Karena hal-hal yang dilakukan Lu Jingzhi terhadap Ji Sixi, Shen Xiaoran dan Lu Jingzhi sudah lama tak berurusan.
Namun kali ini, saat menghadiri sebuah puncak bisnis di Jerman, Shen Xiaoran ternyata bertemu Lu Jingzhi.
Lu Jingzhi selalu tidak suka menghadiri acara seperti ini, kali ini ia malah hadir, hal ini membuat Shen Xiaoran sangat terkejut.
Awalnya Shen Xiaoran juga tidak berniat menyapa Lu Jingzhi, tapi karena ada sahabat bersama, ketiganya pun minum bersama-sama.
Kebetulan, sahabat bersama ini tiba-tiba menerima telepon, setelah meminta maaf kepada mereka, ia pergi ke samping untuk mengangkat telepon. Berdasarkan kesopanan, Lu Jingzhi dan Shen Xiaoran tidak pergi dan berbincang santai beberapa kalimat.
Tentu saja, yang pertama bersuara adalah Shen Xiaoran.
Lu Jingzhi ini selalu dingin, jika kau tidak berkomunikasi dengannya, ia takkan pernah bisa berkomunikasi denganmu.
"Bagaimana kabar Pak Lu selama setahun ini?"
Lu Jingzhi minum seteguk arak, kemudian menjawab datar, "Pertanyaan ini seharusnya ditujukan ke Manajer Shen. Konon perusahaan NK tidak mengembangkan bisnis baru selama setahun ini, hari-hari Manajer Shen di perusahaan juga semakin sedikit. Dunia luar menyebarkan rumor bahwa Direktur Utama ini terlihat mulai menjalani hidup bebas..."
Shen Xiaoran mengangkat sudut bibirnya, "Orang luar tidak tahu, Pak Lu seharusnya sangat paham alasan saya hidup bebas selama setahun ini..."
Lu Jingzhi tetap tersenyum tipis, "Kalau begitu... sudahkah kau menemukannya?"
Shen Xiaoran memandang para elit dunia bisnis yang hilir mudik di puncak acara ini, berkomentar sinis, "Lho, Pak Lu masih ingat orang ini?"
Lu Jingzhi mengikuti arah tatapan Shen Xiaoran, setelah meneguk anggur merah, berkata dengan santai, "Tak perlu menggambarkanku sebagai pria berhati dingin. Bagaimanapun, aku pernah menjadi suaminya." Entah untuk memprovokasi Lu Jingzhi yang terkenal sombong atau menguji apakah masih ada sisa perasaan pada Ji Sixi, Shen Xiaoran tiba-tiba menoleh dan menatap tajam profil wajah Lu Jingzhi yang tersenyum tipis. "Direktur Lu bisa tanpa ragu menyakiti orang terdekatnya sendiri. Ini jelas bukti ketidakpedulian..."
"Namun kadang wanita lebih kejam daripada pria. Karena... Sixi sudah memulai hidup baru."
"Oh?" Alis Lu Jingzhi terangkat, lalu bergumam perlahan, "Hidup baru..."
"Yang kumaksud dengan hidup baru adalah Sixi sekarang hidup tenang dan bahagia." Shen Xiaoran menambahkan sambil terus mengamati wajah Lu Jingzhi, berharap menemukan perubahan sekecil apapun.
Namun hasilnya mengecewakan. Wajah Lu Jingzhi tetap tenang, bahkan senyum di bibirnya semakin lebar saat berbisik, "Pantasan saja kau tertekan. Rupanya setelah susah payah menemukannya, tetap tak bisa mendapatkan cintanya." Shen Xiaoran tetap menatapnya, "Aku sadar perasaanku padanya belum sampai level cinta. Paling hanya kekaguman. Jika memungkinkan, aku ingin merawatnya seumur hidup... Jadi saat tahu dia sudah melepaskan masa lalu dan menemukan kebahagiaan baru..."
“Menemukan cinta saat ini, meski aku merasa sakit dan kecewa, di relung hati juga turut bahagia untuknya. Hanya tidak tahu, Pak Lu punya perasaan apa melihat mantan istri kini menemukan hidup baru, menemukan orang yang benar-benar menyayangi dan melindunginya?”
Lu Jingzhi mengangkat gelas anggur merah dan meneguk, baru kemudian menjawab dengan tenang, "Doakan dia. Sebenarnya dia tidak bersalah, yang salah hanyalah dia adalah anak perempuan Qin Housheng."
Shen Xiaoran langsung bermuka dingin. "Kau tahu dia tidak bersalah, tapi setahun lalu kau tetap memperlakukannya seperti itu. Tidakkah hatimu selama setahun ini terusik oleh nurani?"
"Jika harus merasa bersalah hanya karena hal sepele ini, niscaya hatiku sudah penuh lubang sejak lama." Jawab Lu Jingzhi dengan nada santai.
Shen Xiaoran murka luar biasa, langsung berbalik dan pergi.
Lu Jingzhi kembali mengangkat gelas kristal dan meneguk anggur. Setelan jas hitam yang dipotong sempurna, ditambah gerakan elegannya saat minum, membuatnya terlihat tampan luar biasa.
Namun, kali ini dia menghabiskan seluruh anggur dalam gelas itu sekaligus.
Saat meletakkan gelas, senyuman di wajahnya sudah tidak ada lagi, berganti dengan ekspresi dingin yang mengerikan.
Sekretaris mendekat dan dengan hormat mengingatkan, "Pak Lu, waktunya hampir tiba. Anda harus segera menemui Nona Situ!"
Lu Jingzhi menyerahkan gelas ke pelayan yang lewat, menjawab datar, "Aku masih ada urusan di perusahaan. Tidak akan datang ke sana!"
Sekretaris mendengar, sedikit terkejut, lagipula Lu Jingzhi sebelumnya sudah berjanji menemani Situ Jing menghadiri acara amal malam ini yang diadakan bersama oleh yayasan besar Jerman, tak disangka Lu Jingzhi membatalkan secara dadakan.
Namun meski bingung, sekretaris tak berani banyak bertanya, dan juga tidak akan bertanya, hanya berkata, "Kalau begitu akan kusampaikan pada Nona Situ, bahwa Pak Lu ada urusan mendadak."
Lu Jingzhi tidak menanggapi, langsung melangkah pergi.
……
Situ Jing merasa kesal di relung hati karena Lu Jingzhi tidak menemani dirinya di pesta malam ini.
Harus diketahui, pernikahan mereka sudah di ambang pintu, tapi malam ini Lu Jingzhi justru membatalkan janji...
Seketika hal ini membuat media di lokasi seperti kuali mendidih, mereka serentak menduga-duga apakah hubungan mereka bermasalah...
Memaksanya harus menjelaskan satu per satu pada wartawan media bahwa hubungannya dengan Lu Jingzhi baik-baik saja, air liur hampir habis dijelaskan...
Saat acara berakhir, Lu Jingzhi tetap tidak mengirim orang menjemputnya, Situ Jing terpaksa memanggil mobil dari rumah, lalu dengan kesal pergi ke perusahaan LJ.
Ketika Situ Jing tiba di kantor direktur utama perusahaan LJ, Lu Jingzhi sedang tegak berdiri di depan jendela kaca, bayangan tubuhnya yang tinggi tegap terlihat dingin dan angkuh, memandang rendah semua makhluk layaknya tak ada artinya.
"Boleh beri alasan membatalkan janji?" Situ Jing meletakkan tas tangan di atas meja kerja Lu Jingzhi, lalu menginjak sepatu hak 4 inci mendekatinya, menyergah.
Lu Jingzhi dengan mata yang gelap nan dalam tetap memandangi gemerlap kota, berkata dengan datar, "Saat menghadiri puncak acara, aku merasa terlalu banyak orang dan berisik, jadi kubatalkan rencana ke tempatmu." Situ Jing menatap Lu Jingzhi dengan kesal, "Kau tak suka tempat ramai, kenapa tak beri tahu aku sebelumnya? Kalau begitu aku tak akan mengumbar ke media bahwa kau akan menemaniku di acara amal malam ini... Sekarang begini jadinya, kau tak menemaniku, semua wartawan mengira aku yang merekayasa sandiwara sendiri,
intinya mustahil aku bisa menikahimu..."
"Tak perlu kau peduli pemikiran orang lain." Nada bicara Lu Jingzhi tetap datar. Situ Jing muram, "Lu, wajar jika para wartawan berpikir begitu. Sejak kita berpacaran sampai sekarang, momen kita muncul bersama di depan publik bisa dihitung jari... Jadi sekarang semua orang mengira aku serakah akan harta dan status, jelas-jelas kau tak bernikah denganku, tapi aku terus mengumbar kabar bahwa kita hampir menikah... Aku merasa seluruh dunia sedang menertawakanku."
