"Aku hanya akan mengatakannya sekali, Ji Sixi adalah wanitaku, istriku, sekaligus kekasihku... Seumur hidup aku akan seperti Munyi dan Ye Shui Xin, Guan Yumo dan Mu Ying - aku akan bersamanya sampai rambut memutih... Jadi, jika kalian berani menyakitinya, itu berarti kalian secara resmi memutus hubungan denganku
, jika memang begitu, aku Lu Jingzhi siap menemani sampai akhir!" Setiap kata bergema penuh tekad, aura di balik ucapannya tak memberi ruang untuk penolakan.
Jason tiba-tiba menurunkan senjatanya, bola mata birunya yang indah memancarkan kilau tajam. "Lu, kau serius? Kau jatuh cinta pada Ji Sixi?"
"Benar. Tanpa izinku, tak ada yang boleh menyentuh helai rambutnya!" jawab Lu Jingzhi dengan suara dingin.
Jason menepuk tangan. "Wah, dari empat orang, tiga sudah terjerumus dalam cinta. Sepertinya aku harus segera menangkap Zhu Yiyi itu. Meski tak mencintai, setidaknya bisa jadi selir seperti kalian..."
Guan Yumo memandang dingin ke arah Jason. "Xiao Ying adalah istriku, bukan selir!"
Jason tersenyum lembut, "Guan, kau bilang begitu, tapi di malam hari apa yang kau lakukan dengan Xiao Ying berbeda dengan yang kulakukan dengan selirku..."
Guan Yumo, "..."
Tak sengaja menerima tatapan peringatan dari Munyi, sebagai yang termuda di antara empat orang, Jason segera mengangkat kedua tangan dan berkata serius, "OK, aku berhenti bercanda. Silakan lanjutkan."
Munyi menatap Lu Jingzhi. "Jika Ji Sixi benar orang yang ditakdirkan dalam hidupmu, aku dan Guan tentu tak akan melakukan itu. Lagipula kita orang sendiri, tak perlu sampai pada tahap perpisahan."
"Kalau begitu, aku pergi dulu." Setelah mengatakan ini, Lu Jingzhi bersiap berdiri.
"Tapi Lu, kau harus berjanji pada kami satu syarat." Saat Lu Jingzhi hendak bangkit, Guan Yumo berkata dengan khidmat.
Suara dingin Lu Jingzhi, "Bilang."
Guan Yumo bangkit dari sofa, kedua tangan masuk ke saku celana, menatap lurus ke Lu Jingzhi. "Kau harus jamin Ji Sixi berhenti menyelidiki urusan kakaknya. Jika dia terus mengejar hal ini, meski kami tak ingin berpisah denganmu, demi seluruh Dark Angel, kami terpaksa melakukannya."
"Lu, kau tahu prinsip kami: fokus pada fakta bukan personal. Jika hari ini Shui Xin yang mungkin membahayakan Dark Angel, aku akan lindungi dia seperti kau lindungi Ji Sixi. Tapi kalian takkan membiarkan Shui Xin." Munyi berbicara dengan nada yang mencair.
"Aku paham batasannya. Aku berjanji, Ji Sixi takkan pernah lagi menyelidiki penyebab kematian kakaknya!" Lu Jingzhi mengucapkan dengan serius.
Munyi mengangguk, "Karena kau sudah berjanji, aku dan Guan takkan meragukanmu."
"Aku percaya padamu." Guan Yumo juga menyatakan hal yang sama.
Lu Jingzhi tak membalas keduanya. Siluet tubuhnya yang tegap dan jangkung dengan dingin melangkah pergi.
……
Di perjalanan kembali ke hotel, langit sudah mulai gelap.
Dengan wajah datar, Lu Jingzhi bertanya dingin, "Tom sudah ditemukan?"
Yang Sheng menjawab, "Aku baru saja menerima pesan dari K. Tom sudah ditemukan. Setelah membantu Lan Jing menyuap polisi dan mendapat bagian uang hasil penjualan perusahaan, dia pergi berlibur ke Hawaii."
"Bagus. Buat dia mengakui konspirasi dengan Lan Jing dalam menjerumuskan Ji Silin sampai mati, untuk menghilangkan keraguan Sixi." Perintah Lu Jingzhi dengan suara dingin.
"Baik, hamba akan menangani urusan ini." Jawab Yang Sheng dengan hormat.
Lu Jingzhi menatap cahaya lampu dari ribuan rumah di pusat kota Paris di kejauhan, sedikit menyipitkan matanya terhanyut dalam pikiran sendiri.
Mengapa dia begitu melindungi Ji Sixi?
Dia tak mencintainya, paling banter hanya tertarik pada tubuhnya. Mengapa dia berbohong kepada tiga orang itu dengan mengatakan dia adalah kekasihnya?
Apa alasan sebenarnya di balik ini?
Juga, mengapa saat bersama Situ Jing, dia sering mengira Situ Jing adalah dirinya, bukan Su Mo?
Apakah dia benar-benar mulai tertarik padanya?
Tapi Su Mo tetap seperti duri di hatinya. Setiap teringat, rasa sakit itu masih jelas terasa...
Dia sangat paham, dirinya masih belum bisa melepaskan Su Mo...
Apakah perasaannya pada Ji Sixi hanyalah bayangan dari Su Mo?
Dia benar-benar tak tahu...
……
Setelah tiga jam penuh, Ji Sixi akhirnya menyelesaikan desainnya. Saat mengakhiri karya itu, dia tak tahan menggeliatkan badan.
"Akhirnya selesai juga..."
Dia menghela lega.
Saat hendak menuangkan air untuk diri sendiri, barulah disadarinya hari sudah gelap. Ponsel yang tak tersentuh di sofa membuktikan Lu Jingzhi sama sekali tidak meneleponnya selama tiga jam ini.
Ji Sixi meneguk seteguk, relung hatinya terasa hampa.
Dalam hati, dia mengeluh...
Katanya mau kembali sebelum hari gelap, mau menemani aku jalan-jalan di Jalan Agung Champs-Élysées, tapi akhirnya menipu lagi...
Kembali duduk di sofa, ingin meneleponnya, akhirnya mencibir dan memutuskan untuk tidak manja seperti ini.
Karena pria biasanya benci wanita yang manja...
Lalu, bersiap memencet layanan hotel untuk memesan makan malam.
Tepat saat jarinya hendak menekan telepon, ponselnya tiba-tiba berdering.
Ji Sixi segera meletakkan telepon dan mengangkat ponsel.
Melihat panggilan dari Lu Jingzhi, dia girang menekan tombol penerimaan. "Halo..."
"Aku ada urusan malam ini, tidak bisa datang." Suara datar Lu Jingzhi terdengar.
Hati Ji Sixi berdebar kencang, menyelam ke dasar jurang. "Kau... ada urusan malam ini?"
"Ya."
Ekspresi kecewa muncul di wajah Ji Sixi. "Baiklah, takkan kuganggu."
"Maaf."
"Gak apa-apa, lagipula ini bukan pertama kali kau membatalkan janji. Urusanmu lebih penting." Mulut dan hatinya tidak sejalan.
"Baik."
Melihat tak ada kelanjutan pembicaraan, Ji Sixi pura-pura santai mengangkat bahu. "Kalau begitu tak kuganggu lagi. Aku mau pesan makanan, perut sudah lapar."
"Baik."
Lu Jingzhi mengakhiri percakapan.
Ji Sixi tetap membeku di tempatnya, lama sekali baru menurunkan ponsel dari telinga.
Mengapa harus seperti ini?
Saat ia pergi, bukankah semuanya baik-baik saja?
Mengapa tiba-tiba sikapnya jadi dingin padanya?
Ji Sixi duduk lesu di sofa, meraih bantal peluk lalu tiba-tiba kehilangan selera makan.
Baru pada ketukan ini dia menyadari, ternyata dia sudah begitu tergantung pada Lu Jingzhi...
Dulu saat mereka belum bersama, dia tidak merasakan apa-apa...
Tapi setelah beberapa hari ini selalu bersama setiap malam, tiba-tiba malam ini kehadirannya hilang, benar-benar membuatnya tidak nyaman...
Sebenarnya ada apa?
Mengapa ia tiba-tiba menjauhinya?
Jangan-jangan ia baru sadar, dia adalah Ji Sixi, bukan Su Mo?
Ji Sixi tak tahan menghela napas panjang, tubuhnya lunglai bersandar di sofa...
……
Setelah memutuskan sambungan, Lu Jingzhi menyandarkan diri di kursi kulit asli, tenggelam dalam pikiran sendiri.
Benar, pasti tidak ada perasaan lain padanya. Alasan ia ingin melindunginya hanyalah karena dia ibu anaknya, dan karena dia wanita yang berbaik hati... Tak mungkin ada perasaan, sama sekali tak mungkin.
