Ekspresi Ji Fu kaku, ia melotot ke anak perempuannya, dadanya masih terus bergerak naik turun. Setelah beberapa menit, barulah ia perlahan mengendalikan emosinya.
“Kau bilang akan memutuskan hubungan dengan Lu Jingzhi sepenuhnya!” Suara Ji Fu dingin, tapi emosinya terlihat mulai tenang.
“Aku benar-benar melakukannya, tak pernah melupakan kematian Kakak...” Air mata Ji Sixi masih mengalir.
“Maaf, emosiku tadi berlebihan.” Ayah Ji mengusap wajahnya, suaranya mulai bergetar dan terdengar rapuh.
“Gak apa-apa…” Ji Sixi bergumam pelan. “Aku tidak marah pada Ayah.”
Ekspresi Ayah Ji dipenuhi kepedihan. Ia menyandarkan tubuh ke sandaran kursi, menatap langit-langit bagai mayat hidup. “Maaf… seharusnya aku tidak marah-marah padamu…”
"Ayah... Anda tak perlu begitu menyalahkan diri sendiri." Ji Sixi mendekati ayahnya, tanpa sedikit pun menyimpan kesalahan, malah menunjukkan perhatian yang mendalam. "Ayah, jangan marah padaku, juga jangan marah pada diri sendiri... kondisi tubuhmu memang tidak baik..." Alis Ayah Ji berkerut dalam, setelah lama, ia mengusap matanya dengan keras lalu menengadah bertanya pada Ji Sixi. "Kalau begitu berjanjilah padaku, jauhi Lu Jingzhi, jangan pernah lagi terlibat dengannya!" Ayah Ji menggenggam pergelangan tangan Ji Sixi, tatapannya yang memaksa namun penuh kepedihan, memperingatkan sekaligus berduka.
kepadanya.
Ji Sixi memandangi ayahnya dengan penuh kesedihan. "Tentu saja aku takkan lagi terlibat dengannya... Aku berjanji, kejadian seperti hari ini takkan terulang." Kabut air terkumpul pekat di matanya. "Mulai sekarang aku takkan lagi melembut padanya, aku bersumpah."
"Baik, Ayah percaya padamu." Ayah Ji melepas Ji Sixi, kerutan alisnya mulai mengendur. "Jadi, kau akan patuh, dengan baik-baik mengajukan perceraian pada Lu Jingzhi, bukan?"
Ji Sixi tak menjawab.
"Jawab pertanyaanku, Xi." Rasionalitas Ayah Ji meski masih ada, terkekang oleh perasaan, suaranya kehilangan kehangatan masa lalu, lebih berwibawa sebagai seorang ayah.
"Ayah... Sebelum melakukan sesuai perkataanmu, ada beberapa hal mengenai Lu Jingzhi yang ingin kusampaikan." Ji Sixi berbicara dengan berat pada ayahnya.
"Apa yang baru saja ia katakan sampai membuatmu ingin membelanya sekarang?" Ayah Ji menyipitkan mata, menyerang dengan pertanyaan.
“Ji Sixi langsung terdiam, dia tak menyangka ayah bisa menebak ucapan yang akan dia sampaikan selanjutnya.
Suara dingin Ayah Ji melanjutkan, “Selama dia adalah pembunuh kakakmu, apapun yang dia lakukan, keluarga kami takkan pernah memaafkannya!”
“Ayah…” Hidung Ji Sixi terasa pedih. “Meski ada fakta yang tak bisa kusampaikan, tapi dia sama sekali tidak sejahat yang Ayah bayangkan.”
“Apakah pembunuh masih punya nurani?” Ayah Ji berbisik pilu, lalu berkata dengan hati yang remuk, “Jika kau masih keras kepala terus berhubungan dengannya, anggaplah aku tak pernah punya anak perempuan sepertimu.”
Wajah Ji Sixi memucat, membeku di tempat.
Dia sangat berharap ayah mau mendengar penjelasannya tentang Lu Jingzhi, tapi tak disangka, ayah sama sekali tak memberi kesempatan...
Dia bisa memahami kepedihan ayah, lagipula kakak meninggal terlalu tak bersalah...
Tapi Lu Jingzhi sebenarnya hanya dikambinghitamkan atas kematian kakak, dia tak seharusnya menanggung semua tuduhan...
Di luar ruang kerja, percakapan itu terdengar jelas sampai ke telinga Ibu Ji.
Ibu Ji lama terpaku di tempat, ekspresinya sangat rumit.
……
Keluar dari ruang kerja, Ji Sixi tak menyangka akan melihat ibunya.
Dari raut wajah ibu, dia tahu ibu sudah mendengar percakapannya dengan ayah. Rasa bersalahnya menggunung karena telah membuat ayah begitu murka.
Tapi yang lebih tak terduga, Ibu Ji menariknya masuk ke kamar tidur.
Di ranjang kamar tidur, Nakal kecil Yi Xin tertidur lelap, Ibu Ji menatap wajah pucat Ji Sixi. "Lu Jingzhi benar-benar mencarimu tadi?"
Menghadapi sang ibu, Ji Sixi tak menyembunyikan apapun. "Maaf... Aku tadi tak memberitahu Ibu terlambat pulang karena dia."
Mendengar itu, Ibu Ji menatap Ji Sixi lama sekali.
Ji Sixi mengira sang ibu tersayat hati, menundukkan kelopak mata. "Aku tahu telah mengecewakan Ibu dan Ayah..."
Ibu Ji menggeleng, merangkul perlahan bahu Ji Sixi.
Ji Sixi perlahan mengangkat kepala, baru menyadari mata sang ibu tak ada kemarahan atau tuduhan, hanya rasa kasihan.
"Ibu tahu kau belum bisa melupakan Lu Jingzhi..." Ibu Ji tiba-tiba berkata demikian.
Air mata menetes di pipi Ji Sixi. "Maaf..."
Ibu Ji kembali menggeleng, "Sebenarnya melihatmu akhir-akhir ini berlagak biasa padahal dalam hati seperti mayat berjalan, Ibu tak tahu betapa sakitnya..."
Pandangan Ji Sixi semakin samar.
"Katakan pada Ibu, urusan apa tentang Lu Jingzhi yang mau kau sampaikan pada Ayah tadi?" tanya Ibu Ji penuh kasih. Kehangatan dari sang ibu membuat Ji Sixi merintih seperti anak kecil. "Lu Jingzhi sejak awal memang bersama Xiao Ji mengincar perusahaan Kakak, tapi dia tak tahu Xiao Ji mendapatkan perusahaan itu dengan menjerumuskan Kakak sampai mati. Jadi, dia bisa dibilang tak terkait kematian Kakak, sekaligus..."
“Dikatakan sebagai pembunuh yang menjerumuskan sampai mati kakak… Karena kakak dibunuh oleh Xiao Ji yang membeli pembunuh bayaran.”
Ibu Ji terkejut, bertanya, “Maksudmu, kakakmu bukan sasaran yang diperintahkan Lu Jingzhi untuk dihadapi?”
Ji Sixi mengangguk kuat-kuat. “Dia hanya menginginkan perusahaan kakak, dia tak pernah menyuruh Xiao Ji menjerumuskan kakak… Yang membunuh kakak adalah perbuatan Xiao Ji sendiri.”
“Tapi kalau Lu Jingzhi tidak bersikap tegas mengincar perusahaan kakakmu, mungkin Xiao Ji takkan membeli pembunuh bayaran…” Ibu Ji berkata dengan tenang.
“Aku tahu, makanya aku tak bilang kematian kakak sama sekali tak ada kaitannya dengan Lu Jingzhi…” jawab Ji Sixi penuh kesedihan.
Ibu Ji mulai terdiam.
Ji Sixi menatap ibunya, air mata semakin menggenang di matanya.
Ibu Ji menarik napas dalam, tiba-tiba berkata, “Xi, Ibu mau tanya sesuatu, jawablah dengan jujur.”
Ji Sixi mengangguk.
Ibu Ji menatap tajam tatapan putrinya, baru melanjutkan, “Dari penjelasan Lu Jingzhi seperti ini, apa kau percaya padanya?” “Aku percaya, karena dia bilang sudah membuat Xiao Ji membayar harga yang pantas untuk kematian kakak, dan membuat Xiao Ji membayar harga itu bukan hal mudah.” Menghadapi Xiao Ji yang terkait kepentingan Dark Angel, pastilah Lu Jingzhi menguras banyak tenaga, mungkin dia
bahkan mengambil risiko berkhianat dari Dark Angel untuk melakukan ini.
“Apa? Kau bilang Lu Jingzhi sudah membuat Xiao Ji membayar harganya?” Ibu Ji tak percaya, terbelalak terkejut.
“Benar, meski bukan menggunakan senjata hukum untuk menghadapi Xiao Ji, tapi Xiao Ji sudah mati, dan ini adalah hasil yang seharusnya didapat Xiao Ji……”
“Benarkah ini?”
“Aku percaya dia tak akan menipuku... Jika tidak, dia tak akan datang mencariku.” Ibu Ji membeku di tempat, setelah lama akhirnya berkata tenang, “Jika Lu Jingzhi benar-benar bukan pembunuh langsung yang menjerumuskan kakakmu sampai mati, dan dia sudah membuat Xiao Ji membayar harga yang seharusnya, maka... Sixi, jika kau mau bersama Lu Jingzhi, Mama tidak akan protes.”
