Bab 1265: Apakah karena dia belum melupakan orang itu?

　　　　Ji Sixi berusaha melepaskan diri dari genggaman Iblis, tapi malam ini nampaknya Iblis bertekad bulat. Alih-alih melepaskan tangan perempuan itu, dia justru menggenggam lebih erat sambil melanjutkan, "Tenang, selama kau tak bersedia, takkan pernah kupaksa. Hanya saja... aku khawatir sampai detik ini kau masih-" 　　　　"-masih belum bisa melupakan orang itu..." 　　　　Mendengar ini, Ji Sixi mengangkat kepalanya. Rasa malu di balik sorotan matanya perlahan digantikan oleh ketenangan. "Mengapa kau masih berpikir begitu? Hanya karena aku menolak-" 　　　　Iblis memotong sebelum Ji Sixi selesai bicara, langsung menggelengkan kepala. "Xi, sama sekali bukan karena penolakanmu dalam hal ini aku sengaja bicara begitu. Hanya... hanya karena kudengar sebelum kita ke sini, Shen Xiaoran pernah mencarimu. Aku takut dia membawakanmu informasi tentang orang itu." 　　　　Tatapan Ji Sixi saat ini sedikit muram, sambil berkata, "Yong, jika aku tak berniat bersamamu, takkan sama sekali aku memulai hubungan ini. Jadi, kau tak perlu lagi khawatir apakah orang itu masih ada di relung hatiku, karena aku sudah bertekad bulat untuk menjalani hidup bersamamu." 　　　　Iblis merasa lega mendengar jawaban Ji Sixi, mengulurkan tangan membelai rambut basahnya yang belum kering. "Berjanjilah padaku, jangan lagi bertemu Shen Xiaoran... Karena aku ingin kau memutuskan masa lalu, benar-benar melupakan orang itu." 　　　　Ji Sixi berkata serius, "Tenang saja, sejak awal aku tak berniat terlibat lagi dengan masa lalu... Saat ini, aku hanya menganggap diri sebagai Zoey. Semua orang yang pernah dikenal 'Ji Sixi' dulu, tak mau lagi aku hubungi..." 　　　　Iblis segera memeluk Ji Sixi dalam dekapan, menyandarkan kepala perlahan di bahunya. "Kau tahu seberapa gelisahku saat tahu kau menemui Shen Xiaoran? Aku takut dia membawa kabar tentang orang itu, membuat hatimu kembali bergejolak..." 　　　　Ji Sixi memandang kejauhan, tatapannya membeku, "Kau terlalu banyak berpikir. Hatiku sudah lama tak lagi terguncang karena orang itu..." 　　　　…… 　　　　Jerman. 　　　　Di kantor direktur utama Grup LJ, Lu Jingzhi tegak berdiri di depan jendela kaca, siluet tubuhnya memancarkan aura dingin. 　　　　Xiao K menunduk sopan, melapor, "Pak Lu, hingga saat ini belum ada orang mencurigakan di sekitar Nona Ji. Semua klien yang meminta desain darinya memiliki latar belakang yang bisa dilacak." 　　　　Lu Jingzhi membuka bibirnya dengan datar, "Ji Sixi telah mengalami kerugian besar di tanganku. Mustahil Qin Housheng tidak bereaksi. Satu-satunya kemungkinan adalah - Qin Housheng orang yang sangat berhati-hati. Dia takut ini jebakan untuk memancing kemunculannya, sehingga sampai sekarang tak kunjung muncul." Mendengar ini, Xiao K menyatakan kekhawatirannya, "Tapi jika Qin Housheng terus bersembunyi, bagaimana Pak Lu bisa menemukannya? Sudah setahun berlalu. Jika dia sayang anak perempuannya, seharusnya sudah lama muncul. Meski tidak membalas dendam, setidaknya diam-diam menjaga Nona Ji..." 　　　　"...Jadi menurut hamba, mungkinkah Qin Housheng sama sekali tidak peduli pada Nona Ji?" Mata Lu Jingzhi menyipit, kilau gelap di pupilnya memancarkan aura mengerikan yang penuh kelicikan. "Qin Housheng sangat mencintai istrinya Xinyue. Tentu cintanya meluas pada anak mereka. Jika tidak, dulu sebelum mengkhianati organisasi 'Iblis', dia tak akan mengirim Ji Sixi ke Pasangan Ji sebagai persiapan..." 　　　　"...Karena itu, dia pasti akan menagih hutang padaku demi anak perempuannya. Hanya saja tabiatnya sabar. Dia bisa menahan diri sampai timing yang tepat menurutnya tiba..." 　　　　Xiao K bertanya, "Tapi apakah kita harus menunggu dengan sabar sampai Qin Housheng bertindak?" Suara Lu Jingzhi tetap datar, "Untuk mengungkap orang pintar seperti dia, kita harus punya kesabaran. Tapi seperti katamu, menunggu terus bukan solusi. Apalagi aku tak mau membuang waktu lagi... Jadi, saatnya menambah kayu bakar agar api dalam hati Qin Housheng semakin membara." 　　　　，Mata hitam pekat mengkilau sekelebat ketajaman, lalu dalam-dalam tersembunyi. 　　　　…… 　　　　Malam hari. 　　　　Lu Jingzhi tak menyangka meski telah menelan setengah butir pil tidur, ia ternyata masih belum bisa terlelap. 　　　　Ini sudah menjadi kali ke-N ia mengalami insomnia dalam setahun terakhir, betapapun mengantuk dan lelahnya, ia tak mampu menyelam ke dalam tidur... 　　　　Ia tak tahu apakah ini hukuman dari Tuhan untuknya, karena telah memanfaatkan dan melukai gadis tak bersalah. Tapi menyaksikan langsung orang tuanya menjadi mangsa lautan api yang dinyalakan Qin Housheng, bagaimana mungkin hatinya bisa tenang selama bertahun-tahun ini? 　　　　Perlu diketahui, di masa lalu ia juga kerap bermimpi tentang adegan kematian orang tuanya, setiap kali terbangun ketakutan di tengah malam secara refleks... 　　　　Balas dendam terhadap orang tua adalah permusuhan abadi. 　　　　Apalagi, jika ia bersamaku Ji Sixi, bagaimana mungkin ia bisa membalas budi orang tua yang telah dikuburkan Qin Housheng di bawah tanah? 　　　　Benar-benar tak ada cara untuk tidur, Lu Jingzhi bangkit dari ranjang, mengenakan piyama hitam. 　　　　Saat Lu Jingzhi tiba di kamar anak, Mbak Susu sedang membetulkan selimut Lu Yixin yang terlepas. 　　　　Melihat kehadiran Lu Jingzhi, Mbak Susu segera membungkuk hormat. Lu Jingzhi langsung memberi isyarat 'ssst', menyiratkan agar pengasuh tak bersuara mengganggu Lu Yixin. Mbak Susu pun segera mundur ke samping. 　　　　Barulah Lu Jingzhi mendekati tepi ranjang anak, memandangi Lu Yixin yang sedang tertidur pulas di atasnya. 　　　　Kebiasaan tidur Lu Yixin sangat buruk, hampir seluruh tubuhnya tidur dengan posisi melintang, namun ekspresi tidur lelapnya sungguh menggemaskan. 　　　　Lu Jingzhi duduk di tepi ranjang, menatap wajah tenang Lu Yixin. 　　　　Ia harus mengakui, saat kecil Lu Yixin lebih mirip dirinya, namun sekarang lebih mirip Ji Sixi... 　　　　Terutama tulang hidung dan mulut kecilnya, persis seperti Ji Sixi... 　　　　Menurut Situ Jing, kini Ji Sixi telah bersama Iblis... 　　　　Ini sebenarnya baik, tak semua orang seperti Iblis yang rela meninggalkan segalanya demi dia... 　　　　Ia yakin saat ini Ji Sixi pasti sedang bahagia. 　　　　Dengan tangannya sendiri ia menghancurkan kebahagiaan mereka, hanya untuk membalaskan dendam orang tua. Pernah ia bertanya dalam hati: apakah ini sepadan... 　　　　Sebenarnya ada satu detik dimana jawabannya adalah "tidak". 　　　　Tapi... 　　　　Ia yang menyaksikan langsung orang tuanya jadi mangsa lautan api, hanya boleh menyesal selama satu detik... 　　　　Yang bisa ia katakan: takdir telah menetapkan mereka tak bisa bersama... 　　　　…… 　　　　Ji Sixi yang sudah lama tak insomnia, malam ini tiba-tiba tak bisa tidur... 　　　　Derik jangkrik di luar tenda yang biasanya menjadi simfoni indah pengantar tidur, malam ini tak berdaya membuatnya terlelap... 　　　　Ia membuka mata, membuka jendela transparan di atas tenda, memandang bintang-bintang di langit dengan diam. 　　　　Mengapa ia bisa insomnia? 　　　　Hari ini tak ada kejadian berarti. Kalau dipaksakan, mungkin penolakannya pada Iblis bisa dianggap sebagai satu "urusan"... 　　　　Apakah dia tidak tega? 　　　　Tapi…… 　　　　Menghadapi sentuhan Iblis, dia benar-benar hanya ingin menolak…… 　　　　Mengapa sampai sekarang dia masih belum bisa menerima Iblis? 　　　　Bahkan orang tua sudah menerimanya, dia tak punya masalah belakang lagi, mengapa masih sulit dekat dengan Iblis? Apakah karena dia belum melupakan orang itu?