Ji Sixi berdiri di tempat, lama kemudian baru berkata, "Kalau begitu, tolong tinggalkan juga jenazahku di sini!"
Wajah Lu Jingzhi tiba-tiba menjadi muram, bagaikan es dingin yang membuat gemetar. Tiba-tiba, tatapan mengerikannya tertuju pada Ji Sixi, "Meski tahu dia adalah hantu gelap di balik layar yang melawanku, kau tetap ingin melindunginya?"
Ji Sixi berkata serius, "Lu Jingzhi, dia sama sekali bukan orang yang diam-diam melawanmu. Tolong selidiki sampai tuntas!"
Lu Jingzhi meninggalkan kursi kerja, kaki jenjangnya yang terbungkus celana hitam perlahan mendekati Ji Sixi. Mata hitamnya yang dingin dari ketinggian menatapnya dengan muram. "Meski Yang Sheng tidak menjelaskan secara detail, kau seharusnya tahu bahwa aku tak pernah melakukan kesalahan!"
Ji Sixi menggelengkan kepala, sabar menjelaskan, "Dia benar-benar bukan orang yang melawanmu. Meski banyak kecurigaan mengarah padanya, tapi dia pasti bukan!"
Lu Jingzhi menyeringai dingin. "Kalau begitu katakan padaku, Xi, mengapa investigasiku hanya menemukan bahwa beberapa hari sebelum ayahmu meninggal, hanya Chi Zhishen orang luar ini yang berhubungan dengan ayahmu?"
"Aku tidak tahu, tapi Zhishen pasti bukan orang yang diam-diam melawanmu." Ji Sixi menjawab dengan tegas.
Lu Jingzhi tiba-tiba menyeringai dingin, berbisik pelan, "Xi... Kau sampai segitu percaya padanya, tapi tak mau percaya bahwa aku tidak membiarkan ayahmu mati tanpa pertolongan... Jadi, dulu kau benar-benar mencintaiku? Xi..."
Dengan suara yang hanya bisa didengar olehnya dan Ji Sixi, Lu Jingzhi sama sekali tidak menyembunyikan kegalauannya saat ini.
Ji Sixi melihat luka di balik sorotan mata Lu Jingzhi, hatinya seperti tercabik. Tapi ia hanya bisa mati-matian menjaga ketenangan, berkata dingin, "Aku hanya bicara berdasarkan fakta."
Mendengar itu, Lu Jingzhi menyeringai dingin. "Fakta?" Nada suaranya menyergah, "Xi, dari mana kau tahu aku belum menyelidiki fakta bahwa Chi Zhishen diam-diam melawanku?"
Ji Sixi seketika membeku.
Menatap ekspresi terkejut Ji Sixi, Lu Jingzhi melanjutkan, "Lihat kau sampai segitu ketakutan... Tadi aku hanya menggodamu. Memang belum ada buti nyata Chi Zhishen berusaha mencelakaiku."
Ji Sixi perlahan menghela napas lega.
Ia yakin, mustahil ia salah menaruh kepercayaan pada Chi Zhishen...
Mereka berkenalan di masa kuliah. Meski lama tak bertemu, Ji Sixi yakin Chi Zhishen tetap sama - kakak tingkat yang jujur dan hebat yang selalu ia kagumi.
"Kalau tak ada buti Chi Zhishen mencelakaimu, janganlah kau terus menekannya begini!" Ji Sixi menarik napas dalam, suaranya dingin menggelegar.
Mata sipit memanjang yang gelap milik Lu Jingzhi menyipit bagai garis. Tatapannya menusuk Ji Sixi. "Bagaimana jika hari ini kupertahankan Chi Zhishen di sini selamanya?" Suaranya mengerikan.
Ji Sixi terkejut, tubuhnya mundur selangkah. "Kau takkan melakukan ini, lagipula belum ada buti nyata yang muncul membuktikan Zhishen adalah dalang di balik layar ini, dan kau bukanlah orang yang gegabah seperti itu."
Lu Jingzhi mendengar, tersenyum ringan.
Ji Sixi menatap senyum di wajah Lu Jingzhi, sama sekali tidak bisa memahami apa yang sedang dipikirkannya saat ini.
Lu Jingzhi akhirnya bersuara lagi, "Xi, kau tidak benar-benar mengenalku. Bagaimana kau bisa bilang aku bukan orang gegabah?"
Dada Ji Sixi sesak sejenak.
Dia tahu ini sengaja diucapkannya. Sungguh mustahil pria ini gegabah... Ucapannya saat ini hanyalah tuduhan bahwa dirinya tak pernah memahami, sehingga sebelumnya tak memberi kepercayaan.
Hatinya teriris sedikit rasa sakit.
Memandangi ekspresi terlukanya, hatinya benar-benar tersayat. Tapi sungguh dia belum bisa memberitahu kebenaran saat ini. "Apa sebenarnya yang kau inginkan?" Akhirnya hanya ini yang bisa ditanyakannya.
Lu Jingzhi masih hanya tersenyum, bahkan ada nuansa manja dalam senyumnya, seolah masih menyayanginya. "Aku mau kau kembali. Asal kau mau kembali, bahkan jika Chi Zhishen terbukti sebagai dalang di balik semua ini, aku bisa membebaskannya!"
"Xi——" Chi Zhishen yang diam sepanjang waktu tiba-tiba bersuara dingin, "Aku takkan terjebak di sini. Sebelum datang, sudah kuhubungi paman."
Mendengar ini, Lu Jingzhi mengangkat kepala, melirik Chi Zhishen dengan pandangan merendahkan. "Maksudmu, pamammu sudah menyuruh orang melindungimu diam-diam?"
Chi Zhishen berkata dengan tenang, "Setidaknya ketika orangmu mengarahkan senjata ke arahku, akan ada penghadang yang membidik Lu Jingzhi!"
Lu Jingzhi kembali tersenyum datar, penuh sikap merendahkan.
Saat itu, Xiao K datang bersama beberapa orang yang pakaiannya nyaris menyatu dengan warna padang rumput.
Melihat ini, Chi Zhishen tertegun di tempat. "Ini..."
Xiao K berkata dingin, "Tuan Chi, kau pikir dengan segelintir orang ini bisa menjebak Pak Lu? Kau terlalu meremehkan kami yang selalu mendampingi beliau!"
Chi Zhishen tak bisa berkata-kata.
Tubuh Ji Sixi gemetar, suaranya dingin menuntut, "Apa kau benar-benar berniat menahan Zhishen di sini?"
Lu Jingzhi tersenyum tipis, "Jadi, jika aku tak mengizinkan Chi Zhishen meninggalkan lapangan golf ini, kau juga akan menemaninya tetap di sini?"
Tidak bisa...
Jika dia terus menipu Lu Jingzhi, rasa dengki hanya akan semakin menggerogoti logikanya.
Kini Lu Jingzhi tak punya buti konkret bahwa Zhishen adalah dalang di balik layar, tapi seolah tak peduli fakta—hanya ingin menuduh Zhishen.
Jika begini, tak perlu lagi berpura-pura. Nyawa Lu Jingzhi berharga, nyawa Chi Zhishen pun sama...
Dia belum pernah melihat Lu Jingzhi yang kehilangan rasionalitas seperti ini. Sungguh, dia khawatir Lu Jingzhi akan bertindak nekat pada Zhishen.
Maka, menarik napas dalam, Ji Sixi bersiap memberitahu fakta pada Lu Jingzhi, tapi tak ada yang menyangka, tiba-tiba suara tembakan terdengar dari belakangnya.
Ji Sixi kaget, secara insting dia melindungi telinganya sendiri.
Lu Jingzhi bereaksi cepat, melingkari tubuhnya dan cepat-cepat berguling ke samping.
Ji Sixi dilindungi Lu Jingzhi, kepalanya sudah kosong. Saat tersadar mencari bayangan Chi Zhishen, baru sadar Chi Zhishen sudah tertembak tergeletak dalam genangan merah.
"Zhishen..."
Ji Sixi tak percaya dengan pemandangan di depan mata, mengabaikan halangan Lu Jingzhi, dia berlari ke sisi Chi Zhishen.
Chi Zhishen sudah tak sadarkan diri, luka tembak di dada, saat ini belum bisa dipastikan apakah jantungnya kena...
Ji Sixi ketakutan menutup mulutnya.
Lu Jingzhi sudah berada di sisi Ji Sixi. Dia menekan Ji Sixi ke dalam pelukannya. "Tak mau melihat..."
Ji Sixi melepaskan diri dari Lu Jingzhi, berteriak keras, "Cepat suruh orang menyelamatkannya... Cepat!"
Lu Jingzhi melambaikan tangan, barulah bodyguard bergegas naik, lalu mengangkat Chi Zhishen, membawanya ke mobil, dan cepat-cepat menuju rumah sakit.
Ji Sixi masih belum pulih, setelah beberapa menit, baru mencengkeram kerah jaket olahraga Lu Jingzhi, "Apakah orangmu yang menembak Zhishen?"
Wajah Lu Jingzhi sangat jelek, balas bertanya, "Kau yakin aku akan melakukan ini pada Zhishen?"
Ji Sixi melotot pada Lu Jingzhi, tangan yang masih mencengkeram kerahnya perlahan melepaskan pegangan.
"Di detik berikutnya, dia seperti bola yang telah kehilangan angin, duduk di tempat semula. "Bukan kau, lalu siapa..." dia bergumam pelan. Lu Jingzhi mengeluarkan suara hmm dingin, sambil berkata, "Jika aku bilang ini Chi Zhishen sendiri yang memanipulasi peristiwa luka ini, kau percaya?"
