Bagaimana mungkin Lu Jingzhi menemukan posisinya sekarang? Tapi kakak pasti tidak mengucapkan ancaman kosong...
Apa yang terjadi?
“Kau dengar percakapanmu tadi dengan kakakmu, kau menyuruh Lu Jingzhi silakan serang, apakah ini karena jejak kita terbongkar?”
Ji Sixi membuka pintu kamar, memutuskan alur pikiran iblis saat ini.
“Kau baik-baik saja?” tanya iblis.
Ji Sixi tidak menjawab pertanyaan itu, berkata datar, “Tadi kau bilang di sini aman.”
Iblis menatap dalam-dalam bola mata merah Ji Sixi dengan hati tersayat, berucap penuh penyesalan, “Aku benar-benar mengira tempat ini aman, tapi aku meremehkan Lu Jingzhi... Kita harus pergi!”
Ji Sixi menghela napas getir, “Aku tak pernah menyangka akan mengembara ke ujung dunia suatu hari nanti!”
Iblis menenangkan, “Percayalah, aku akan menemukan tempat aman lagi untukmu, dan aku akan menepati janjiku untuk menyelamatkan orang tua dan keponakanmu.”
Ji Sixi perlahan menundukkan kepala. “Ayo kita pergi...”
“Baik.”
Karena tidak ada barang yang harus dirapikan, mereka langsung meninggalkan vila dengan mobil yang digunakan saat datang.
Tak lama kemudian, Ji Sixi yang duduk di kursi penumpang menyadari ada mobil yang terus mengikuti dari belakang. "Sepertinya orang-orang Lu Jingzhi tahu jejak kita," ujarnya ragu, "Bagaimana pun kita mencoba melepaskan diri, mereka selalu bisa cepat mengejar..."
Setan mengerutkan kening, tenggelam dalam perenungan. "Aku juga sedang bingung dengan hal ini... Sepertinya orang Lu memasang pelacak di tubuh kita, selalu mengetahui arah kita dengan jelas."
"Aku juga merasa begitu." Meski orang-orang Lu belum bisa menyusul, jika terus begini cepat atau lambat mereka akan tertangkap.
"Mungkinkah..." Tiba-tiba Setan melirik lengannya dengan curiga.
Ji Sixi memperhatikan gerak-geriknya. "Ada apa?" tanyanya penuh tanya.
"Xi, kamu bisa menyetir kan?" Setan malah balik bertanya.
Ji Sixi mengangguk. "Kau tidak bermaksud menyuruhku menyetir sekarang?"
Tanpa menjawab, Setan tiba-tiba menginjak rem hingga mobil berhenti mendadak.
"Ini..." Ji Sixi semakin bingung.
"Pindah ke kursi penumpang. Sekarang giliranmu menyetir." Setan langsung turun dari mobil.
Meski tak paham maksud Setan, melihat mobil belakang yang semakin mendekat, Ji Sixi buru-buru pindah ke kursi pengemudi.
Begitu Setan kembali masuk, Ji Sixi menginjak gas sekuat tenaga. Akhirnya jarak dengan mobil pengejar kembali melebar.
“Ini pertama kalinya Ji Sixi menyetir mobil secepat ini, hingga ia harus fokus menatap jalan di depan sambil menggenggam setir erat-erat.
Iblis menghiburnya, "Jangan khawatir, meski mereka mengejar, aku tak akan izinkan mereka melukaimu sedikit pun."
Ji Sixi menoleh memandang Iblis, baru menyadari Iblis telah mengeluarkan pisau belati dari suatu tempat. Saat ini ia sedang mensterilkan bilahnya dengan api korek, "Apa yang kau lakukan?"
Iblis menjawab, "Mengeluarkan pelacak dari tubuhku
"Apa?" Ji Sixi tak mengerti.
Iblis tak menjelaskan. Ia langsung menusukkan ujung tajam belati ke lengan dekat siku, lalu membuat sayatan.
"Kau gila?" Ji Sixi yang tak tega melihat gambar berdarah itu terkejut. Iblis seperti tak merasakan sakit, alisnya tak berkerut. Ia menggeser jaringan yang terbelah, lalu mengorek pelacak mini berbentuk tablet obat di dalamnya. Baru saat ini ia mengerang pendek, beruntung cepat mengeluarkan pelacak
itu...
"Ini pelacaknya?" Melihat ekspresi Iblis mulai cair, Ji Sixi menghela napas lega penasaran.
Iblis bersandar di sandaran kursi untuk istirahat, sambil menggunakan kemeja yang sudah dilepas untuk membalut lukanya. "Lu Jingzhi benar-benar waspada... Aku sudah mengerjakan banyak urusan untuknya selama bertahun-tahun, tapi dia masih tidak mempercayaiku. Ternyata dia menanamkan pelacak mini ini di lenganku!" gumam Iblis dengan suara dingin.
Ji Sixi berkata dengan datar, "Pantas saja anak buahnya bisa terus mengejar kita..."
Iblis membuka jendela mobil dan langsung melemparkan pelacak mini itu ke luar. Ji Sixi segera menginjak gas, dengan cepat menjauhkan mobil dari pandangan kendaraan di belakang.
Ketika anak buah Lu Jingzhi berhenti mengejar, Ji Sixi baru melambatkan kecepatan mobil sedikit. "Mereka gagal mengejar kita. Ini berarti Lu Jingzhi pasti akan menyuruh orang menunggu di rumahku seperti menunggu kelinci di bawah pohon... Jadi, apakah kau masih yakin ingin membantuku menyelamatkan orang tua dan keponakanku?"
Iblis menjawab tegas, "Aku takkan mengingkari janji yang sudah kuberikan padamu."
"Tapi aku takkan berterima kasih." Suara Ji Sixi tetap datar.
Tatapan dingin Iblis tertuju pada jalan di depan. "Aku tak perlu ucapan terima kasihmu."
Ji Sixi melirik pemandangan di luar jendela mobil, lalu mengalihkan topik. "Saat kau menelepon kakakmu, ada satu momen kau terlihat sangat terkejut. Kau juga menyebut beberapa orang... Aku ingin tahu, apakah kakakmu sudah memberitahumu alasan Lu Jingzhi melindunginya dengan begitu berhati-hati?"
Iblis diam membisu.
Ji Sixi tersenyum kecut. "Kenapa? Tidak bisa memberitahuku?"
"Barulah iblis membuka bibirnya dengan datar, 'Aku akan memberitahumu, tapi bukan sekarang... Tunggu sampai aku menyelamatkan orang tua dan keponakanmu dan menempatkan mereka, baru aku akan memberitahu semuanya.'"
Ji Sixi tak mau memaksakan, "Baik."
……
Vila Anjing.
Bersandar di sofa, Lu Jingzhi memandang anggur merah di tangannya, senyum tipis mengembang di bibirnya. "Memang asisten terbaikku, bisa menemukan pelacak secepat ini."
Xiao K menunduk, "Pak Lu, sekarang kita kehilangan jejak iblis dan Ny... iblis serta Nona Ji. Apakah kita tetap melanjutkan pencarian?"
Sebenarnya Xiao K bersyukur. Ia lega iblis berhasil membawa Ji Sixi pergi, karena hatinya tak tega menghadapi nyonya rumah yang selalu dihormatinya.
Lu Jingzhi mengangkat tangan. "Tak perlu. Mencari mereka tanpa tujuan jelas hanya buang waktu. Lebih baik kerahkan lebih banyak orang untuk mengawasi Pasangan Ji."
"Siap." Xiao K paham ini strategi menunggu kelinci di bawah pohon. Dalam hati ia berdoa Ji Sixi jangan kembali.
"Segera lakukan!" Usai berkata, Lu Jingzhi meneguk anggurnya.
Xiao K segera mundur pergi.
Situ Jing tiba-tiba mendekat, wajahnya pucat. "Menurut pengetahuanku tentang Yong, dia pasti akan membantu Ji Sixi menyelamatkan Pasangan Ji. Jadi..."
Lu Jingzhi mengangkat mata hitam yang muram, memandang Situ Jing dengan dingin. "Aku sudah berjanji tak akan melukai adikmu, tapi jika dia keras kepala ingin melawanku demi Ji Sixi, meski aku ingin membebaskannya, Dark Angel pun tak akan melepaskannya."
Situ Jing berkata pasrah, "Sudah kujelaskan statusmu padanya, tapi dia sama sekali tak mau mendengarkan... Aku khawatir jika terus begini, dia benar-benar mungkin melawan semua orang kita demi Ji Sixi." "Kalau begitu kau harus terus membujuknya, lagipula dia masih punya kesempatan pergi sekarang. Tapi jika dia muncul dan membocorkan jejaknya, aku harus menangkapnya untuk memuaskan Dark Angel!" jawab Lu Jingzhi dengan datar.
