Ia berpikir inilah kehendak langit yang misterius.
Iblis memintanya membawa surat bukti yang bisa dikenali Lu Jingzhi. Seketika ia teringat cincin berlian merah muda yang diberikan Lu Jingzhi beberapa hari lalu.
Tak ada cincin nikah. Cincin itu sudah dilepasnya di hari pernikahan. Saat itu, setelah tahu Lu Jingzhi adalah pembunuh kakaknya, langsung ia buang usai resepsi...
Jadi ketika Lu Jingzhi kemudian memberinya cincin merah muda ini, ia sangat bahagia dan menghargainya layaknya cincin nikah.
Tapi kini baru sadar: yang bukan miliknya, takkan pernah menjadi haknya...
Cincin nikah tak sempat dikenalnya lama, cincin ini pun sama.
Seolah menandakan, sejak awal dirinya bukan orang yang ditakdirkan dalam hidup Lu Jingzhi.
“Xi.”
Teriakan Ibu Ji menyadarkan Ji Sixi yang sedang duduk termenung di padang rumput depan rumah.
Ji Sixi menoleh. Di tangan sang ibu tergenggam foto. “Mama membawakan foto untuk ditunjukkan padaku?”
Ibu Ji mendekati Ji Sixi dan duduk di sebelahnya, menyerahkan foto ke tangan gadis itu. "Lihat, ini ibumu yang sebenarnya, adikku Xinyue."
Mendengar penyebutan ibu kandung, tatapan Ji Sixi terhenti sejenak, baru kemudian menerima foto tersebut.
Ia mengamati dengan cermat wajah gadis muda cantik dalam foto, baru menyadari wajah itu hampir mirip dengannya seperti tiruan sempurna.
Pantas saja wajahnya mirip dengan ibu angkatnya, rupanya dia sangat mirip dengan ibu kandungnya sendiri...
"Cantik, kan?" Mata Ibu Ji memancarkan sedikit kesombongan.
Ji Sixi berbisik, "Aku mirip sekali dengannya."
Ibu Ji mengangguk, "Kau hampir persis seperti ibumu diusia segini... Dulu di masa muda, ibumu punya banyak pelamar, tapi malah memilih Qin Housheng." Suaranya terdengar merintih.
"Apa... bagaimana rupa ayahku?" Entah mengapa, meski tahu Qin Housheng bukan orang baik, ia tetap ingin tahu wajah sang ayah. "Sesungguhnya, Qin Housheng... pria yang sangat tampan. Penampilannya sangat cocok dengan ibumu, aura-nya juga baik. Dia berstrategi kejam, tenang, dan bijaksana. Saat itu aku harus mengakui kehebatannya... Tapi siapa sangka dia ternyata anggota organisasi bawah tanah,
yang kemudian menyebabkan Xinyue mati tanpa alasan jelas..." Ibu Ji sekali lagi tak tahan menghela napas.
Ji Sixi mengalihkan pandangan dari foto, menoleh ke ibu yang telah membesarkannya. "Apakah Qin Housheng tidak pernah menyebutkan pada kalian bagaimana ibu meninggal?"
Ibu Ji melaporkan sejujurnya, "Saat ia mengantarmu ke sini, kami menginterogasinya, tapi ia tetap tutup mulut. Hanya bilang dia gagal melindungi Xinyue."
"Kalau begitu..." Ji Sixi terhenti sejenak sebelum bertanya, "Menurut Ibu, apakah dia mencintai ibu kandungku?"
"Ini..." Ibu Ji berpura-pura merenung sejenak, lalu berkata, "Meski aku sangat membenci orang ini, harus kukakui dia menyayangi Xinyue... Meski kemudian mereka sering bertengkar, setiap kali Qin Housheng mencarimu, aku bisa melihat dia sangat peduli padamu."
"Kupikir pengkhianatan Qin Housheng pasti terkait kematian ibu. Jika tidak, mengapa seseorang yang selalu loyal pada organisasi Setan tiba-tiba berkhianat dan bergabung dengan Dark Angel?" Ji Sixi terjebak dalam perenungan.
"Mendengar penjelasanmu, memang ada kemungkinan seperti itu... Jika keluarga Lu yang menjerumuskan Xinyue sampai mati, maka pengkhianatan mendadak Qin Housheng adalah untuk membalaskan dendamnya." Ibu Ji juga berani berspekulasi.
"Benar..." jawab Ji Sixi penuh arti.
Melihat ekspresinya, Ibu Ji bertanya, "Apa yang sedang kau pikirkan?"
"Tidak..." Ji Sixi tidak menjelaskan.
Namun Ibu Ji menatapnya dalam-dalam, berspekulasi, "Pasti kau sedang berpikir... apakah Lu Jingzhi mengetahui fakta ini?"
Ji Sixi menggelengkan kepala, berkata dengan datar, "Ibu terlalu banyak berpikir. Ibu kira aku masih menyimpan harapan untuknya?"
Ibu Ji berkata dengan khawatir, "Mama hanya khawatir kau bandel..." Ji Sixi tersenyum tipis, meski senyumnya terasa pahit, cahaya di matanya tetap kokoh, menahan tatapan sang ibu. "Ma, meski dugaan kita benar adanya, aku tak akan menemui Lu Jingzhi untuk penjelasan jelas demi memohon agar ia bisa melupakan kebencian seumur hidup yang lalu... Sebab,
bahkan jika kujelaskan padanya, bahkan jika ia melupakan kebencian generasi sebelumnya, ia takkan mencintaiku."
Ibu Ji diam, menyimak dengan serius. Di hadapan sang ibu, Ji Sixi tak menyembunyikan isi hatinya, melanjutkan, "Aku dan dia berinteraksi sekitar tiga tahun. Jika ia bisa jatuh cinta, pasti sudah lama terjadi. Jadi tak perlu lagi berharap... Atau bisa kukatakan, aku sangat paham ia tak mencintaiku,
sehingga aku takkan lagi berharap padanya. Seandainya ada secuil tempat bagiku di relung hatinya, tak mungkin ia merancang skenario keji untuk nyawaku tanpa sedikit pun belas kasih..."
"Ah..." Ibu Ji menghela napas pasrah. "Mama lega kau bisa berpikir begitu... Kau tak tahu seberapa khawatirnya Mama akan kebandelanmu." Ji Sixi menggelengkan kepala, memandang ibunda dengan lembut, "Ma, aku takkan hancur untuk pria tak mencintaiku. Aku bukan tipe seperti itu... Memang, sekarang sakit hati,
“Individu ini sejak saat itu tak akan lagi eksis di duniaku, aku tak akan lagi mencintainya. Satu-satunya permohonanku hanyalah agar ia bisa melihat Yi Xin sebagai buah hatinya sendiri dan terus menyayangi Yi Xin.” Ibu Ji tersayat hati melihat ketegaran Ji Sixi, perlahan menepuk punggungnya. “Tak perlu kau repotkan lagi. Seperti katamu, Yi Xin juga darah dagingnya. Macan buas pun tak memakan anaknya, yakinlah ia akan merawat Yi Xin dengan baik. Lagipula, sehari-hari ia terlihat sangat menyayangi Yi Xin... Hanya saja, nanti jika...”
“Jika ia ingin bersama Situ Jing, wanita ini belum tentu akan menyayangi Yi Xin!” Mengingat perkataan Shen Xiaoran sebelumnya bahwa Lu Jingzhi akan menikahi Situ Jing, senyum getir menghias bibir Ji Sixi. “Tak kusangka, kami akan bercerai dua kali. Yang lebih konyol... Kali ini ia bahkan sudah menyiapkan perjanjian perceraian, sementara aku masih tenggelam dalam ilusi kebahagiaan semu, mengira bisa beruban bersamanya selamanya.”
。”
“Sudah, sudah...” Mata Ibu Ji berkaca-kaca, memandangi putrinya penuh kasihan. “Lupakan ia... Waktu adalah obat terbaik untuk menyembuhkan luka, kau pasti akan pulih...”
Kabut air tipis membayangi mata Ji Sixi, namun ekspresi wajahnya tetap tenang. Ia menyandarkan kepala di bahu sang ibu, menatap langit biru safir di hari ini. “Bu, dunia ini begitu luas. Aku yakin pasti akan bertemu seseorang yang benar-benar mencintaiku...”
“Tentu saja, putri kesayanganku pasti akan menemukannya...” Ibu Ji menghibur dengan lembut.
Ji Sixi yang mengalami insomnia selama beberapa hari berturut-turut ini perlahan kelelahan, menutup matanya.
……
Grup LJ.
Di kantor direktur utama, Lu Jingzhi dengan tangan di saku celana, tegak berdiri di depan jendela kaca, seolah tenggelam dalam renungannya sendiri.
Xiao K yang masuk dari luar, melihat Lu Jingzhi sedang merenung, tak berani mengganggu, diam-diam berdiri di samping.
Lu Jingzhi sebenarnya sudah menyadari kehadiran Xiao K. Ia tersentak, bertanya, "Sudah dikonfirmasi?" Xiao K baru mendekat, menunduk hormat, melapor dengan tegas, "Sudah dipastikan... Pesawat yang jatuh itu adalah pesawat pribadi iblis. Pasangan Ji, anak, dan Ji Sixi sudah meninggal dalam kecelakaan. Jenazah telah dikirim ke kamar mayat setempat... Hamba telah mencocokkan DNA dan golongan darah keempat orang ini, semuanya sesuai. Dan..."
