"Baru saja dia selesai bicara, tepuk tangan gemuruh langsung bergemuruh di tempat kejadian."
Lu Jingzhi seketika melingkari pinggang Ji Sixi, sepasang mata indah yang sipit menatap tajam kemarahannya. "Demi orang tua dan keponakanmu, lebih baik kau bersikap natural!" katanya dengan lembut, di mata orang luar seolah dia sedang membisikkan rayuan manis.
Tatapan Ji Sixi semakin dingin, tapi perlahan ketajamannya mereda. Dia memaksa diri untuk menyunggingkan senyuman indah bagai salju pertama yang meleleh pada Lu Jingzhi.
Demi keselamatan orang tua dan Sen Sen, sekarang dia hanya bisa menuruti.
Saat itulah pendeta mengumumkan——
"Upacara selesai, sekarang mempelai pria boleh mencium pengantin..."
Lu Jingzhi menundukkan kepala, merengkuh bibir Ji Sixi.
Ji Sixi instingnya ingin melepaskan diri, tapi pinggulnya diikat erat oleh Lu Jingzhi. Bahkan dengan kekuatan lengan, dia menariknya mendekat, memaksanya mendongakkan wajah, bekerja sama dengan ciumannya...
……
Upacara pernikahan berakhir sempurna, tapi kemudian dilanjutkan pesta yang berlangsung dari sore hingga malam.
Pesta diadakan di Hotel LJ milik Lu Jingzhi sendiri, dihadiri oleh tokoh politik dan bisnis terkemuka Jerman.
Karenanya, bayangan gaun sutra berkelebat di antara suasana riuh rendah gelas yang bersautan.
Ji Sixi menemani Lu Jingzhi menjamu banyak tamu sepanjang malam, hingga akhirnya mereka menghadap tiga pria tampan.
Ketiga orang ini tak dikenal oleh Ji Sixi, namun terlihat jelas aura mereka berkelas, jelas bukan orang biasa.
Lu Jingzhi memeluknya dengan nada memanjakan, "Istri, kuperkenalkan beberapa sahabat——" Lalu memperkenalkan satu per satu.. "Munyi, Jason, Guan."
Memikirkan keselamatan keluarga, Ji Sixi menunjukkan sikap malu pengantin baru, sopan menyapa, "Halo, aku Ji Sixi."
"Ji Sixi, benar-benar sesuai namanya, membuat orang 'merindukan Xi'..." Jason mengeluarkan ucapan dalam Mandarin terbata-bata, lalu mengangkat punggung tangan Ji Sixi dan mencium perlahan.
Sebenarnya Ji Sixi tak terlalu terbiasa dengan cara sopan santun ala Barat ini, namun tetap menjaga senyuman anggun, hanya saja segera menarik kembali tangannya.
"Lihatlah kau membuat wanita Lu ketakutan!" Munyi menegur Jason.
Jason mengangkat bahu tak peduli, tersenyum, "Kakak ipar jangan tersinggung, aku hanya suka bercanda."
Ji Sixi menggelengkan kepala, menunjukkan tak mempersoalkan.
Jason segera memuji, "Kakak ipar memang cantik dan berwibawa, pantas saja bisa membuat Lu tergila-gila."
Lu Jingzhi menerima pilihan kata Jason dengan lapang, kebahagiaan pada wajah tampannya jelas terlihat, memandangi Ji Sixi penuh kasih bertanya, "Dingin?"
Gaun pesta ekor ikan organza putih model bustier yang dikenakan Ji Sixi, di dalam ruangan ber-AC ini, terlihat indah namun membuatnya menggigil.
Ji Sixi memang merasa agak dingin, tapi dia tak mau menyampirkan mantel jas Lu Jingzhi, lalu berkata dengan lembut, "Tidak dingin, hanya kaki sedikit pegal."
"Berdiri seharian pakai sepatu hak tinggi, memang kaki akan tak tahan... Lu, suruh orang ambil sepatu flat untuk Xi ganti!" Suara Munyi yang tenang terdengar.
Lu Jingzhi mengangguk, memerintahkan Yang Sheng yang mengikut di belakang, "Cari sepasang sepatu."
"Baik." Yang Sheng cepat-cepat mundur.
Jason tiba-tiba terkekeh kecil, dengan nada mengejek berkata, "Kakak ipar, untunglah kau cuma kaki pegal, bukan pinggang sakit... Kalau tidak, kami pasti mengira malam pengantin belum tiba, Lu sudah begitu 'berusaha'..."
"......" Ji Sixi memeluk lengan Lu Jingzhi, ekspresi wajahnya yang malu.
"Sudah, Jason... Kau tahu Lu ingin memanfaatkan malam pengantinnya, mari kita cepat minum araknya, biar Lu dan Xi bisa pulang cepat." Guan Yumo yang tampak gagah dengan satu tangan di saku celana jas dan tangan lain memegang sampanye, berkata.
"Baiklah, baiklah, tak usah bercanda lagi, minum saja..." Jason akhirnya tenang, mengangkat gelas.
Lu Jingzhi mengajak Ji Sixi bersulang dengan mereka, kemudian dengan penuh kesungguhan menghabiskan sampanye di gelasnya sekali teguk.
Terakhir, Munyi berkata, "Lu, kami mendoakanmu dan Xi sampai ubanan. Kami bertiga tak akan menahan waktumu lagi... Manfaatkan baik-baik malam pengantin kalian!"
Lu Jingzhi juga tidak sungkan, mengangguk, "Xi juga sudah benar-benar lelah berdiri, aku akan pamit pada tamu di sana, jadi kami tak bisa menemani kalian di sini…"
"Baik." jawab Munyi.
Lu Jingzhi memeluk Ji Sixi, berbalik menuju sekelompok tamu lainnya.
Selama itu, Ji Sixi tetap menjaga senyum elegan, bibirnya bergetar halus, "Kapan akhirnya aku bisa mengakhiri acara sialan ini?"
Lu Jingzhi tersenyum tipis menjawab, "Jangan kesal, tadi mereka adalah sahabat lama, jadi agak lama mengobrol."
Ji Sixi menahan diri menutup matanya sebentar. "Jika orangtuaku dan Sen Sen ada apa-apa, aku bersumpah takkan membiarkanmu!"
Lu Jingzhi menjawab dengan lembut, "Asalkan kau dengan patuh bekerja sama, aku jamin, orangtuamu dan Sen Sen akan muncul dengan selamat di hadapanmu."
Barulah Ji Sixi lega, berusaha merilekskan tubuhnya yang tegang.
……
Pukul sebelas malam, Lu Jingzhi dan Ji Sixi akhirnya naik mobil menuju rumah Lu.
Ji Sixi sangat lelah, limbung bersandar di kursi kulit asli, bertanya, "Apa benar ayah ibuku dan Sen Sen aman di vila?"
Lu Jingzhi memejamkan mata, seolah tenggelam dalam pikirannya sendiri, baru menjawab setelah beberapa detik, "Kau istriku, mereka ayah ibu mertuaku, mana mungkin aku berbuat sesuatu?"
Mendengar kata "istri", hati Ji Sixi dipenuhi kepedihan. "Kau pembunuh kakakku, kau pikir aku masih mau bersamamu?"
Lu Jingzhi menjawab dengan datar, "Tidak akan."
"Kalau memang kau tahu, kenapa masih membiarkan pernikahan ini berjalan lancar?" Amarah membuat Ji Sixi lupa akan kelelahan, menggerutu dingin pada Lu Jingzhi.
Lu Jingzhi akhirnya membuka mata, memandang Ji Sixi, lalu berkata dengan nada tenang, "Karena aku ingin kau tetap di sisiku."
"Kau gila? Bagaimana mungkin aku bersama pembunuh kakakku?" Ji Sixi langsung melontarkan kemarahannya.
Lu Jingzhi terdiam beberapa detik, kemudian berkata, "Lalu, apa yang kau mau?"
Ji Sixi memuntahkan kebenciannya, "Aku ingin kau membayar harga yang pantas!"
Lu Jingzhi sedikit mengangkat sudut bibirnya, berbisik dingin, "Xi, dengan kemampuanmu, menurutmu aku bisa kau paksa membayar?"
"Aku tahu ini seperti telur menabrak batu, tapi aku takkan menyerah! Percaya lah, langit punya mata!" Ucapan terakhir Ji Sixi nyaris dikeluarkan lewat gigi yang gemeretak.
Senyum di wajah Lu Jingzhi mulai tertutupi kegelapan, "Kalau begitu... tunjukkan seluruh kemampuanmu untuk mengalahkanku."
……
Ji Sixi nyaris terjun dari mobil, lalu menerobos masuk ke vila dengan kecepatan tertinggi.
Melihat orang tua dan Sen Sen yang duduk di sofa dalam keadaan selamat, Ji Sixi hampir menangis bahagia. "Ayah, Ibu——"
Pasangan Ji yang terbenam dalam pikiran baru tersentak, melihat Ji Sixi, wajah mereka menunjukkan ekspresi terkejut. Kemudian, mereka membawa Sen Sen bergegas menghampiri Ji Sixi. Ji Sixi memeluk orang tua dan Sen Sen, suaranya tersekat, "Syukurlah, kalian baik-baik saja..."
