Ji Sixi menundukkan kelopak matanya, diam seribu bahasa.
Melihat itu, Ibu Ji bertanya penuh perhatian, “Ada apa?”
Ji Sixi baru menjawab datar, “Apa pun ide Zhishen, menurutku sekarang bukan timing terbaik untuk mengajukan cerai padanya.”
Ibu Ji tak paham, mengerutkan alis. “Mengapa?”
“Dia membebaskan kita karena masih punya perasaan padaku. Jika aku langsung minta cerai, pasti akan membuatnya kecewa… Begitu dia kecewa, aku tak tahu tindakan apa yang akan diambilnya.” Jawab Ji Sixi dengan tegas.
Ibu Ji membeku, terperangkap dalam pikiran.
Ji Sixi melanjutkan, “Hukum menetapkan pasangan yang hidup terpisah selama dua tahun bisa langsung mengajukan cerai ke pengadilan. Menurutku ini cara terbaik.”
“Dia tidak mengatakan ini karena masih tergantung pada Lu Jingzhi. Meski memang tak tega melepaskan perasaan ini, dia cukup rasional. Dia sadar bahwa dirinya dan Lu Jingzhi sudah ditakdirkan menjadi orang asing.”
“Jadi, kekhawatiranku tulus tentang konsekuensi jika mengajukan perceraian sekarang...”
“Harus diingat, Lu Jingzhi adalah orang serakah yang bahkan menganggap nyawa seperti rumput. Kita tidak boleh sembarangan memancing orang seperti itu...”
“Penjelasanmu ada benarnya juga... Memang timing saat ini kurang tepat.” Setelah berpikir, Ibu Ji menjawab, tapi seketika ragu lagi. “Tapi jika kau memutuskan baru mengajukan perceraian dua tahun lagi, aku khawatir dia akan mengganggumu selama itu.”
“Aku tahu.”
Ji Sixi sepertinya sudah mempertimbangkan hal ini. Dia mengangkat mangkuk sup yang baru dibawa ibunya, lalu meneguknya dengan tenang.
Melihat ketenangan putrinya, Ibu Ji bertanya dengan hati-hati, “Apakah kau sudah menemukan cara agar dia tidak mengganggumu?”
“Bukan aku yang sudah punya cara, tapi aku tahu dalam beberapa tahun ke depan, dia tidak punya banyak waktu untuk ke Tiongkok.”
Ibu Ji kembali bingung, “Mengapa?”
“Karena pusat pengembangan perusahaan LJ ke depan adalah ekspansi pasar Eropa. Proyek inti perusahaan kerjasamanya dengan Xiao Ji juga ada di Jerman. Jadi dia tidak punya banyak waktu untuk ke Tiongkok.” Jawab Ji Sixi dengan tenang.
……
Berlin.
Malam hari di depan jendela kaca dari lantai ke langit-langit kamar utama kediaman Lu, Lu Jingzhi sedang menelepon.
Ia mengenakan setelan jas hitam pekat yang dipotong sempurna, satu tangan terkulai di saku celana. Bayangannya terlihat dingin dan sepi.
“Aku minta kau menyisihkan tiga hari saja tidak bisa?”
Saat ini, ia sedang menyergah Johnth, suaranya penuh kemarahan.
Johnth menjawab dengan takut-takut, "Maaf, Pak Lu... Semua dana Dark Angel sudah ditransfer ke rekening perusahaan baru. Saya tidak bisa menanganinya sendirian. Bahkan dengan bantuan Tuan, mengerjakan jumlah sebesar ini siang malam tanpa henti, setidaknya butuh 3 bulan untuk menyelesaikannya."
"Maksudmu selama 3 bulan ini aku tidak bisa pergi ke mana pun selain Jerman?" Lu Jingzhi menyipitkan mata sipit memanjang yang gelap, bertanya dengan dingin.
Johnth yang takut pada kewibawaan Lu Jingzhi, menjawab gemetar, "Ya, Pak Lu... Jumlah ini harus selesai dalam 3 bulan. Karena ketiga Tuan lainnya sudah membuat perjanjian dengan pedagang senjata di Swiss. Saat itu nanti akan butuh dana sangat besar."
Jason, Munyi, Tingkat...
Bagus.
Lu Jingzhi langsung memutuskan telepon dengan Johnth, lalu menghubungi Munyi.
Setelah melalui 10 tingkat verifikasi, ponsel kedua pihak akhirnya tersambung.
Lu Jingzhi langsung bertanya dalam bahasa Inggris lancar dengan suara dingin, "Maksudmu apa?"
Munyi sepertinya sudah menangkap isi hati bahwa Lu Jingzhi akan menelepon, menjawab dengan suara tenang, "Kami bertiga berpikir sekarang bukan waktu yang tepat untuk mencari Ji Sixi."
"Oh?" Suara Lu Jingzhi penuh cibir. Munyi tetap tenang, "Sebenarnya pada hari pernikahan kalian, kami bertiga sudah menangkap ada masalah antara dirimu dan Ji Sixi. Kami menduga Ji Sixi mulai meragukan penyebab kematian Ji Silin. Jadi saat itu kami berpikir, jika Ji Sixi masih terus menggigit urusan ini, mengutamakan kepentingan Dark Angel di atas segalanya..."
“Mengutamakan manfaat, bahkan jika kau menutupi kesalahannya, kami tak akan memberi dia jalan hidup. Tapi kami tak menyangka, demi melindunginya, kau menanggung tuduhan menyebabkan kematian Ji Silin, memutus kemungkinannya untuk terus menyelidiki.”
“Aku tak mau mendengar omong kosongmu di sini.” Wajah tampan Lu Jingzhi dipenuhi kabut muram, bibir tipisnya yang dingin menyeringai kesal.
Baru kemudian Munyi berkata, “Kami tahu kau mencintai Ji Sixi. Tapi demi melindunginya, kau sudah mengakhiri hubungan kalian. Jadi menurut kami, jika kau terus mengganggu Ji Sixi, itu hanya akan menjerumuskannya.”
Lu Jingzhi menyelam ke dalam pikiran.
Ia orang pintar, mana mungkin tak paham maksud Munyi.
Selama ia masih berurusan dengan Ji Sixi, kemungkinan terungkapnya penyebab kematian Ji Silin akan semakin besar. Maka begitu Ji Sixi terus menyelidiki kasus kematian Ji Silin, Dark Angel tak akan melepaskannya.
Tindakan Munyi dan kawan-kawan ini sebenarnya juga untuk mencegah situasi berkembang ke tahap itu, karena mereka pun tak ingin melukai Ji Sixi.
Beberapa detik kemudian, suaranya memberat, “Bagaimana jika aku bersikeras mencarinya?”
Akhirnya Munyi menjawab dengan nada serius, “Maka kau harus menunggu 3 bulan ke depan. Karena dalam 3 bulan ini kau harus menyelesaikan catatan keuangan Dark Angel... Ini tanggung jawabmu.”
“Jadi aku harus berterima kasih pada niat baik kalian?” sergah Lu Jingzhi dengan senyuman sinis.
Munyi sepertinya menarik napas, membuat suaranya kembali normal. "Tak ada yang bisa mengendalikan keputusanmu, Lu... Jika tiga bulan kau masih ingin menahan Ji Sixi di sini, aku hanya bisa berdoa hal yang kita khawatirkan takkan pernah terjadi."
Lu Jingzhi tidak menjawab, tapi bibir tipisnya dingin mencair membentuk garis lurus.
Munyi akhirnya berkata, "Lu, ini semua salah takdir. Kebetulan Ji Sixi adalah adik Ji Silin. Seharusnya saat ini kau dan Ji Sixi sedang menikmati perjalanan bulan madu di kota romantis mana pun di dunia ini, tapi sekarang..." Munyi menghela napas pasrah, "Aku minta maaf."
Lu Jingzhi mengakhiri panggilan, tapi masih lama berdiri di depan jendela kaca.
Cahaya lampu memanjangkan bayangan tubuhnya yang tinggi tegap, membuatnya terlihat begitu sendu dan sepi.
……
Ji Sixi kembali bekerja di Grup Bisnis Keluarga Tan. Hal pertama yang dilakukannya adalah menemui Tan Yan. "Aku sudah sampai di Berlin, tapi acara pernikahan dijaga ketat. Pasti ini ulah kakakku. Ia tak ingin kehadiranku. Jadi... Awalnya ingin minta kau menjadi perantara agar kami bisa berdamai, tapi sekarang kau malah tiba-tiba muncul di Kota C, benar-benar di luar perkiraanku."
”
Tan Yan duduk tegak di kursi kulit asli yang megah, memandang Ji Sixi dengan suara datar seperti biasa.
Ji Sixi berdiri di depan meja kerja dengan ekspresi tenang. "Urusan antara aku dan kakakmu takkan kubicarakan lagi. Yang pasti, sejak saat ini tak akan ada lagi hubungan antara kami." Tan Yan mengerutkan kening. "Aku tak tahu apa yang terjadi, tapi saat melihat siaran langsung pernikahan di layar hotel waktu itu, aku bisa melihat perasaan tulus kakakku padamu."
