Ji Sixi tersenyum tipis. “Sekarang memang serba komputerisasi, tapi tetap tak bisa menandingi otak manusia... Makanya aku masih terbiasa mendesain langsung dengan pena di papan gambar, bukan pakai stylus atau mouse di komputer.”
“Dasar keras kepala...” Ibu Ji bergumam.
Ji Sixi tidak melanjutkan percakapan. Ia mengikuti Luna masuk ke dalam apartemen berlantai satu ini.
Kembali ke kamar, membentangkan papan gambar, Ji Sixi mulai berkonsentrasi pada desain yang belum tuntas di studio. Tiba-tiba, ponselnya berdering.
Sepanjang tahun ini, selain orang tua dan asisten, hanya Setan yang meneleponnya...
Dengan sigap, Ji Sixi menjepit ponsel di antara telinga dan bahu. Tangannya tetap sibuk membuat sketsa sambil menerima panggilan.
“Zoye, aku sudah di pesawat.” Suara Setan di ujung lain terdengar penuh kelembutan.
“Ya, besok aku akan izin cuti.” Jawaban Ji Sixi terdengar setengah hati karena fokusnya masih pada desain.
Setan langsung menangkap gelagatnya. “Masih sibuk mendesain sampai sekarang?”
“Iya, tinggal sedikit lagi...” sahut Ji Sixi.
Iblis langsung terdiam.
Ji Sixi baru tersadar setelah beberapa detik, buru-buru meletakkan pensil di tangannya, memegang ponsel dengan baik, lalu berkata serius, "Aku sudah janji sama klien mau kirim desain malam ini, jadi pulang buat menyelesaikan sedikit desain ini. Benar-benar bukan lembur di studio..."
Mendengar ini, Iblis baru melunak, "Patuh... Aku tidak mau kau kelelahan karena kerja. Aku akan tersayat hati."
Senyuman tipis merekah di wajah Ji Sixi. "Sudahlah, aku benar-benar nurut kata-katamu. Kalau tidak percaya, bisa kuminta Ayah Ibu datang dengarkan telepon, buktikan kalau sekarang aku di rumah..."
"Tidak perlu. Aku percaya." Iblis memandanginya penuh kelembutan.
Ji Sixi menyandarkan badan di tepi jendela, memandang senja di luar yang hanya menyisakan cahaya sore, berucap haru, "Sejak sebulan ini cuaca Selandia Baru terus buruk. Sudah lama aku tidak melihat senja secantik ini..."
"Benarkah?"
"Ya. Kau tidak lihat, langit sekarang benar-benar indah. Indah seperti lukisan."
"Oh, kurasa senja di Danau Yojana pasti lebih mempesona."
Ji Sixi terkejut, langsung mengepal ponselnya, "Aku tidak salah dengar? Kau mau mengajakku ke Danau Yojana?"
Iblis terkecil tipis, "Kenapa, tidak percaya?"
Ji Sixi bergumam, "Bukan tidak percaya. Tapi Danau Yojana kan jauh. Kau ada waktu temani aku?"
"Dua minggu cukup?" balas Iblis.
Ji Sixi menutup mulutnya dengan tangan, baru bisa bicara setelah lama, "Ini katamu ya! Aku mau main di sana selama dua minggu!"
"Baik." Iblis menjawab penuh kasihan.
Ji Sixi menunjukkan kepuasan pada wajahnya.
……
Keesokan harinya pagi, Ji Sixi pergi ke studio, bersiap memberikan penjelasan pada asisten mengenai urusan, dan sore harinya berencana mengajukan cuti. Namun, saat baru saja memberitahu asisten tentang rencana cuti lebih dari setengah bulan, sang asisten langsung berkata, "Zoye, aku baru saja menerima pesanan besar. Kalau kamu cuti sekarang, pesanan ini mungkin harus aku batalkan karena setelah cutimu selesai, waktu pengerjaan desain untuk klien kuartal baru ini mungkin sudah terlambat
!"
Teringat kemunculan Shen Xiaoran kemarin, Ji Sixi bertanya, "Apakah kliennya dari Amerika Serikat?"
Asisten mengangguk, "Ya... Direktur Utama merek mewah NK Amerika Shen Xiaoran yang menghubungi aku langsung. Dia berharap kamu bisa merancang pakaian merek untuk kuartal berikutnya. Uang muka sudah masuk ke rekening studio, jumlahnya lima kali lipat dari biasa..."
Ji Sixi mendengarkan tanpa perubahan ekspresi, berkata datar, "Kembalikan uang mukanya, bilang saja aku tidak punya waktu!"
Asisten melototkan matanya, tak percaya, "Zoye, pesanan ini bukan seperti perusahaan kecil biasa! Ini perusahaan NK... Kalau kita terima, setahun ini tidak perlu kerja pesanan lain!"
"Ya, kembalikan." Jawab Ji Sixi tetap tenang.
Asisten menjulurkan lidah, melirik sinis, "Zoye, tidak bisakah cutimu ditunda sedikit?"
Ji Sixi yang sedang menyusun desain akhirnya mengangkat pandangan, menyapu sang asisten dengan tatapan dingin. "Tidak."
Asisten mencibir, "Uang sebanyak ini... Aku tidak percaya kamu mau mengembalikannya... Urusan apa yang membuatmu harus cuti sekarang?"
“Jangan ribut, cepat kerjakan urusan yang sudah kuperintahkan!” Ji Sixi berkata.
Asisten baru menunduk kesal, bergumam, "Baiklah... Kurasa kau pasti mau menemani pacarmu, jadi lebih mementingkan cinta daripada persahabatan... Pesanan besar ini kau tolak, membuatku kehilangan kesempatan dapat untung besar."
Ji Sixi tersenyum, tak menjawab. Asisten kembali membuat wajah jelek ke arahnya. "Menyebalkan... Kuharap dalam perjalanan mesra dengan pacarmu kali ini terjadi sesuatu yang tak terduga, biar kalian bisa cepat menikah dan tidak selalu berpisah sebentar lalu bertemu seperti pengantin baru, sehingga semua pekerjaan kau lempar ke aku..."
"Sekaligus menolak pesanan sebesar ini..."
Ji Sixi melotot kesal, "Cerewet! Cepat pergi!"
Barulah asisten itu mundur.
Ji Sixi tak bisa menahan tawa, melanjutkan menyusun desainnya. Dia berencana membawa beberapa desain selama perjalanan, siapa tahu bisa mengembangkan ide lebih baik dari desain yang sudah ada.
Tiba-tiba terdengar suara langkah kaki.
Ji Sixi tahu itu bukan asistennya, karena asisten selalu pakai sepatu hak tinggi yang bunyinya deng-deng-deng...
Dia mengangkat kepala. Benar, yang datang adalah Shen Xiaoran.
Ji Sixi tak menyangka Shen Xiaoran masih belum pergi. Rupanya semalam dia menginap di kota kecil ini. Ini cukup mengejutkan, mengingat orang kaya seperti Shen Xiaoran biasanya tak betah menginap di hotel kecil.
“Maaf, sebenarnya aku bisa membantumu merancang desain, tapi ada urusan dadakan, jadi sudah kuperintahkan asistenku untuk mengembalikan uang muka yang sudah dibayarkan padamu.”
“Aku dengar... Asistenmu bilang kau mau kencan dengan pacarmu selama dua minggu.” Shen Xiaoran berkata.
Ji Sixi mengerutkan alis dengan ketidaksenangan. “Kukira dengan tingkat memulihkan diri yang Manajer Shen miliki, takkan sampai menyadap percakapan orang.”
Shen Xiaoran menjawab datar, “Bukan sengaja menyadap, hanya kebetulan datang mencarimu dan tak sengaja mendengar percakapan kalian.”
Ji Sixi kembali menyusun desainnya. “Aku masih ada urusan, jadi tak bisa menerimamu lebih lama.”
Sorot mata tajam Shen Xiaoran menatapnya. “Pacarmu adalah... Iblis?”
Ji Sixi tak menjawab.
Shen Xiaoran mengangkat alis. “Mengiyakan secara implisit?”
Ji Sixi tetap diam.
Di balik sorotan mata Shen Xiaoran terlihat kekecewaan, jari-jarinya menggenggam erat. “Tak kusangka dalam setahun saja kau sudah saling mencintai dengan Setan... Jika ingatanku tak salah, dulu demi mencapai tujuan bahkan ia sempat mengancam ayahmu. Manusia seperti itu, kau masih mau terima?”
Ji Sixi akhirnya bersuara dengan nada datar, “Urusanku tak ada hubungannya denganmu.” Wajah Shen Xiaoran membeku. “Xi, apakah kau sudah berubah?”
