Xiao K membeku, “Pak Lu, maksud Anda... Latar belakang paman Chi Zhishen tidak sederhana? Mungkin selama ini dia tahu hubungan Tuan dengan Dark Angel?”
Lu Jingzhi menyipitkan mata, bola matanya yang hitam pekat memancarkan kilau licik. “Kau pikir latar belakangnya sebagai Duta Besar di Chili untuk Amerika saja sudah cukup membuatnya bisa menyelidiki titik meragukan dalam kematian Ji Silin?”
Xiao K tersadar, “Benar juga... Sebelumnya hamba juga heran dengan koneksi paman Tuan Chi ini. Nyatanya, hal-hal yang bisa dia selidiki memang bukan level orang biasa.”
Lu Jingzhi mengangguk, “Selidiki latar belakang paman Chi Zhishen. Bisa jadi Chi Zhishen sendiri adalah hantu bayangan di balik layar ini.”
“Baik, hamba akan segera mencari hasil investigasinya.”
……
Di kamar pasien, Ibu Ji sudah mengganti seragam pasien, saat ini bersandar di tepi ranjang, konsentrasinya terlihat lebih baik dari sebelumnya.
"Ibu, jika masih merasa ada yang tidak enak badan, kita bisa tinggal di rumah sakit satu hari lagi." Ji Sixi sebenarnya tidak ingin ibunya cepat pulang, tapi dia tak kuasa melawan keinginan sang ibu.
"Aku baik-baik saja, hanya kematian ayahmu... yang masih tak bisa kuterima." Tatapan Ibu Ji langsung muram saat menyebut suaminya.
Ji Sixi menuangkan segelas air untuk ibunya, menyerahkannya ke tangan sang ibu, menghibur, "Ibu, manusia mati tak bisa hidup kembali... Aku juga sulit menerima hasil ini, tapi aku yakin Ayah tak ingin melihat kita terus merosot seperti ini."
Ibu Ji meneguk airnya, emosinya baru mulai mencair. "Sen Sen masih di hotel?"
"Ya, orang-orang Lu yang merawatnya, Ibu tak perlu khawatir." Jawab Ji Sixi.
Ibu Ji mengangguk, "Sembunyikan sementara dari Sen Sen untuk beberapa waktu, biasanya dia paling sayang sama kakek."
"Aku tahu." Ji Sixi perlahan menggenggam lengan ibunya. "Ibu tak perlu repotkan apapun, Lu akan menangani semua urusan."
Ibu Ji menatap Ji Sixi dengan tatapan muram. "Rumah kita tak mungkin terbakar tanpa sebab, jelas ada yang sengaja membakar. Tapi siapa yang tega meracuni ayahmu seperti ini?"
Ji Sixi tak berniat menyembunyikan apapun dari ibunya, berkata sejujurnya, "Ibu, kemarin seharusnya aku pergi ke New York dengan Lu Jingzhi, tapi di bandara terjadi peristiwa ledakan koper..."
Ji Sixi menceritakan semua yang terjadi selama dua hari ini kepada sang ibu.
Ibu Ji terdiam sejenak setelah mendengar semuanya. "Artinya, target orang itu adalah Jingzhi, sedangkan Ayahmu hanya batu loncatan untuk menghadapi Jingzhi?"
Ji Sixi menjawab dengan getir, "Benar."
Ibu Ji terpaku di tepi ranjang, lama tak tersadar.
Khawatir ibunya overthinking, Ji Sixi melanjutkan, "Ibu, Lu Jingzhi juga tak menyangka ini terjadi. Dia sudah menyuruh orang melindungi Ayah, tapi lawannya benar-benar licik dan kejam..."
Ibu Ji menutup matanya sebentar, wajahnya dipenuhi kesedihan. "Xi, bawa Sen Sen dari tempat Lu Jingzhi. Kita akan menyewa rumah di pusat kota."
Terkejut, Ji Sixi membalas, "Ibu, ada apa?" Ibu Ji menyandarkan tubuh lemasnya ke tepi ranjang, mengusap keningnya. Suaranya parau, "Kalau Jingzhi sudah tahu dari awal Ayahmu dalam bahaya, kenapa dia tak bisa melindunginya? Ini bukan kelalaian bawahannya, tapi Jingzhi sendiri yang tak berusaha maksimal."
”
Tercengang mendengar kesimpulan yang sama dengan Chi Zhishen, Ji Sixi gemetar. "Ibu..."
Ibu Ji menatapnya dengan tatapan pedih. "Ibu mau percaya kematian Ayahmu tak ada hubungannya dengan Jingzhi. Kalau mau membunuh, dia sudah melakukannya sejak dulu... Tapi Ibu yakin Jingzhi sengaja tak berusaha menyelamatkan."
"Ibu..." Ji Sixi tiba-tiba menyadari tak bisa membela Lu Jingzhi.
Ibu Ji berkata dengan sedih, "Xi, Mama tidak akan melarangmu bersamanya, karena bagi Mama tidak ada yang lebih penting dari kebahagiaanmu... Tapi jika ia tidak menyelamatkan ayahmu saat bahaya, mungkin Mama tak bisa lagi menemanimu di sini."
"Aku percaya dia tidak akan begitu..." gumam Ji Sixi pelan. "Ma, jika dia mencintaiku, dia pasti tahu ini hanya akan membuatku membencinya di kemudian hari."
"Anakku bodoh, justru karena mencintaimu dia melakukan ini... Karena dia sangat paham, ayahmu yang keras kepala itu jika terus merintangi, mungkin kau akhirnya akan mematuhi rencana ayah..." jawab Ibu Ji.
Ji Sixi menggelengkan kepala, tetap tak mau menerima kenyataan ini.
Ibu Ji menarik napas dalam, suaranya mencair. "Tapi ini hanya dugaan Mama, belum bisa dipastikan... Tapi kurasa mungkin ini akan menjadi kasus yang tak terpecahkan selamanya."
Ji Sixi tak bisa lagi membela Lu Jingzhi.
Ibu Ji meletakkan gelas air di tangannya dan turun dari ranjang. "Bantu Mama keluar... Aku menyuruh Jingzhi mengurus urusan sewa rumah. Tentang apakah kau kembali, itu terserahmu."
Ji Sixi membeku di tempat.
……
Bagaimana mungkin meninggalkan ibu di saat seperti ini? Apa pantas di hadapan kakak dan ayah yang sudah tiada?
Ji Sixi memutuskan sementara pindah ke apartemen sewaan bersama ibu.
Setelah menelepon Chi Zhishen, barulah Ji Sixi menemui Lu Jingzhi di tempat tadi.
Bayangan gagah Lu Jingzhi tegak di depan jendela kaca, sepertinya sedang merenungkan strategi melawan musuhnya.
Ji Sixi ragu-ragu selama beberapa detik, baru kemudian mendekati Lu Jingzhi.
Lu Jingzhi tersentak, memandang Ji Sixi dengan penuh kasih. "Emosi ibu mertua sudah lebih baik?"
Ji Sixi menggigit bibir bawahnya dengan lembut, perlahan membuka mulut. "Lu, mungkin aku tidak tinggal bersamamu di hotel untuk sementara... Mama sudah menyuruh Zhishen mencari apartemen di pusat kota. Kita akan tinggal di sana bersama Sen Sen sementara waktu."
Mendengar itu, kening Lu Jingzhi berkerut. "Ibu mertua masih tidak percaya padaku?"
Ji Sixi menatap mata hitam yang dalam milik Lu Jingzhi, berkata sejujurnya. "Mama tahu kematian ayah terkait dengan lawanmu. Mama merasa perlindunganmu terhadap ayah ada kelalaian, jadi..."
"Apakah ibu mertua mengira aku sengaja tidak menyelamatkan?" suara Lu Jingzhi menjadi berat.
Ji Sixi menundukkan kepala, berkata dengan sedih. "Sebenarnya hatiku sangat kacau sekarang. Aku tidak percaya kamu melakukan ini, tapi..." Dia menggelengkan kepala, bingung bagaimana menjelaskannya. Lu Jingzhi mengulurkan tangan merangkul bahu Ji Sixi, menatapnya dalam-dalam. "Xi, aku tidak peduli pikiran ibu mertua, juga tidak akan menghentikanmu menemani ibu mertua saat ini... Tapi kuharap kau percaya padaku. Meski ayah mertua belum bisa melupakan kematian kakakmu, aku tidak pernah berniat"
"menjerumuskan ayahmu."
Ji Sixi tetap menunduk, menghindari tatapan Lu Jingzhi. "Aku akan tinggal di apartemen sewaan untuk sementara. Kamu lanjutkan investigasi pembunuh ayahku... Tunggu sampai semuanya terungkap, baru kita bicara lagi."
“Xi……”
Lu Jingzhi ingin merengkuh pergelangan tangan Ji Sixi, namun satu detik sebelumnya dilepaskan olehnya. "Tolong serahkan Yi Xin sementara padaku untuk kujaga. Aku khawatir kau terlalu sibuk menangani banyak urusan hingga tak sempat memperhatikannya…" Setelah berkata demikian, Ji Sixi langsung melangkah pergi. Lu Jingzhi memandangi bayangan punggung Ji Sixi yang getir dan datar, akhirnya, menyerah untuk mengejarnya.
