Tan Yan melanjutkan, "Bahkan jika Xiao K sengaja membocorkan info padaku, itu agar aku tenang... Ia hanya ingin kita bersaudara bisa rukun."
Lu Jingzhi menjawab dengan suram, "Jika kau lagi sembarangan membocorkan jejakku, tak akan kubiarkan kau sempat membuka mulut!"
Tubuh Xiao K gemetar hebat, lalu buru-buru berkata, "Hamba takkan lagi melakukan kesalahan seperti ini!"
Lu Jingzhi menarik kembali tatapannya, melanjutkan langkah ke arah mobilnya.
Kali ini Tan Yan mengejar dan menghalangi pintu mobil.
Lu Jingzhi tampak tak senang, alisnya berkerut tegang.
Suara parau Tan Yan bertanya, "Benarkah kau sudah menemukan Qin Housheng?"
Lu Jingzhi tidak menjawab.
Tan Yan berbicara sendiri, "Kak, apapun yang kau lakukan pada Qin Housheng, aku takkan berkeberatan. Aku hanya ingin tahu apakah dia masih hidup..."
Lu Jingzhi menatapnya dengan aura mengerikan. Lama kemudian baru berucap dingin, "Dia masih bernyawa."
Tan Yan terkejut, mengerutkan alisnya, "Bagaimana mungkin... Bukankah kau seharusnya..."
"Minggir." Lu Jingzhi jelas sudah kehabisan kesabaran, bersiap masuk ke mobil.
Tan Yan sudah berdiri menghalangi pintu mobil, melanjutkan, "Kau tidak membunuh Qin Housheng, pasti ada alasannya. Tapi ada satu urusan lain yang juga menjadi penyebab kucari kau kali ini…"
Lu Jingzhi memancarkan sedikit ketajaman dari mata hitam yang muram, "Kau benar-benar mengira di sini adalah pintu Grup LJ, aku tidak bisa membuatmu menghilang?"
"Kalimat pamungkas, setelah selesai bicara aku pergi." Tan Yan berkata.
Lu Jingzhi tidak berkata-kata. Tan Yan menatap mata Lu Jingzhi, dengan tegas berkata, "Aku tahu kau dan Situ Jing sudah mempersiapkan pernikahan... Benar, rencana pernikahan ini memang ditetapkan bersama oleh ayah dan Pemimpin Chen tahun-tahun itu... Tapi Kak seharusnya paham di relung hati, jika kau tak bisa bersama Si Xi karena permusuhan generasi pertama, maka karena permusuhan generasi sebelumnya, kau seharusnya lebih tidak bersama Situ Jing... Kita semua sangat paham, meski Qin Housheng adalah tangan yang langsung menjerumuskan orang tua kita sampai mati, tapi Pemimpin Chen-lah yang mendorong atau memfasilitasi... Jika bukan karena ketakutannya saat akhir hayat bahwa ayah akan mengungguli tuannya, sehingga di masa depan bisa langsung
menggantikan posisinya, dengan keras menarik ayah terlibat masalah, bagaimana mungkin Qin Housheng akan membalas dendam pada ayah?"
“Urusanku tak perlu kau campuri!” Lu Jingzhi mengeluarkan kalimat itu dengan aura dingin, lalu melambaikan tangan sebagai isyarat agar Xiao K maju menghentikan Tan Yan yang terus mengganggu.
Melihat situasi itu, Tan Yan akhirnya mengalah dari pintu mobil, tapi menambahkan, “Kak, Xi benar-benar gadis baik. Jika kau bisa bersama Situ Jing, mengapa tidak dengan Xi?”
Lu Jingzhi tidak memberi jawaban lagi. Ia langsung masuk ke mobil.
……
Meski duduk di dalam mobil, Situ Jing sudah mendengar percakapan dua bersaudara di luar.
Saat mobil menjauh, Situ Jing bertanya pelan, "Lu, sebenarnya kau benar-benar tidak menyalahkan ayahku yang dulu memaksa Paman Lu terseret masuk?"
Lu Jingzhi menyandarkan diri ke sandaran kursi, menutup mata. "Aku tak akan menghukummu karena urusan generasi sebelumnya."
Mendengar ini, Situ Jing menahan napas, berbisik, "Tapi hubunganmu dengan Ji Sixi..." Ucapannya terhenti di situ.
"Alasan aku tidak bersamanya bukan karena dia putri Qin Housheng, tapi karena aku harus membunuh Qin Housheng," Lu Jingzhi menjelaskan.
Situ Jing mengerutkan alis. "Maksudmu... nasibmu akan menjadi pembunuh ayah Ji Sixi, jadi menurutmu dia tak mungkin menerimamu?"
Pertanyaan ini tak dijawab oleh Lu Jingzhi.
……
Seminggu berlalu cepat bagai pedang melesat, tibalah saat Ji Sixi harus memenuhi janjinya ke sisi Iblis.
Di hari yang ditentukan, Iblis sendiri datang ke Selandia Baru menjemputnya.
Saat orang tuanya membereskan barang, Iblis dan Ji Sixi berjalan-jalan di jalan setapak berpohon di pinggiran kota kecil.
Dulunya Ji Sixi mengira tempat ini indah dengan iklim sejuk, pasti akan membuatnya rindu. Tapi ketika menyusuri jalan kecil yang biasa dilaluinya setiap malam, ia menyadari tak ada secuil pun kerinduan yang tersisa.
"Dia juga tidak tahu mengapa, dia seharusnya menyukai tempat ini, tapi tak ada sedikit pun rasa rindu..."
Dia sedang berpikir...
Apakah karena dia selalu tahu dia tak akan lama tinggal di sini? Atau...
Tempat favorit di relung hatinya tetaplah pemandangan salju indah seperti lukisan di New York itu?
Benar...
Dia sangat menyukai salju putih dan danau-danau kecil, sementara vila Lu Jingzhi di New York memenuhi kedua hal itu...
Dulu saat mengira akan bersama Lu Jingzhi sampai ubanan, dia bahkan pernah merencanakan untuk menetap di sana di masa depan...
Sayang, dunia yang berubah membuat segalanya tak sama lagi.
"Apa yang kau pikirkan?" Iblis bertanya lembut melihat Ji Sixi yang terus diam.
Ji Sixi baru menyadari tangannya tanpa sadar telah dituntun Iblis. Dia agak tak biasa, tapi membiarkan telapak tangan hangat Iblis membungkusnya. "Tidak ada, hanya merasa terharu sebentar lagi akan meninggalkan tempat ini!"
"Oh, terharu bagaimana?" Iblis penasaran.
Ji Sixi menatap semak-semak bunga di depan, tersenyum. "Sebenarnya aku benci pindah rumah. Selama ini aku ingin mencari tempat yang bisa kutinggali seumur hidup."
Iblis segera menjawab, "Percayalah, tempat tinggalku sekarang lingkungannya jauh lebih baik dari sini."
Ji Sixi mengangguk, "Aku percaya. Jadi bukan karena aku sayang meninggalkan sini, tapi ingin hidup tenang."
Mendengar itu, Iblis mengepalkan tangan Ji Sixi, berkata tulus: "Aku bersumpah akan memberimu kehidupan damai. Tak akan ada lagi yang mengganggu kita."
Ji Sixi mengangkat pandangan, melihat tatapan penuh kasih dari iblis, hatinya terlintas rasa bersalah. Tiba-tiba, suara parau bersuara, „Yong……“
„Ada apa?“ Melihat perubahan tatapan Ji Sixi, iblis menjadi tegang.
Ji Sixi berkata dengan tenang, „Aku akan tinggal bersamamu, jadi aku tak mau menipu...“
„Ya?“ Iblis menahan napas.
Suara Ji Sixi tersekat di leher, „Sampai sekarang aku belum jatuh cinta padamu... Alasan terbesar aku bersamamu adalah komitmen awal. Tentu, selama hari-hari bersama, aku bisa merasa perhatian dan perlindunganmu. Tapi aku...“
Iblis tiba-tiba mengulurkan tangan menutup mulut Ji Sixi, „Sudah...“
Ji Sixi mengambil tangan iblis, melanjutkan, „Maaf, meski tahu kalimat ini menyakitkan, aku tak mau berbohong...“
Tangan iblis terhenti di udara, warna darah di wajahnya perlahan memudar. Lalu, ia berkata dingin, „Karena kau masih belum melupakan Lu Jingzhi?“
„Kenapa kau berpikir begitu?“ Tubuh Ji Sixi sedikit kaku, membalas bertanya.
„Saat tatapan kalian bertemu hari itu, aku tahu kau masih punya perasaan padanya.“ Iblis berkata mati-matian menjaga ketenangan. Ji Sixi langsung menggeleng, „Yong, ucapanku tadi bukan untuk bilang masih cinta Lu Jingzhi. Tapi sebelum menikah, aku ingin jujur... Karena di masa depan, aku akan berusaha melepaskan masa lalu dan mencoba mencintaimu.“
