alasan Kakak sampai tidak percaya pada siapa pun, selain karena memang tak ada yang benar-benar peduli padanya dulu, juga karena kesalahanku.”
“Kesalahanmu?” Ji Sixi terkejut. “Apa kau juga pernah menyakiti Kakakmu?” Tan Yan menyandarkan tubuhnya ke sandaran kursi, menunduk, suaranya berat. “Aku ingat suatu tahun, saat itu aku masih kuliah, Kakak mencariku, bilang butuh bantuanku... Waktu itu aku salah paham Kakak sudah masuk dunia gelap, setiap malam mengerjakan urusan bunuh-bunuhan dan penculikan. Kebetulan orang tuaku sedang datang
Amerika Serikat menjengukku, jadi aku menolak bertemu Kakak...”
“Rupanya dulu kau pernah menolak permintaan tolong Kakakmu?” Ji Sixi sangat terkejut. “Pantas saja Kakakmu kemudian tidak percaya siapa-siapa, karena bahkan orang terdekatnya pernah membuangnya...”
Suara Tan Yan semakin parau, melanjutkan, “Setelah itu Kakak tidak pernah mencariku lagi, sampai suatu saat Kakak menculikku demi Su Mo, baru kita bertemu lagi. Tapi dia sudah sama sekali tidak menganggap aku saudara...”
Ji Sixi menghiburnya, “Percaya kala itu kau hanya salah paham dia terlibat urusan ilegal di dunia gelap. Kau kecewa padanya, bukan karena orang tuamu ada di situ dan takut kena imbas, lalu tidak mau membantu...”
“Bagaimanapun, pada dasarnya karena aku tidak memberinya kepercayaan, akhirnya membuatnya kehilangan kepercayaan padaku...” Tan Yan berkata dengan datar.
Ji Sixi berkata tulus, “Sebenarnya kalian berdua saling peduli. Jika tidak, saat Lu Jingzhi menghadapi kesulitan, dia takkan berpikir untuk meminta bantuanmu. Hanya saja ada kesalahpahaman di antara kalian... Tapi kalian saudara kandung. Pada akhirnya kesalahpahaman ini pasti akan terselesaikan.”
Tan Yan tiba-tiba mengangkat kepala, memandang Ji Sixi. “Kakakku tak pernah memberitahumu tentang masa kecilnya, kan?”
Ji Sixi melaporkan sejujurnya, “Benar. Dia tak pernah menyebutkannya. Jika bukan karena dia menyuruhku mendekati Shan Yan, aku takkan tahu masa kecilnya begitu menyedihkan...”
“Bertahun-tahun ini pasti dia juga menderita.” Seberkas kesedihan terpantul di balik sorotan mata Tan Yan, suaranya parau. Ji Sixi perlahan melanjutkan, “Benar... Dia menderita... Selama lebih dari setahun kami bersama, di siang hari aku tak tahu, tapi setiap malam tidurnya tak pernah tenang... Setiap malam dia pasti mengalami mimpi buruk. Terkadang bermimpi diusir paksa orang tua angkat, kadang dikejar anggota geng hitam... Alisnya tak pernah lepas dari kerutan saat tidur.”
