"Sudah tidak ada waktu lagi... Jika kau tidak segera pergi, kau akan mati di sini!" pinta Ji Sixi hampir putus asa.
"Oh, kalau begitu aku justru ingin lihat cara apa yang akan digunakan Chi Zhishen?" Lu Jingzhi terlihat penasaran, sama sekali mengabaikan ucapan Ji Sixi.
“Bukan Chi Zhishen……” Ji Sixi menggelengkan kepala lemas。“Benar Yang Sheng……”
“Cukup!” Lu Jingzhi langsung murka, menyipitkan mata yang muram bagai garis lurus, menatap dalam-dalam Ji Sixi。“Kau ditipu Chi Zhishen tapi masih tak sadar, benar-benar bodoh!”
“Aku……”
Pada ketukan ini Ji Sixi ingin memberitahu Lu Jingzhi bahwa yang dicintainya adalah dia, sayang, semuanya sudah terlambat……
Karena Yang Sheng telah muncul dalam pandangan mereka, dan di belakang Yang Sheng, berjejer bodyguard bersenjata AK.
Wajah Ji Sixi langsung pucat pasi.
Melihat reaksi Ji Sixi, barulah Lu Jingzhi menoleh, jelas tak menyangka benar-benar melihat Yang Sheng. Tatapan Lu Jingzhi terhenti sejenak, lalu bola mata gelapnya menjadi dingin bagai es.
Ji Sixi tahu semuanya sudah terlambat, karena saat ini bahkan kepala Shan Yan pun sudah ditodong AK oleh orang-orang Yang Sheng, jelas, Yang Sheng sudah mengendalikan segalanya.
Yang Sheng di depan mata ini bukan lagi Chen Yang Sheng yang familiar bagi Ji Sixi……
Ia tak lagi berkacamata, menghilangkan aura sastra sebelumnya, dari ujung kepala hingga kaki berpakaian hitam, bahkan kemeja di balik jas hitamnya pun berwarna hitam. Rambutnya tegak tajam, memancarkan aura penguasa yang angkuh.
Sedangkan wajahnya yang sebelumnya terbalut perban, kini tanpa bekas luka sedikit pun. Ini semakin membuktikan, tak diragukan lagi ia adalah iblis.
“Katanya orang yang sedang jatuh cinta itu bodoh. Kukira Pak Lu istimewa, tapi rupanya kau juga bisa kehilangan rasionalitas karena urusan perasaan.” Yang Sheng membuka suara, bahkan suaranya terdengar berbeda dari dulu—lebih tenang dan dingin.
Lu Jingzhi mengernyitkan alis, berkata dengan dingin, “Dengan kemampuanmu?”
Yang Sheng tersenyum tipis, lalu dengan santai memasukkan kedua tangannya ke saku celana. Baru kemudian ia melirik Lu Jingzhi dengan sikap acuh, “Ya, dengan kemampuanku.”
Bibir tipis Lu Jingzhi terkunci rapat membentuk garis lurus yang tegang.
Saat itu, Xiao K mengarahkan senjatanya ke Yang Sheng. “Tak kusangka kau benar-benar mengkhianati Pak Lu... Jika kau berani menyakiti Pak Lu, kepalamu akan kuremukkan sekarang juga!”
Kembali Yang Sheng tertawa santai, seolah sama sekali tak menghiraukan ancaman Xiao K. Ia tetap menatap Lu Jingzhi. “Menurutmu, mana yang lebih cepat: tangan bawahanku yang mengarah ke wajah manis putrimu yang tertidur lelap, atau tangan Xiao K yang mengarah ke kepalaku?”
Mata gelap Lu Jingzhi terperangkap dalam kesuraman yang pekat.
Ternyata salah satu bodyguard Lu Jingzhi sedang menggendong Lu Yixin yang tertidur pulas. Namun kini sang bodyguard dan Lu Yixin sudah dikepung oleh orang-orang Yang Sheng dengan senjata terarah.
Melihat situasi ini, tangan Xiao K yang menggenggam senjata masih terlihat ragu.
Yang Sheng berkata sambil tersenyum, “Bagaimana kalau kita bertaruh siapa yang lebih cepat? Lagipula, kemampuan menembak Xiao K memang patut diacungi jempol. Mungkin tembakannya lebih cepat dari bawahanku, sehingga kau bisa menyelamatkan diri dan putrimu.”
Mendengar ini, Ji Sixi menggelengkan kepala keras-keras, “Jangan——”
Nyawa bagaimana bisa dipertaruhkan?
Jika menembak, bahkan jika Yang Sheng terkena, nyawa Yi Xin mungkin juga hilang...
Lu Jingzhi tentu paham logika ini, ia melambaikan tangan, memberi isyarat pada Xiao K untuk menurunkan senjata.
Dengan berat hati, Xiao K terpaksa menuruti perintah dan perlahan meletakkan senjatanya.
Yang Sheng tiba-tiba menepuk tangan, nada suaranya penuh kekaguman, "Cinta ayah memang agung!!!"
Memaksa Xiao K menurunkan senjata berarti Lu Jingzhi kehilangan chip transaksi untuk berhadapan dengan Yang Sheng. Hasilnya mungkin ketiga anggota keluarga tak bisa meninggalkan bandara. Ji Sixi berjalan mondar-mandir mendekati Yang Sheng, berkata tegas: "Klan Shan dan Su Mo tak terkait dengan seluruh kejadian, lepaskan mereka."
Menghadapi Ji Sixi, Yang Sheng menunjukkan kelembutan tak biasa. "Ayah angkatku memanggilku YANG, kau juga bisa memanggilku... Mengenai permintaanmu untuk melepas Su Mo dan Shan Yan, maaf - mereka sudah tahu identitasku. Tak mungkin kubiarkan mereka hidup."
"Su Mo, tak perlu memohon padanya. Jika aku dan Shan Yan harus mati di sini, inilah takdir kita." Su Mo bersuara dingin.
Shan Yan memeluk bahu Su Mo, berbisik menghibur: "Kau takkan mati. Kita semua akan selamat."
Mendengar ucapan Shan Yan, Yang Sheng yang bagai iblis melirik ke arahnya. "Tuan Shan pernah seimbang dengan Pak Lu, memang punya nyali luar biasa... Tapi kepercayaan diri yang berlebihan perlu disesuaikan dengan realitas. Terkadang keberuntungan tak berpihak."
Shan Yan mengabaikan kata-kata iblis itu, menekan Su Mo ke dalam pelukannya. "Jangan takut. Aku di sini."
"Ji Sixi saat ini sangat menyesal telah menyeret Su Mo dan Shan Yan ke dalam masalah ini, tapi keadaan sudah begini, percuma berbicara apapun. Dia tak lagi memohon pada Iblis, melainkan menoleh ke Lu Jingzhi di sampingnya, "Apapun yang terjadi, aku akan tetap di sisimu."
Lu Jingzhi memandang Ji Sixi dengan tatapan yang dalam, berkata, "Mundurlah ke belakangku."
"Ya?"
Ji Sixi seketika tak paham.
Lu Jingzhi segera melirik ke arah Xiao K.
Xiao K cepat-cepat menarik Ji Sixi ke area belakang Lu Jingzhi.
Barulah saat itu Ji Sixi menyadari Lu Jingzhi sedang melindunginya. Air matanya langsung menetes dari orbit mata. "Banyak sekali yang ingin kubicarakan, sayang waktu sudah habis... Hanya ingin kukatakan, jika kau celaka, aku takkan hidup sendiri, aku..."
Byur——
Dentuman senjata memutus ucapan Ji Sixi.
Rupanya Iblis memerintahkan peluru menembus tubuh Xiao K.
Xiao K langsung terjatuh bersimbah darah, genangan merah cepat melebar di lantai...
Ji Sixi menyaksikan pemandangan itu sambil menutup mulut gemetar, "Xiao K..."
Iblis bersuara dingin, "Lu Jingzhi, mau kau akhiri sendiri atau kuselesaikan? Jika kau pilih yang pertama, mungkin anak polosmu akan kubiarkan. Jika pilih kedua, anak itu akan kukirim menyusulmu."
"Chen Yangsheng!!" Ji Sixi menerobos tenggorokan keringnya dengan raungan parau.
“Iblis menatap Ji Sixi, sambil berkata,”Jangan salahkan aku kejam, ini memang prinsip pemenang adalah raja, pecundang adalah penjahat.”
Air mata Ji Sixi terus mengalir deras.
Meski Lu Jingzhi salah menyelidiki orang, tapi jika bukan karena permintaannya agar Dark Angel tak campur tangan, Iblis takkan punya kesempatan melawan Lu Jingzhi...
Walau ia menyelamatkan Zhishen, tapi telah menyeret banyak orang tak bersalah...
Ia berutang pada Lu Jingzhi, pada pasangan Shan Yan yang membantunya, dan terutama pada putri mereka yang masih polos...
Melihat air mata Ji Sixi, Iblis terdiam sejenak, lalu melambaikan tangan, akhirnya memerintahkan——
Detik berikutnya, Byur byur byur——
Dentuman senjata tajam bergema. Ji Sixi tak tahu apakah peluru menembus tubuhnya, tak tahu siapa yang roboh, karena pikirannya telah kosong...
Hingga suara khas Lu Jingzhi menusuk telinganya——
“Xi, jangan takut...” Barulah ia perlahan membuka mata.
