Situ Jing menggelengkan kepala, air mata mengalir di pipinya, semakin memperlihatkan rasa iba. "Aku tahu pasti ada alasan kau menikahiku, kalau tidak, kau takkan mau menikahiku sama sekali. Karena kau tahu, kematian ayahmu ada hubungannya dengan ayahku, meski Qin Housheng adalah pembunuh langsung, tapi ayahkulah biang kerok..."
"Kau tak hanya tidak membalas dendam padaku, malah berusaha maksimal melindungiku... Aku tahu pasti ada sebab di balik ini."
"Terkadang sikap penuh curiga dan keraguan bukanlah hal baik." Lu Jingzhi kembali melanjutkan langkahnya.
“Tapi jika kau menahan Ji Sixi di sini, aku takkan sama sekali menikah denganmu... Maka apapun rencana yang kau punya, semuanya tak akan berhasil.” Situ Jing berteriak ke bayangan Lu Jingzhi.
Tapi ternyata, langkah Lu Jingzhi tak berhenti, melainkan langsung berkata, “Terserah.”
Mendengar ini, seluruh diri Situ Jing terpana.
……
Di dalam helikopter, setelah merenung, iblis memberi perintah, “Jagalah Pasangan Ji dan anak itu baik-baik, tapi jangan sampai mereka merasa sedang dijaga.”
Bawahan menjawab, “Baik.” Iblis terdiam sejenak, lalu melanjutkan, “Awalnya aku ingin menunda adu kekuatan dengan Lu Jingzhi sampai aku benar-benar mendapatkan hati Xi... Tapi sekarang aku sadar, selama Lu Jingzhi masih hidup, aku takkan pernah bisa mendapatkan hati Xi... Jadi, percepat rencana yang sudah ditetapkan, kali ini
, aku akan membuat Xi tahu siapa raja sejati.”
“Baik, tapi...”
“Cepat bilang!” Iblis melirik bawahan dengan kesal.
Bawahan baru berani berkata, “Nona Ji sekarang bersama Pak Lu, apakah beliau mungkin...”
“Sudah kusuruh kakakku, dia tak akan memberi kesempatan pada Xi untuk berduaan dengan Lu Jingzhi.” Iblis berkata dengan tegas.
Bawahan langsung mengangguk, “Kalau Pemimpin tak ada pertimbangan itu, hamba akan bertindak sesuai rencana.”
……
Saat Lu Jingzhi hendak naik mobil, tak disangka Situ Jing mengejarnya. Ia memasukkan tangan ke saku celana, memandang Situ Jing dengan dingin dan tenang.
Situ Jing mengenakan piyama, tubuhnya ringkih, wajah anggunnya dipenuhi air mata yang menyentuh, membuat hati tersayat.
Ia mendatangi hadapan Lu Jingzhi, berkata dengan rendah diri, "Maaf, Lu... Ucapanku tadi terlalu emosional, aku ingin menarik kembali kata-kataku."
Lu Jingzhi bersandar di mobil. "Aku tahu setiap kali aku memiliki hubungan dengan Ji Sixi, perasaanmu akan terganggu. Tapi sudah kujelaskan, antara kami sudah tak ada lagi. Yang akan kunikahi adalah kau."
Situ Jing tiba-tiba mengulurkan tangan, memeluk pinggang Lu Jingzhi.
Ia menempelkan wajahnya di dada Lu Jingzhi, mendengarkan detak jantungnya yang tenang, "Bisakah kau tinggal di sini bersamaku akhir-akhir ini? Anggap saja sebagai hiburan, agar aku tak lagi banyak khayalan..."
Lu Jingzhi menunduk memandangi wajah anggun Situ Jing yang separuh tertutup aliran rambut hitam bak air terjun. "Aku memang sudah berencana menginap di sini malam ini."
Situ Jing perlahan mengangkat kepala, memandangi Lu Jingzhi dengan tatapan menderita. "Benarkah?"
Tangan Lu Jingzhi menarik keluar dari saku, menopang lembut Situ Jing. "Jangan banyak khayalan... Aku berjanji, beberapa hari ini akan kutinggal di sini."
Wajah Situ Jing merekah sukacita, kembali menceburkan diri ke pangkuan Lu Jingzhi, bergumam, "Aku juga berjanji tak akan lagi memberontak tanpa alasan!"
Lu Jingzhi mendesah pelan, "Bagus kalau kau bisa berpikir begitu..."
……
Ji Sixi tak kusangka masih ada kesempatan menemani anaknya terlelap.
Dalam setahun terakhir, setiap malam dia membayangkan bisa seperti saat ini, melihat anaknya tertidur.
Lu Yixin membuka mata, menyadari Ji Sixi belum tidur, mengulurkan tangan memeluk Ji Sixi dan bertanya, "Mama, mengapa kamu belum tidur?"
Di mata Ji Sixi berkilat air mata bahagia. "Sayang, kamu tidur dulu, Mama belum ngantuk..."
"Mama, aku juga belum ngantuk." gumam Lu Yixin lirih.
Ji Sixi melirik jam dinding. "Tidak boleh, sekarang sudah jam sebelas! Kamu harus tidur, kalau tidak besok tidak bisa bangun untuk ke TK!"
"Tapi besok kan akhir pekan, aku tidak perlu bangun!" seru Lu Yixin gembira.
Ji Sixi terkekeh, "Mama memang bodoh, lupa besok weekend... Baiklah, kalau memang belum ngantuk, mari kita mengobrol."
"Ya." Lu Yixin meringkuk dalam dekapan Ji Sixi.
Ji Sixi memeluk erat Lu Yixin dengan penuh kebahagiaan.
Dengan mata terpejam, Lu Yixin bertanya, "Mama, Bibi Situ bilang dia dan Ayah akan segera menikah... Tapi aku tidak mau jadi flower boy mereka."
"Mengapa?" tanya Ji Sixi serius.
"Karena aku tidak mau Ayah menikah dengan Bibi Situ..."
"Anak bodoh, jangan berpikir begitu. Ayah dan Mama sudah berpisah, wajar jika Ayah ingin membangun keluarga baru. Suka atau tidak, kamu harus menghormati Bibi Situ."
“Mama, aku tidak tidak suka Bibi Situ, hanya aku berpikir kalau Ayah dan Bibi Situ menikah, Bibi Situ akan pindah ke sini, aku tidak nyaman... Menurutku sini hanya rumah aku dan Ayah.” Lu Yixin berbisik.
“Graaah! Sebelumnya Bibi Situ tidak pernah tinggal di sini?” Ji Sixi bertanya ragu. Apakah Lu Jingzhi benar-benar selalu tinggal di tempat Situ Jing?
“Iya!” Lu Yixin membuka mata, pupil mata yang polos menatap Ji Sixi. “Bibi Situ Jing memang sering ke sini, tapi Bibi Situ tidak pernah tinggal di sini...”
“Kalau... Ayahmu?” Ji Sixi ragu sejenak sebelum berkata, “Apakah ia sering tidak tidur di rumah pada malam hari?”
“Ya, Ayah sering tidak di rumah, tapi saat Ayah ada di rumah, ia selalu merayuku tidur...”
Ji Sixi tahu anak kecil tidak berbohong, hatinya terasa pahit yang sulit diungkapkan.
Meski Lu Jingzhi tidak mengizinkan Situ Jing tinggal di rumah Lu, namun setiap malam Lu Jingzhi pergi ke tempat Situ Jing, perasaan mereka jelas tanpa perlu diucapkan...
Sepertinya dugaannya benar, Lu Jingzhi memperlakukan dua anak perempuan musuh dengan cara berbeda bak langit dan bumi, ternyata masih terkait perasaan...
Dia terlalu banyak berpikir...
Mana ada perasaan Lu Jingzhi padanya, orang yang ia pedulikan tak lain adalah Situ Jing...
Sebelumnya membebaskan Qin Housheng sekali karena nyawanya, mungkin benar-benar hanya agar putrinya tidak menganggapnya sebagai musuh pembunuh ibunya...
Jadi, dia benar-benar bisa mengikhlaskan orang ini sepenuhnya...
Orang seperti ini, sama sekali tidak pantas mendapatkan perasaan darinya lagi
"Mama..." Diamnya Ji Sixi yang berkepanjangan membuat Lu Yixin khawatir, memanggil beberapa kali.
Baru kemudian Ji Sixi tersadar, berkata lembut, "Ada apa, Sayang?"
"Mau kuberi tahu sesuatu diam-diam?" Suara Lu Yixin tiba-tiba menjadi pelan.
Ji Sixi tersenyum, penasaran bertanya, "Apa itu?" Lu Yixin berbisik kecil, "Ayah bilang meski bersama Bibi Situ, yang paling disayang tetap aku. Karena Ayah dan Bibi Situ nggak akan punya adik laki-laki atau perempuan..."
