Bab 1127: Tersayat Hati Melihatnya

　　　　Su Mo hari ini mengenakan rok panjang bodycon warna nude, begitu indah sampai membuat orang menahan napas, sudah lama menjadi pusat perhatian para pria di seluruh ruangan. 　　　　Situ Jing akhirnya mengerti mengapa begitu banyak orang terus-menerus merindukan Su Mo, karena Su Mo memang secantik itu... 　　　　Lu Jingzhi mengangkat cangkir menghampiri Su Mo, wajahnya menghiasi senyuman lembut yang tak pernah terlihat di hadapan siapapun, memulai pembicaraan, "Aku benar-benar menyesal tidak bisa hadir saat kau dan Shan Yan menikah dulu..." 　　　　“Gak apa-apa, hadiahmu sudah aku terima, aku sangat suka.” Su Mo menanggapi dengan kelembutan. 　　　　“Tapi aku masih berhutang ucapan doa...” Di sini, Lu Jingzhi mengangkat gelas ke arah Su Mo. “Semoga kau bahagia, Su Mo.” 　　　　Su Mo tersenyum tipis, ikut mengangkat gelasnya, bersiap meneguk arak itu. Tapi tak disangka, suara Shan Yan menyela, “Klan Shan sungguh sopan... Kau tak bisa datang ke pesta bahagia kami dengan Su Mo, tapi hadiahmu sudah sampai. Secara logika, aku dan Su Mo yang seharusnya menghormatimu dengan segelas arak...” 　　　　Meski tahu Shan Yan hanya tak ingin Su Mo minum berdua dengannya, Lu Jingzhi tetap menjaga senyuman yang penuh etika, “Kata-kata Klan Shan memang benar.” 　　　　Shan Yan seketika memandang Su Mo dengan penuh manja. Su Mo teringat senyuman Shan Yan yang memancarkan pesona lembut bagai air, lalu mereka berdua bersama-sama mengangkat gelas ke arah Lu Jingzhi. 　　　　Wajah Lu Jingzhi sedikit kaku, tapi hanya Situ Jing yang berdiri di sampingnya yang bisa merasakan. Di mata orang luar, Lu Jingzhi yang meneguk arak sampai ke perut ini sedang tulus mendoakan Shan Yan dan Su Mo. 　　　　“Oh, sekalian kami ucapkan selamat atas rencana pertunanganmu dengan Nona Situ. Selamat... Untuk ucapan doanya, biar kami sampaikan saat menghadiri pesta tunangan kalian nanti.” Setelah meneguk arak, Su Mo berkata dengan jujur. 　　　　Baru kemudian Lu Jingzhi melingkari pinggang Situ Jing sambil tersenyum, “Terima kasih, kau harus datang hari itu.” 　　　　Tubuh Situ Jing kaku, tapi ia tetap menjaga senyuman elegannya. 　　　　Shan Yan juga menghabiskan anggur merah di gelasnya dalam sekali teguk, lalu berkata dengan sopan, "Maaf, aku dan Su Mo masih ada sahabat yang harus disapa, jadi kami tak bisa lama-lama mengobrol dengan kalian……" 　　　　Lu Jingzhi mengangguk santun, "Silakan." 　　　　Shan Yan seketika merangkul Su Mo dan menuju ke area lain. 　　　　Lu Jingzhi memandangi bayangan Su Mo yang menjauh, tersenyum tipis, namun tangan yang merangkul Situ Jing terasa sedemikian dingin dan kaku. 　　　　…… 　　　　Setelah acara amal usai, Lu Jingzhi sudah dalam keadaan mabuk. 　　　　Situ Jing bergegas ingin menopang Lu Jingzhi langsung kembali ke Hotel Sky Bridge, namun di aula utama hotel tempat acara amal itu, Lu Jingzhi telah melepaskan genggaman Situ Jing dengan dingin. 　　　　"Aku butuh ketenangan seorang diri." 　　　　Situ Jing merasa sangat tersakiti, matanya memerah, berkata dengan datar, "Baiklah, aku akan kembali ke hotel dulu." Usai berkata, ia mengambil tas dari tangan Yang Sheng, lalu langsung melangkah pergi. 　　　　Situ Jing tentu saja menanggung kesedihan…… 　　　　Awalnya ia sangat bahagia karena Lu Jingzhi membawanya menghadiri pesta seperti ini, namun tak disangka tatapan Lu Jingzhi selama acara terus terkunci pada sosok Su Mo…… 　　　　Baru sekarang ia menyadari, di relung hati Lu Jingzhi sebenarnya dirinya bukanlah apa-apa. 　　　　Mungkin pertunangan dengan dirinya hanyalah alasan agar Lu Jingzhi bisa bertemu Su Mo lagi…… 　　　　Setelah Situ Jing pergi, Yang Sheng berusaha menopang Lu Jingzhi yang sudah limbung karena mabuk, namun juga ditolak. "Mundur semua! Tak seorang pun boleh mengikutiku!" 　　　　"Tapi Pak Lu, kondisi Anda sekarang mungkin..." 　　　　Sebelum Yang Sheng selesai bicara, Lu Jingzhi sudah berkata dengan dingin, "Apakah aku harus mengulanginya?" 　　　　Yang Sheng tidak berani lagi bicara panjang lebar. Ia segera melambaikan tangan, memerintahkan bodyguard di sekitarnya mundur, sambil sendiri juga menghilang dari pandangan Lu Jingzhi dengan cepat. 　　　　Lu Jingzhi berjalan keluar hotel dengan langkah tak stabil. Saat ini, ia hanya ingin diterpa angin malam yang menusuk, mungkin hatinya akan mati rasa... 　　　　Ia bersandar pada kotak pos di tepi jalan, membiarkan angin dingin dari kendaraan yang lewat menembus tubuhnya... 　　　　Rasa sakit di perut bawah semakin menjadi. Alisnya berkerut, tapi tetap tak berniat kembali ke hotel. Ia masih berharap angin malam bertiup lebih kencang, agar hatinya yang membara untuk Su Mo bisa mereda... 　　　　Tiba-tiba rasa mual menghantam. Lu Jingzhi membungkuk di depan tempat sampah pinggir jalan, memuntahkan isi perutnya... 　　　　…… 　　　　Ji Sixi hendak menemui Chi Zhichen... 　　　　Chi Zhichen bilang ada urusan mendadak di rumah orang tua di Kota H. Ia memutuskan menemuinya di bandara... 　　　　Ya, ia ingin memberi tahu Chi Zhichen bahwa dirinya sudah bertekad melepas Lu Jingzhi dan bersamanya. 　　　　Ia sudah mantap. Tidak akan mencari Lu Jingzhi seperti saran Tan Yan... 　　　　Sebab, ia tak mau memilih orang yang tak mencintainya. 　　　　Sekarang ada seorang pria begitu hebat hadir di hadapannya dan begitu mencintainya, mengapa dia harus memilih jalan yang akan membuatnya menderita? 　　　　Waktu pada akhirnya akan membuatnya melepaskan segalanya, dia pasti akan memiliki akhir bahagia bersama Chi Zhichen... 　　　　Tidak ada keperluan baginya untuk membiarkan diri terkurung dalam penjara cinta. 　　　　Namun, Ji Sixi tak menyangka, saat mengemudi menuju bandara, dia malah bertemu Lu Jingzhi... dan Lu Jingzhi terlihat mabuk, bukan hanya muntah di tempat sampah, tapi juga terus menutupi bagian kiri perutnya yang terluka. 　　　　Awalnya Ji Sixi ingin langsung melewatinya, toh dia tahu pasti ada orang yang mengawasi Lu Jingzhi, setidaknya Yang Sheng pasti ada. Tapi saat mobilnya berjarak sekitar lima puluh meter, tak terlihat siapa pun di samping pria itu, perlahan dia mengurangi kecepatan... 　　　　Saat sudah berjarak dua ratus meter dan menyadari masih tak ada yang menemani Lu Jingzhi, Ji Sixi akhirnya tak kuasa menahan diri, memutar mobilnya kembali. 　　　　Lu Jingzhi masih muntah, seluruh dirinya terlihat begitu hancur berbeda dari biasanya... 　　　　Ji Sixi buru-buru turun dari mobil, menyambut tubuh Lu Jingzhi yang limbung. "Kau baik-baik saja?" 　　　　Tatapan berkabut Lu Jingzhi menyapu wajah Ji Sixi, disambut senyum tipis. "Bahkan uang saja tak kau mau? Ceknya tak kau cairkan?" 　　　　Ji Sixi memandangi Lu Jingzhi yang tatapannya begitu muram, relung hatinya mengembang rasa sakit. "Di mana Yang Sheng? Bodyguardmu? Kenapa mereka tak ada di dekatmu..." 　　　　"Aku ingin menyendiri." Jawab Lu Jingzhi dengan dingin. 　　　　"Tapi ini di tengah jalan, lagipula kau mabuk berat..." Ji Sixi mengerutkan kening, "Bagaimana kalau kuantarmu ke hotel? Kau menginap di Hotel Tianqiao, kan?" 　　　　"Tak perlu kau ikut campur!" Lu Jingzhi melepas genggaman Ji Sixi dengan kasar, melanjutkan langkah ke depan meski jalannya limbung. 　　　　"Kau kira aku suka ikut campur?" Ji Sixi tersulut emosi, lalu berbalik menuju mobilnya hendak pergi. 　　　　Byur—— 　　　　Saat Ji Sixi hendak membuka pintu mobil, tiba-tiba terdengar suara berat. Ia menoleh ke arah Lu Jingzhi, baru menyadari pria itu terjatuh menyandar tiang lampu di pinggir jalan. 　　　　Melihat Lu Jingzhi terus memegangi perut kirinya, Ji Sixi berlari menghampiri. 　　　　Lu Jingzhi mengerang kesakitan sambil mengerutkan alisnya yang tegas, ingin pergi tapi tak lagi punya tenaga untuk melangkah. Ji Sixi tetap memeluknya, suaranya berat mengancam, "Kalau tak mau ikut naik mobil, akan kuhajarmu sampai pingsan lalu kubawa paksa."