Lu Jingzhi tetap mengabaikan panggilan Ji Sixi, ia mendadak merapatkan lengan hingga membuat Ji Sixi terjatuh ke dalam pelukannya.
Melihat hal ini, wajah Setan berubah pucat. Ia mengorek senjata dan mengarahkannya ke Lu Jingzhi. "Lepaskan dia!"
Xiao K yang menyaksikan langsung juga mengeluarkan senjatanya mengarah ke Setan. Lu Jingzhi mengunci pinggul Ji Sixi dengan erat, menjebaknya dalam dekapan. Perlawanan Ji Sixi bagai menggaruk gatal, sama sekali percuma. Dengan rileks ia memeluknya, lalu berkata santai ke Setan, "Saat ini hanya Xiao K yang mendampingiku, tapi skillnya kalah darimu. Memang kau bisa...
...mengancamku... Tapi Setan, kau lupa aku masih memegang satu chip transaksi!"
Mata Setan meredup satu persen, jari yang menekan pelatuk mulai ragu.
Lu Jingzhi tertawa pendek, terus memeluk Ji Sixi yang bergulat sia-sia, lalu melangkah langsung menuju lift yang pintunya sudah terbuka.
Setan menggenggam erat senjatanya yang masih mengarah ke punggung Lu Jingzhi. Namun hingga pintu lift tertutup, ia tetap tidak menembak.
Xiao K baru mundur masuk ke lift setelah memastikan Lu Jingzhi dan Ji Sixi aman di dalam.
Pintu lift perlahan menutup. Jari-jari Setan yang mencengkeram senjata memutih pucat. Akhirnya, tak tahan lagi ia melepaskan tembakan ke langit.
Saat itu, bawahan Setan mendekat dengan sikap hormat, "Pemimpin, mengapa Tuan tidak menembak?"
Iblis mengeluarkan kata-kata dengan suara dingin, "Kau tak punya otak?"
Bawahan itu tubuhnya gemetar halus, setelah beberapa detik, berbisik pelan, "Apakah karena Nona Besar..."
Iblis berbalik badan, langsung menuju helikopter, namun tak ada yang tahu, di bawah mentari wajahnya yang biasanya ramah dan bersahabat, kini seolah tertutup kabut suram, seluruh tubuhnya memancarkan aura mengerikan.
Bawahan itu terburu-buru mengikutinya.
……
Ji Sixi dengan mudah dibawa Lu Jingzhi masuk ke kantornya sendiri, tanpa kesulitan sedikit pun.
Xiao K sangat paham situasi, tidak hanya tidak ikut masuk ke kantor, malah menutup rapat pintu kantor untuk mereka.
Lu Jingzhi melihat Ji Sixi sudah tak punya jalan keluar, baru melepaskan genggamannya, merapikan pakaiannya sendiri.
Ji Sixi mengusap tangannya yang sakit karena dicengkeram Lu Jingzhi, melotot marah padanya. "Apa yang kau bicarakan dengan Qin Housheng tak ada hubungannya denganku, lepaskan aku!"
Lu Jingzhi mengabaikan Ji Sixi, kembali merapikan dasinya, lalu menekan tombol telepon internal di meja kerja. "Rapat sudah dimulai?"
Sekretaris di ujung sambungan menjawab, "Ya, Pak Lu."
"Aku segera ke sana." Setelah berkata demikian, Lu Jingzhi langsung memutuskan sambungan, bergegas meninggalkan kantor.
Ji Sixi mencoba mengejar, tapi tak disangka dihadang Xiao K.
Lu Jingzhi berdiri di luar kantor, memandang Ji Sixi dengan tenang. "Tanpa izinku, dia tak boleh kemana-mana!"
"Baik."
Xiao K patuh pada perintah, menghadang Ji Sixi sambil berkata, "Tolong Nona Ji jangan menyulitkan saya."
"Lu Jingzhi——"
Ji Sixi mengaum, sayang Lu Jingzhi sudah masuk lift, teriakannya terisolasi di luar pintu lift.
……
Menghadapi kantor yang dulu sangat familiar ini, Ji Sixi berdiri di depan jendela kaca, tak berdaya mencengkeram keningnya.
Xiao K yang melihatnya menghibur, "Nona Ji, tenanglah di sini sebentar, Pak Lu akan segera selesai rapat. Jika Nona kooperatif, mungkin beliau akan mengizinkan Nona bertemu Nona Yixin."
Gerakan Ji Sixi terhenti sejenak. Ia berbalik, menatap Xiao K. "Beneran?"
Xiao K bergumam, "Kenapa tidak? Bukankah sebelumnya Pak Lu juga membawa Nona Yixin untuk reunian dengan Nona?"
Wajah Ji Sixi langsung muram. "Dia membawa Yixin menemui aku? Itu cuma taktik untuk memancing Qin Housheng keluar!"
Xiao K melirik, "Nona Ji, jangan asal bicara. Kalau mau memancing ayah Nona, Pak Lu cukup kirim kalung itu saja. Buat apa repot-repot bawa Nona Yixin sebelumnya?"
"Dia pasti punya rencana lain!" Ini dugaan dalam relung hati Ji Sixi.
Xiao K langsung gelengkan kepala, berkata serius, "Nona, saya setiap hari mendampingi Pak Lu. Saya jamin, kunjungan beliau dengan Nona Yixin bukan bagian dari rencana... Meski Pak Lu keras kepala, saya tahu sebenarnya beliau sangat peduli pada Nona."
Ji Sixi tercekat.
Melihat situasi, Xiao K menambahkan, "Nona, tenang saja di sini. Percayalah, Pak Lu takkan berbuat apa-apa pada Nona."
"Ji Sixi pasrah duduk di sofa, bertanya, “Setahun ini, bagaimana kabar Yi Xin?”
Xiao K melaporkan sejujurnya, “Pak Lu sangat menyayangi Nona Yixin. Setiap ada waktu, beliau selalu menemani Nona Yixin. Jadi kecuali saat Nona Yixin merengek mencari Anda, sepanjang waktu dia bahagia.”
Mendengar itu, Ji Sixi menghela napas lega. “Baik, aku tak akan mempersulitmu. Kau boleh keluar. Meski kau tak mengawasiku di sini, aku tetap tak bisa pergi dari sini, bukan?”
Xiao K ikut menghela napas panjang. “Kalau begitu Nona Ji silakan beristirahat di sini. Saya ada di luar. Jika ada yang perlu diperintahkan, silakan beri tahu.”
Ji Sixi tidak menjawab.
Xiao K segera minggir.
Ketika kantor kembali sunyi senyap, Ji Sixi melirik sekeliling ruangan ini.
Meski sudah setahun, ia tetap bisa mengingat manisnya kenangan bersama Lu Jingzhi di kantor ini...
Ia masih ingat suatu kali, saat masuk kantor tapi Lu tidak ada. Ia berdiri di belakang meja kerjanya, asyik membalik-balik buku di rak.
Tak disangka, karena terlalu fokus membaca, ia tak menyadari kedatangan Lu. Baru terkejut saat diangkat pelukannya, wajahnya langsung memerah.
“Apa maumu? Ini kantor. Sekretarismu bisa masuk kapan saja...” Saat itu ia mencubit lengan kuat Lu sambil malu berkata.
Lu Jingzhi malah menatapnya tak berkedip. Lama kemudian, mengeluarkan kalimat: “Gimana ini? Begitu kau datang, aku langsung tak bisa fokus kerja...”
Saat itu, hatinya terasa manis seperti disiram madu.
Memikirkan ini, Ji Sixi perlahan menggelengkan kepala, menyapu ingatan dari pikirannya.
Dia seharusnya tidak mengingat ini lagi. Dia dan pria itu kini bagai garis sejajar yang tak akan pernah bertemu...
……
Lu Jingzhi tidak menyangka rapat ini akan berlangsung sampai pukul enam sore.
Ketika ia kembali ke kantor, Ji Sixi ternyata sudah menyandar di sofa dengan mata terpejam layaknya tertidur. Seluruh ruangan terasa hangat dan tenang oleh kehadirannya yang tertidur.
Xiao K menghampiri dengan langkah ringan, berbisik pada Lu Jingzhi, "Nona Ji sudah tertidur sebentar. Mungkin kelelahan setelah langsung terbang dari Selandia Baru!" Setelah itu, Xiao K segera mundur pergi.
Lu Jingzhi menarik dasinya hingga longgar, mendekati sofa. Melihat Ji Sixi tertidur lelap, ia pun perlahan duduk di sampingnya.
Ji Sixi tak tersadar. Dadanya naik turun teratur dengan napas halus, wajahnya damai. Lu Jingzhi menatapnya dengan tatapan penuh kelembutan.
