Ji Sixi yang kecewa menahan tatapan Lu Jingzhi, bertanya dengan suara kecil, “Jadi… apakah malam ini kau akan menemui Su Mo?”
Kebetulan dia tahu Su Mo dan Shan Yan sedang berlibur di Jerman beberapa hari ini, tentu juga untuk menghadiri pernikahan mereka tiga hari lagi.
Lu Jingzhi tak tahan mencubit hidung mancung Ji Sixi. “Ternyata wanita memang mulut dan hati tidak sejalan… Di mulut bilang percaya, tapi di hati masih curiga.”
“Aku……” Ji Sixi terdiam sejenak.
Ya, sebelumnya Lu Jingzhi mengatakan padanya bahwa dia sudah melepaskan Su Mo, dan saat ini yang dicintainya sepenuh hati adalah dirinya. Saat itu jawabannya adalah percaya padanya...
Namun saat ini, dia kembali meragukannya.
Dia harus mengakui bahwa dirinya memang agak bermulut manis tapi berhati lain. Lu Jingzhi menghela napas, merangkul Ji Sixi ke dalam pelukannya, dagunya menempel di dahinya, berkata dengan nada penuh kasih sayang tak terbatas, "Xi, tidak peduli kau percaya atau tidak, setelah menyadari perasaanku padamu, aku menemukan bahwa perasaanku dulu terhadap Su Mo bukanlah cinta, melainkan kehangatan yang kudambakan... Benar, setelah orang tua angkatku meninggal dan adikku bersikap dingin, aku pernah merasa dunia ini tak akan lagi memberiku kehangatan. Aku mulai sangat mengingat kehangatan yang Su Mo berikan dulu. Karena itu, setelah bertemu begitu banyak wanita yang hanya ingin bersamaku karena uang, aku semakin merasa Su Mo sangat berharga. Inilah yang membuatku sangat ingin bersamanya. Tapi sebenarnya ini sama sekali bukan cinta, melainkan upayaku mencari kehangatan... Kurasa jika tak bertemu denganmu yang membuat hatiku berdebar, mungkin sampai sekarang aku masih mengira ini adalah cinta.
” Ji Sixi mendengarkan dengan saksama. Baru setelah Lu Jingzhi selesai bicara, dia sedikit mendongakkan wajah, menatap dalam-dalam mata hitamnya yang dalam, lalu berbicara pelan, "Sebenarnya aku juga merasa perasaanmu pada Su Mo hanyalah keinginan akan kehangatan. Tapi... dulu kau tak pernah mempercayaiku. Tiba-tiba kau bertunangan denganku
，Tiba-tiba kau mencintaiku, tiba-tiba kau menikahiku……Semua ini terjadi begitu cepat sampai membuatku tak siap, meski hari-hari ini aku sangat bahagia, namun di relung hati selalu ada kekhawatiran yang terus-menerus, aku takut yang kudapat hanyalah ilusi……”
Saat ini, bola mata Lu Jingzhi yang bagai bintang dingin berbinar luar biasa, seolah bintang paling gemerlap di langit malam. Ia menatap tulus ke kedalaman matanya. "Menurutmu pertunangan kita, cinta kita, pernikahan kita terjadi tiba-tiba? Tapi sebenarnya ini sama sekali tidak mendadak."
“Ya?” Ji Sixi mengepakkan bulu mata panjangnya, tak sepenuhnya mengerti. Lu Jingzhi melanjutkan, "Aku tak bisa menjelaskan detailnya, tapi kuharap kau ingat: perasaanku padamu bukanlah sesuatu yang instan. Sebenarnya sejak momen kita pertama bertemu, kau perlahan mulai mengisi hatiku. Hanya saja waktu itu, satu dari kita tak percaya masih ada niat baik di dunia ini selain Su Mo, sementara yang lain terlalu keras kepala untuk menjelaskan diri pada orang yang dicintai. Begitulah kita saling berlawanan, menyia-nyiakan begitu banyak waktu……Syukurlah kau melahirkan anakku, menciptakan ikatan abadi antara kita, sehingga kita punya"
"Kesempatan untuk memulai kembali."
Semua yang diucapkan Lu Jingzhi saat ini adalah sejujur hatinya.
“Sebenarnya kalau bukan karena takut urusan Ji Silin terungkap, ia sepenuhnya bisa jujur padanya—saat mengetahui Dark Angel ingin menghadapinya, barulah ia menyadari ada dorongan melindungi dan hasrat posesif padanya, dan baru tahu bahwa ada perasaan padanya……”
“Jika bisa mengungkapkan semua ini, pasti dia akan percaya perasaannya padanya, menghapus semua keraguan. Sayangnya, ia tak bisa menjelaskan secara gamblang……”
“Lu Jingzhi, benarkah setiap kalimat yang kau ucapkan?” Ji Sixi tahu seharusnya tak menanyakan ini, tapi sungguh takut suatu hari tiba-tiba kehilangan semuanya……
“Haruskah aku bersumpah di hadapan langit?”
Mendengar itu, Ji Sixi seketika menutup mulut Lu Jingzhi, suara parau berucap, “Aku tak mau kau bersumpah. Cukup peluk aku erat-erat sekarang, agar aku tahu betapa kau peduli.”
Lu Jingzhi segera memeluk erat Ji Sixi, memberikan kehangatan dan perlindungan sepenuhnya.
Ji Sixi bersandar tenang di pangkuan Lu Jingzhi, mengendus aroma wangi tubuhnya, mendengar detak jantung berat nan mantap—pertama kali merasakan frekuensi detak jantung mereka selaras.
Seolah menandakan, saat ini hati mereka sama-sama berdebar membara untuk satu sama lain.
Ji Sixi merasa tenang. Ditutupnya mata, semakin larut dalam rasa dipeluk eratnya.
Lu Jingzhi berbicara dengan suara lembut, “Sekarang kuberi tahu siapa yang akan kutemui malam ini.”
“Ya,” sahut Ji Sixi pelan.
“Orang yang ingin aku temui adalah orang tuamu... Karena ini adalah pertemuan dengan orang tua mertuaku sendiri, jadi ingin lebih formal, ini juga bentuk penghormatan pada orang tuamu.” Lu Jingzhi menjelaskan.
Ji Sixi tiba-tiba membuka mata, mengangkat wajah cantiknya dengan ekspresi terkejut. Melihat reaksi Ji Sixi, sudut bibir Lu Jingzhi naik sedikit sambil tersenyum, "Sebenarnya orang tua mertua baru akan datang lusa, aku ingin memberimu kejutan jadi kemarin sudah menyuruh orang untuk menjemput mereka... Malam ini rencananya aku akan menjemput mereka sendiri lalu memberimu kejutan, siapa sangka..."
"Kepala mungilmu ini malah sibuk berkhayal di sini."
"Maaf..."
Setelah lama hidungnya terasa pedih, Ji Sixi terbata-bata mengucapkan. Lu Jingzhi menunduk, menyentuhkan dahinya ke dahi perempuan itu hingga bulu mata mereka hampir bersentuhan, saling memandang. "Aku tidak menyalahkanmu. Aku selalu tahu hatimu tak punya dasar, tapi aku yakin suatu hari nanti kau akan menghapus semua keraguan dalam hatimu, karena di hari-hari berikutnya kau akan merasakan..."
"Betapa besar perhatianku padamu."
Ji Sixi perlahan mengulurkan tangan, melingkarkan lengan di leher Lu Jingzhi.
Melihat tatapan menggoda Ji Sixi, Lu Jingzhi tak tahan tertawa, "Kenapa, mau memberi kompensasi padaku?"
Ji Sixi menggigit bibir tipisnya yang lembut, seolah sulit mengungkapkan, tapi akhirnya berbisik pelan, "Mengingat kau pulang lebih awal hari ini dan sudah menyiapkan kejutan besar dengan memajukan kedatangan orang tuaku... kurasa... kurasa aku harus... memberimu sedikit kompensasi."
“Apa kompensasi yang kau siapkan untukku?” Lu Jingzhi sengaja bertanya dengan ekspresi jahat, bola matanya yang hitam pekat memancarkan cahaya jahat dan menggoda.
Ji Sixi menggebrak tinju ke tubuh Lu Jingzhi dengan perlahan. "Kau benar-benar menyebalkan!"
Lu Jingzhi seketika mengangkat Ji Sixi dalam dekapan, kedua lengannya tanpa kesulitan. Tatapannya meninjau wajahnya yang merah padam, berkata dengan nada menggoda, "Aku sudah perintahkan kepala rumah tangga tak perlu membangunkan kita untuk makan malam..."
"..." Ji Sixi kehabisan kata.
……
Hasilnya, mereka benar-benar tak bisa bangun saat waktu makan malam. Saat dia sadar, Lu Jingzhi sudah tak ada di sisinya.
Dia memeriksa jam, sudah pukul delapan malam. Segera memanggil kepala rumah tangga untuk bertanya, baru tahu Lu Jingzhi sudah pergi menjemput orang tuanya. Kesal karena tak dibangunkan, tapi relung hatinya manis, karena tahu ia ingin dirinya tidur lebih lama.
