Ji Sixi naik ke mobil, pria tampan itu sedang menatap laptop di pangkuannya, di layar terlihat kondisi pasar saham luar negeri.
“Kenapa tiba-tiba mau ke Prancis?” tanyanya.
Suara lembut Lu Jingzhi menjawab, “Ada urusan dadakan.”
“Kalau urusan dadakan kamu pergi saja, kenapa harus ajak aku?” Ji Sixi ikut menatap layar komputer, tapi sama sekali tak paham.
Lu Jingzhi baru mengangkat kepala, memandangi Ji Sixi. “Kau tidak mau menemaniku?”
“Bukan.” Ji Sixi segera menggandeng lengan Lu Jingzhi dengan manis, merekah senyuman menjilat. “Aku tentu mau menemanimu, cuma aku ingin cepat kembali ke Jerman menemui Yi Xin…”
Lu Jingzhi menaikkan alis, tanpa komentar jelas. “Yi Xin dirawat Mbak Susu dan kepala rumah tangga, tak perlu khawatir… Untuk kebiasaan nangisnya, biarkan saja beberapa hari ini, lagipula nanti kau akan kembali padanya.”
“Oh.”
Pandangan Lu Jingzhi kembali ke layar laptop. “Masih ada pertanyaan?”
Ji Sixi seketika menggelengkan kepala, “Tidak……”
……
Karena perbedaan zona waktu, saat tiba di Paris, Prancis hari masih siang.
Ji Sixi sudah tidur di pesawat sehingga cukup segar. Setelah tahu Lu Jingzhi mau mengurus sesuatu, dia memutuskan jalan-jalan di sekitar Paris.
Dia selalu menyukai Jalan Agung Champs-Élysées. Berencana minum kopi di sana sambil menikmati nuansa romantis Paris.
Namun saat berganti pakaian dan hendak keluar membawa tas, Lu Jingzhi mengerutkan alis.
Ji Sixi bertanya ragu, “Ada apa?”
“Kau mau keluar?” tanya Lu Jingzhi.
Ji Sixi mengangguk, “Hotel kita sangat dekat dengan Champs-Élysées. Aku ingin jalan-jalan ke sana.”
“Besok saja, besok aku temani kau jalan-jalan di sana,” suara Lu Jingzhi terdatar.
Ji Sixi sedikit mengerutkan alis, “Kenapa? Aku tidak boleh pergi sendiri?”
Jari-jari panjang Lu Jingzhi menempel di bahunya. “Aku ingin kau menunggu di hotel. Lagipula kau belum terlalu familiar dengan sini.”
Ji Sixi tertawa kecil, tatapan manjanya menyipit. “Kau khawatir padaku?”
“Kau juga lihat berita, belakangan ini keamanan Paris kurang baik.” Jawab Lu Jingzhi datar. Ji Sixi langsung meletakkan tasnya. “Baiklah. Kalau kau tak mau aku keluar sendiri, aku akan patuh di hotel. Kebetulan ada desain yang belum selesai. Aku manfaatkan waktu ini untuk merancang strategi. Nanti saat kau luang, kita bisa jalan-jalan bersama...”
...
“Ya。” Lu Jingzhi terlihat baru puas.
Ji Sixi mengulurkan tangan merapikan dasi Lu Jingzhi. "Kau harus cepat kembali... Di sini aku benar-benar merasa sepi sendirian."
"Aku akan kembali sebelum hari gelap." Lu Jingzhi menundukkan kepala mencium pipi Ji Sixi.
Wajah Ji Sixi sedikit memerah, mengingat ia menciumnya di depan Yang Sheng. "Sudah, kau pergi urus pekerjaanmu!"
"Ya."
Lu Jingzhi baru melepaskan Ji Sixi, melangkah dengan kaki panjangnya.
Ji Sixi menatap dalam-dalam bayangan tubuh Lu Jingzhi, senyuman tipis merekah di wajahnya.
……
Di dalam gerbong Bentley, Yang Sheng bertanya hormat, "Pak Lu, apakah kita langsung ke kantor pusat Dark Angel?"
Lu Jingzhi memejamkan mata, seluruh tubuhnya seolah memancarkan hawa dingin. "Ya."
Yang Sheng sepertinya ragu sejenak, baru berbisik, "Pak Lu, sebenarnya pertunangan Anda dengan Nona Ji demi melindunginya, bukan?"
"Sejak kapan kau jadi banyak bicara." Suara datar Lu Jingzhi terdengar.
Yang Sheng langsung diam, tak berani bertanya lagi.
……
Di peternakan tak mencolok di pinggiran Paris, kantor pusat Dark Angel berdiri.
Membuka pintu besi gudang, terlihat pintu logam berteknologi tinggi. Tanpa perlu perintah, pintu itu perlahan terbuka ke atas.
Yang muncul di depan mata Lu Jingzhi dan Yang Sheng adalah sebuah rumah megah biasa. Di dalamnya, beberapa pria tampan muda sudah duduk di sofa ruang tamu.
Sebagai bawahan dekat Guan Yumo, Mai Li datang sendiri menyambut. "Direktur Lu, tiga Tuan sudah menunggu Anda."
Lu Jingzhi mengangguk, wajah datar, berjalan menuju ruang tamu.
Yang Sheng mengikuti di belakang Lu Jingzhi, tapi saat Lu Jingzhi duduk di sofa, Yang Sheng mundur ke samping tempat Mai Li berdiri.
Jason masih fokus meneliti senjata barunya, tak lupa menyapa Lu Jingzhi. "Sudah lama tak bertemu, Lu."
Lu Jingzhi menyilangkan kaki, berkata dingin, "Kalian tahu, aku tak suka basa-basi... Kalian sudah memintaku datang jauh-jauh, langsung ke pokok bahasan saja!"
Jason meniup senjatanya, mendengar suara gesekan logam-udara, tersenyum puas. "Lu, beri tahu siapa yang menembakmu waktu itu? Akan kuhabisi dia dengan senjata ini!" Ia mengarahkan laras ke ruang kosong.
Lu Jingzhi menanggapi datar, "Urusanku bisa kuselesaikan sendiri. Tak perlu merepotkan siapa pun."
Jason mengangkat bahu tak bermaya. "Terserah kau lah!"
Guan Yumo yang diam di seberang Lu Jingzhi akhirnya bersuara, "Lu, kau pasti tahu alasan kami mengundangmu hari ini."
Tatapan dingin Lu Jingzhi tertuju padanya. "Tidak. Jelaskan lebih jelas."
Guan Yumo mengangkat sudut bibir. "Lu, kita harus mengutamakan kepentingan umum. Kau pasti paham."
Lu Jingzhi mencibir dingin. "Guan, kau dan aku adalah dua-satunya orang Tionghoa dalam organisasi ini. Kukira kau paham tradisi Tiongkok - suami harus melindungi istri dari badai dan hujan."
Guan Yumo tersenyum dingin, tapi tak melanjutkan. "Lu, aku tahu kau sudah bertunangan dengan Ji Sixi. Tapi kita sama-sama paham, pertunangan ini hanya agar kami tak campur tangan... Namun Ji Sixi memang ancaman. Jika dia terus menyelidiki urusan kakaknya, bisa membuka celah di pertahanan Xiao Ji. Begitu pertahanan Xiao Ji..."
"terbuka, Dark Angel akan terekspos... Ini hasil yang sangat buruk." Munyi bersuara, suaranya sangat tenang.
Sorot mata dingin Lu Jingzhi menyapu Munyi. "Jadi maksudmu, membunuh Ji Sixi adalah solusi teraman?"
Munyi menjawab dengan nada muram, "Maksudku memang begitu."
Lu Jingzhi tertawa getir. "Kau sudah tahu aku bertunangan dengannya, harusnya kau paham - wanita ini akan menjadi milikku, dan aku akan melindunginya!" Wajah Munyi berubah dingin, ekspresi yang jarang terlihat dari pria yang biasa menyembunyikan emosi. "Lu, selama bertahun ini kau tak pernah ikut campur urusan Dark Angel. Semua orang mengira hanya kami bertiga yang mengendalikan organisasi, padahal kau juga bagian dari kami... Alasan kami tak pernah memintamu terlibat adalah agar jika suatu hari kami bertiga tumbang, masih ada 'kartu as' tersembunyi yang bisa meneruskan Dark Angel... Sekarang, hanya perlu mengorbankan nyawa wanita yang tak kau cintai untuk menghindari krisis - masak kau tak mau berjanji?"
