Bab 1254 Keinginan Masa Lalu Telah Tak Mungkin Terwujud

　　　　“Menurut Xinyue memang begitu...” jawab Ibu Ji. 　　　　Ji Sixi dengan berat hati menutup matanya. 　　　　Melihat ini, Ibu Ji berkata penuh penyesalan, “Maaf, Sixi... Alasan ayahmu dan aku tak pernah memberitahumu asal-usulmu selama ini, hanya karena tak ingin kau tahu ayah kandungmu adalah orang seperti itu...” 　　　　Setelah waktu yang cukup lama, Ji Sixi baru membuka matanya dan menatap sang ibu. "Ibu, aku bertanya pada Ibu dan Ayah semua ini bukan karena aku menyalahkan kalian yang tak pernah memberitahukan asal-usulku, melainkan..." 　　　　""Lalu apa?"" Ibu Ji bertanya penuh perhatian. ""Melainkan..."" Ji Sixi terhenti sejenak, lalu melanjutkan, ""Ayah kandungku Qin Housheng telah menjerumuskan keluarga Lu Jingzhi... Jadi, sejak awal Lu Jingzhi bersamaku, tak ada cinta darinya. Ia hanya memanfaatkanku... Sekarang alasan aku dikejar juga karena langkah demi langkah 　　　　jebakannya."" 　　　　""Apa?"" Ibu Ji terkejut. ""Kau bilang Qin Housheng menghancurkan keluarga Lu Jingzhi?"" 　　　　Ayah Ji juga membeku, ""Mengapa Qin Housheng menyakiti keluarga Lu? Sebenarnya siapa keluarga Lu itu?"" Ji Sixi menarik napas dalam, menjawab, ""Keluarga Lu dulu mengabdi pada organisasi Setan. Posisi Ayah Lu di organisasi itu setara dengan penasihat militer, sangat dihargai oleh pemimpin organisasi saat itu. Kedua keluarga bahkan berjanji akan menjadi besan, sementara Qin Housheng yang selalu mengabdi pada keluarga Lu adalah asisten paling andal Ayah Lu 　　　　...Tak disangka, tiba-tiba suatu hari Qin Housheng mengkhianati Ayah Lu, bergabung dengan organisasi Setan, akhirnya menyebabkan keluarga Lu hampir dimusnahkan, dan menghancurkan seluruh organisasi Setan."" 　　　　Mendengar fakta mengejutkan ini, Ibu Ji gemetar menutupi mulutnya. ""Qin Housheng ternyata begitu kejam?"" 　　　　“Ayah Ji mengerutkan alis, sambil berkata, ‘Segala hal pasti ada penyebabnya... Qin Housheng selalu loyal mengabdi pada organisasi Setan. Tiba-tiba suatu hari berkhianat pada Ayah Lu dan organisasi, pastilah ada alasan di balik ini.’” 　　　　“Memang begitu... Hanya dulu Xi pernah bilang padaku, Lu Jingzhi hanya punya satu keluarga di dunia ini - adiknya Yan Yan. Artinya, Qin Housheng telah menjerumuskan orang tua Lu sampai mati...” Ibu Ji memandang Ji Sixi, suaranya semakin lirih. 　　　　Ayah Ji dengan tegas berkata, “Sepertinya inilah alasan Lu Jingzhi menjebakmu!” 　　　　Ji Sixi tidak bicara. Ibu Ji tak tahan murka, “Lu Jingzhi ini gila kah? Meski Qin Housheng membunuh orang tuanya, apa hubungannya denganmu anak kecil? Apakah dia masih mau kau lunasi kesalahan ayahmu? Lagipula pasti ada sebabnya, Qin Housheng berkhianat pada keluarga Lu pastilah karena keluarga Lu juga pernah—” 　　　　“Berbuat tidak adil padanya. Kalau tidak, mengapa dia melakukan ini?” 　　　　Ayah Ji menjawab istri, “Sebagian orang memang tak bisa memahami, selalu merasa utang orang tua bisa ditagih pada anak...” 　　　　“Dulu kupikir dia jenius tak tertandingi, sekarang ternyata tolol luar biasa!” Amarah Ibu Ji semakin memuncak. 　　　　“Sudahlah.” Mempertimbangkan emosi Ji Sixi, Ayah Ji menghentikan Mama Ji yang sedang meluapkan emosi. Mama Ji akhirnya tidak melanjutkan ucapannya,, menahan amarah yang bertumpuk di dada, menghibur Ji Sixi dengan penuh kasih, "Kalau ia sudah sekeras itu tak bisa move on, percuma kau terus memikirkannya... Kalau iblis sudah menyiapkan tempat tinggal baru dimana tak ada yang mengenali kita, mari kita kesana, mulai saat ini— 　　　　—selamanya tak akan ada hubungan sedikitpun dengan Lu Jingzhi itu!" 　　　　Ji Sixi akhirnya bersuara, dengan suara parau, "Mama, ia menganggapku sebagai anak musuhnya, menipuku, menjebakku... itu bisa kupahami. Yang tak kumengerti... kalau memang tak pernah mencintaiku, kenapa ia mengadakan pernikahan? Kenapa memperlakukanku dengan begitu tulus?" 　　　　"Anakku bodoh, kalau aktingnya tidak meyakinkan, mana mungkin bisa menipumu?" Mama Ji berkata. 　　　　"Tapi tak perlu sampai sedetail itu... Ia tahu aku peduli padanya, bahkan jika sikapnya dingin terus, aku takkan meninggalkannya..." gumam Ji Sixi pelan. 　　　　"Mamamu benar, ia hanya berakting. Kau tak melihat celah karena alam bawah sadarmu ingin percaya ia mencintaimu..." Ayah Ji memberikan penjelasan. 　　　　"Benarkah begitu?" Ji Sixi masih tenggelam dalam kepedihan. 　　　　"Apa ada penjelasan lain?" Ayah Ji membalas bertanya. "Kalau ia benar mencintaimu, mungkinkah ia sekejam ini padamu saat ini?" 　　　　“Ya…” Ibu Ji menghela napas, “Dia telah menjerumuskanmu hingga anggota Malaikat Kegelapan sekarang mengejarmu, intinya ingin menghabisi nyawamu…” 　　　　“Terhadap orang seperti ini, jangan terus-menerus merindukannya… Lupakan dia, mari kita sekeluarga pindah ke tempat baru untuk tinggal.” Ayah Ji bersuara berat. 　　　　Ji Sixi menyandarkan tubuhnya di kursi kerja, tatapannya menoleh ke jendela mobil. 　　　　Di luar kebetulan melintasi danau buatan, membuat Ji Sixi teringat akan vila Lu Jingzhi di New York. 　　　　Saat paling indah di sana adalah musim dingin, tapi sebenarnya di musim panas pun tak kalah menakjubkan… 　　　　Karena tak jauh dari vila terdapat sebuah danau, tepatnya lokasi terakhir Su Mo memotret saat itu… 　　　　Saat musim panas, angin sepoi-sepoi menyapu permukaan air, menggulung gelombang hijau berlapis-lapis. Air danau biru kehijauan bagai cermin, memantulkan seluruh langit biru dan awan putih, seolah dunia terasa begitu nyaman dan harmonis. 　　　　Tapi sebenarnya dia belum pernah menyaksikan pemandangan ini, karena satu-satunya kali mengikuti Lu Jingzhi ke New York juga di musim dingin. Gambar indah ini diceritakan oleh kepala rumah tangga padanya… 　　　　Sebelumnya dia pernah bersiap ke New York bersama Lu Jingzhi, tepat ingin memanfaatkan musim panas ini untuk melihat danau-danau kecil yang biru bagai kaca… 　　　　Tapi waktu itu gagal berangkat. Dia masih berpikir, toh dia dan Lu Jingzhi punya banyak waktu untuk tinggal di New York nanti, bahkan dalam hati berencana liburan di New York dari musim panas hingga musim dingin tahun depan… 　　　　Tak disangka, kini ini telah menjadi keinginan yang mustahil terwujud… 　　　　Yang tak terduga, dia dan Lu Jingzhi dalam semalam berubah dari suami-istri menjadi musuh…… 　　　　Semua kebahagiaan yang pernah dia dapatkan selama ini, rupanya hanyalah ilusi yang diciptakannya untuknya…… 　　　　Hatinya tak pernah terasa hampa seperti ini, seolah tulang rusuk di dadanya tiba-tiba dicabut paksa…… 　　　　Rasa sakitnya membuatnya ingin menutup mata dan tak pernah bangun lagi…… 　　　　…… 　　　　Di bawah langit cerah berangin sepoi-sepoi, Lu Jingzhi membawa Situ Jing ke lapangan golf terbesar di Berlin ini. 　　　　Situ Jing mengamati Lu Jingzhi bermain golf dari samping, matanya menunjukkan kekaguman layak gadis remaja. 　　　　Teknik golf Lu Jingzhi memang luar biasa, berkali-kali berhasil masuk lubang dalam sekali pukulan, persis seperti gaya kepemimpinannya yang tegas dan cekatan. 　　　　Tiba-tiba, Xiao K mendekat dengan wajah seperti ingin melapor sesuatu pada Lu Jingzhi. 　　　　Situ Jing bertanya, "Ada apa?" 　　　　Xiao K menjawab, "Manajer Shen datang!" 　　　　"Manajer Shen?" Situ Jing menoleh ke area istirahat klien di kejauhan, dan benar melihat Shen Xiaoran. Dengan ragu dia bertanya, "Apa urusan Shen Xiaoran ke sini?" 　　　　Situ Jing memang belum pernah bertemu Shen Xiaoran, namun tahu persis persahabatannya dengan Lu Jingzhi. Saat merencanakan serangan terhadap Lu Jingzhi dulu, dia juga pernah menyelidiki Shen Xiaoran dan tahu pria ini tak bisa diremehkan. "Hamba tidak tahu. Shen Xiaoran hanya bilang ingin berbincang empat mata dengan Pak Lu," kata Xiao K.