Meski tahu perpisahannya dengan Lu Jingzhi hanya sementara, saat Lu Jingzhi memerintahk anak buahnya menjemput Yi Xin, Ji Sixi tetap merasa sesak.
Untuk melindungi Chi Zhishen, dia berani berbohong pada Lu Jingzhi - sungguh membuatnya merasa bersalah...
Tapi dia melakukan ini karena dalam hatinya yakin, Lu Jingzhi salah menyelidiki! Chi Zhishen pasti bukan pembunuhnya!
Saat kebenaran terungkap nanti, dia yakin Lu Jingzhi akan memahaminya.
Saat ini, Lu Yixin erat memeluk Ji Sixi, tak tega melepas, “Mama...”
Ji Sixi menahan sedih, menepuk punggung Lu Yixin sambil menenangkan, “Mama akan menjemputmu di Jerman beberapa hari lagi, dengarkan baik-baik perkataan Ayah ya Sayang...”
Lu Yixin anak yang penuh pengertian. Meski ingin menangis, mulut kecilnya sudah mengkerut, merintih terisak-isak tapi berhasil menahan tangisnya.
Ji Sixi terus menghibur, "Sayang, Mama tidak akan menipumu. Kau ikut Paman K cari Ayah... Mama akan segera datang menjemputmu." Sambil berkata demikian, Ji Sixi mencium pipi Lu Yixin.
Lu Yixin masih tak mau melepaskan Ji Sixi, tangan mungil yang gemuk semakin erat memeluknya. "Mama..." suara nakal kecil itu penuh keengganan melepaskan.
Ji Sixi terpaksa terus menenangkan, "Mama tak pernah berbohong menipu Xin Xin kan? Jadi Xin Xin harus percaya Mama ya, beberapa hari lagi Mama akan menjemputmu..."
Baru kemudian Lu Yixin perlahan melepaskan genggaman tangan kecilnya yang erat memeluk leher Ji Sixi, mulutnya meringis sambil menoleh ke Xiao K.
Ji Sixi terakhir kali mencium dahi Lu Yixin sebelum menyerahkan anak itu ke Xiao K.
Xiao K menerima Lu Yixin dengan sikap hormat seperti biasa, "Nyonya, tenang saja. Kami akan merawat Nona Yixin dengan baik."
Ji Sixi tahu dia tak akan lama berpisah dari Lu Yixin, jadi tak terlalu berat meninggalkannya. Justru yang dikhawatirkannya adalah suasana hati Lu Jingzhi saat ini. Ingin rasanya bertanya pada Xiao K, tapi takut kalau bicara akan ketahuan. Jika itu terjadi, Lu Jingzhi pasti tak akan membebaskan Zhishen. Mengingat alasan yang dipakainya adalah mengaku Zhishen sebagai kekasihnya, memohon Lu Jingzhi melepaskannya karena ikatan emosional masa lalu. Jika kebenaran terungkap...
...pasti Zhishen tak akan dibebaskan.
“Karenanya, akhirnya dia tetap tidak menanyakan urusan Lu Jingzhi pada Xiao K, hanya berkata tenang, "Aku percaya padamu... Kalau begitu aku tidak akan mengantarmu."”
Xiao K tidak lagi menunjukkan sikap terlalu sopan, membopong Lu Yixin, langsung memasuki lift apartemen.
Saat Xiao K dan empat bodyguard yang mengikutinya pergi, Ji Sixi yang menutup pintu apartemen menyandarkan tubuh lemasnya di pintu kayu.
“Sixi, apakah Xiao K sudah membawa Yixin pergi?”
Saat suara Ibu Ji terdengar, barulah Ji Sixi bangkit, berpura-pura tak terjadi apa-apa. “Ya.”
Ibu Ji mendekati wajah Ji Sixi, menatapnya. “Wajahmu pucat sekali... Ibu tahu kau tak tega melepas Yixin.”
“Aku baik-baik saja.” Sebenarnya yang paling dia khawatirkan saat ini adalah keadaan Lu Jingzhi.
Ibu Ji menghibur, “Ibu tahu masa-masa ini sangat menyiksamu, tapi hari-hari seperti ini tak akan lama lagi... Nanti saat kau dan Zhishen punya anak, kau tak akan lagi mengingat masa lalu...”
“Ya.” Untuk sementara dia belum berencana memberitahu kenyataan pada ibunya, agar Ibu Ji tidak kembali tak percaya pada Lu Jingzhi... Pokoknya, di masa depan, dia akan buktikan bahwa cintanya pada Lu Jingzhi takkan pernah pudar, dia akan selamanya mencintai Lu Jingzhi.
Saat Ibu Ji kembali ke kamar untuk menemani Sen Sen, Ji Sixi di kamarnya menelepon Shen Xiaoran.
Dia harus membuat dirinya tenang, jika tidak dia benar-benar takut akan tak tahan mencari Lu Jingzhi untuk penjelasan... Dia sangat khawatir dengan kondisi Lu Jingzhi saat ini.
“Telepon Shen Xiaoran segera tersambung, tapi tak disangka yang mengangkat adalah seorang wanita, “Ya?” Suara lembut seperti air terdengar.
Ji Sixi awalnya kaget, kemudian ingat bahwa sekarang adalah malam hari menurut waktu Amerika, dan keberadaan pendamping wanita di sisi Shen Xiaoran juga bukan hal aneh. Maka dengan sopan ia berkata, “Saya ingin bicara dengan Direktur Shen.”
“Siapa aku?” Suara wanita itu tiba-tiba kehilangan kelembutannya.
Ji Sixi hendak menjelaskan, tiba-tiba terdengar suara gangguan di ponsel, diikuti suara parau Shen Xiaoran yang masih mengantuk, “...Ya?”
“Direktur Shen.” Mendengar suara Shen Xiaoran, Ji Sixi menghela napas lega.
Shen Xiaoran masih belum sepenuhnya sadar, suaranya tetap parau, “Sixi... Ada urusan apa?”
“Maaf mengganggu istirahatmu... Aku hanya ingin memastikan, nanti jika Lu Jingzhi salah paham padaku, kau akan membantuku menjelaskan, kan?” Jika tidak memastikan ini sekarang, mungkin setiap malam berikutnya ia akan mengalami insomnia.
“Ya.”
“Janjimu harus ditepati... Kebahagiaanku ada di tanganmu!” kata Ji Sixi dengan sungguh-sungguh.
“Ya.” Shen Xiaoran kembali hanya menjawab satu kata itu.
Ji Sixi khawatir Shen Xiaoran tidak menganggap serius, lalu menjerit ke mikrofon.
Kali ini Shen Xiaoran langsung tersadar, mengumpat kesal, “Sialan!”
Setelah memastikan Shen Xiaoran sudah benar-benar sadar, Ji Sixi mengulang pertanyaannya dengan hati-hati, “Nanti jika Lu Jingzhi salah paham padaku, kau akan membantuku menjelaskan, kan?”
“Nona Ji, bukankah tadi aku sudah menjawabmu?” Shen Xiaoran mengatupkan gigi.
“Ada.”
“Lalu kenapa kau menjerit?”
“Aku hanya khawatir kau sekadar membalas dengan bingung!”
“Sialan! Jika kau ada di hadapanku sekarang, pasti kucekik sampai mati!”
Ji Sixi terkekeh manis, “Maaf ya mengganggu istirahatmu. Tolong sampaikan permintaan maafku pada pendampingmu... Terima kasih atas kebaikan Direktur Shen. Aku tahu Tuan Shen adalah orang bijak sejati yang takkan ingkar janji di masa depan.”
Shen Xiaoran langsung memutuskan panggilan.
Saat melepas ponsel dari telinga, Ji Sixi tak kuasa menahan tawa.
……
Ketinggalan pekerjaan sehari kemarin, esoknya di perusahaan Ji Sixi berputar bagai gasing sepanjang hari. Menjelang pulang, sekretaris Tan Yan tiba-tiba menyuruhnya menghentikan pekerjaan dan menghadap ke kantor direktur utama.
Perintah direktur tak bisa dibantah. Dengan berat hati Ji Sixi meninggalkan berkas-berkasnya.
Tan Yan sudah duduk menunggu di sofa. Bayangan punggungnya sangat mirip Lu Jingzhi, tapi aura keduanya berbeda 180 derajat.
Tan Yan selalu memancarkan kedinginan yang menjaga jarak ribuan li, membuat orang sadar betapa sulitnya berurusan dengannya. Sedangkan Lu Jingzhi memancarkan kesombongan angkuh yang membuat semua orang tahu tak pantas melawannya.
“Jadi, sekarang meski Tan Yan dan Lu Jingzhi berdiri bersama, bahkan hanya melihat bayangan mereka, dia bisa mudah mengenali.”
Dia menghadap Tan Yan, sopan berkata, “Direktur Tan.” Tan Yan mengenakan setelan jas abu-abu baja yang menampilkan ketenangan, menyandarkan tubuh di sofa, tatapan datar mengarah ke Ji Sixi. “Sampai sekarang aku baru tahu kamu dan kakakku berpisah karena kau beralih hati mencintai Chi Zhishen.”
