"Ya?" Ji Sixi mengerutkan alis, "Maksudmu... Ayahmu berjanji tidak akan punya anak dengan Bibi Situ?"
Lu Yixin mengangguk kuat-kuat, "Iya, Ayah bilang begitu... Jadi aku nggak perlu khawatir Ayah nanti nggak sayang aku lagi!" kata Lu Yixin riang.
Ji Sixi terpana sejenak, agak kaget.
Mengapa Lu Jingzhi tidak berniat punya anak lagi dengan Situ Jing? Bukankah seharusnya dua orang yang saling mencintai punya buah hati?
Ji Sixi bingung.
……
Keesokan paginya, karena Lu Yixin tidur terlalu larut semalam, sampai sekarang masih tertidur, Ji Sixi pun bangun lebih dulu dan turun ke lantai satu.
Rencananya ingin melihat kesempatan kabur dari vila ini, memeriksa persebaran bodyguard. Tapi tak disangka, baru saja sampai lantai satu, kebetulan melihat Lu Jingzhi masuk.
Lu Jingzhi tampak segar bugar, sedang memberi instruksi pada Xiao K untuk menangani suatu urusan. Dirinya sendiri jelas juga ada keperluan yang harus diselesaikan di sini, langkahnya terlihat agak terburu-buru.
Meski begitu, Ji Sixi tetap mendekat dan menghadang di hadapan Lu Jingzhi, berkata dengan tegas, "Sampai kapan kau akan terus membelengguku?"
Lu Jingzhi melambaikan tangan, menyuruh Xiao K mundur. Tatapannya baru beralih ke tubuh Ji Sixi. "Sudah kukatakan, aku akan membiarkanmu pergi setelah kau melihat wajah asli Iblis itu!"
"Aku juga sudah bilang, tak perlu!" Ji Sixi membalas dengan sikap saling berhadapan.
Mendengar itu, alis Lu Jingzhi berkerut. "Kau bodoh atau idiot? Sudah kujelaskan, ginjal yang Iblis sumbangkan untuk ayah angkatmu itu cuma trik untuk mendapat simpati dan rasa kasihanmu. Menurutmu pemimpin organisasi 'Iblis' selevel itu akan rela mengorbankan tubuhnya demi dirimu?"
"Kubilang ini bukan urusanmu!" Ji Sixi berkata dengan emosi tersulut.
Sebenarnya ucapan pria itu sempat ia pertimbangkan dalam pikiran. Meski tidak sampai mencurigai Iblis, tapi keinginan untuk mengetahui kebenaran tetap ada...
Jika Iblis benar-benar menipunya, tentu ia tak akan mau lagi bersamanya.
Tapi ia tak mau terjebak di sini. Karena setiap detik dan menit yang dihabiskan di tempat ini akan mengingatkannya pada kenangan indah bersamanya dulu, membuatnya terperangkap dalam kepedihan...
Lu Jingzhi tertawa pendek. "Baik, kuberi waktu dua hari untuk berpikir. Jika kau masih nekat, akan kubiarkan kau pergi!"
Ji Sixi membeku, tak menyangka Lu Jingzhi bisa sebegitu tegas. Ini sangat berbeda dengan sosok yang kemarin dengan keras menahannya di sini, seolah sudah menjadi orang lain. "Kalau begitu tolong jangan mengingkari janji."
Lu Jingzhi langsung melewatinya, melangkah pergi. "Aku tak punya alasan untuk menahanmu." Akhirnya, ia meninggalkan kalimat itu.
Ji Sixi berdiri di tempat yang sama, tatapannya tiba-tiba muram.
Rupanya ia benar-benar hanya memenuhi komitmen pada Qin Housheng barulah menahannya di sini, bukan karena ada sedikit pun perhatian padanya...
……
Saat sore hari, Ji Sixi menemani Lu Yixin bermain di taman.
Hanya di momen seperti ini hati Ji Sixi baru tenang dan puas. Memandang Lu Yixin duduk riang di ayunan, ia pun melupakan segala duka dan kegelisahan di relung hati.
Namun, sore santai ibu dan anak ini diganggu oleh tamu tak diundang.
Orang itu adalah Situ Jing.
Sejak mengetahui Situ Jing adalah 'ayah angkat', Ji Sixi tak lagi berani menganggap Situ Jing sebagai wanita yang renta. Apalagi kini Situ Jing muncul di hadapannya dengan aura tubuh yang dahsyat.
Lu Yixin juga tak nyaman dengan kehadiran Situ Jing, tapi tetap sopan dan beradab, memanggil dengan patuh, "Bibi Situ!"
Situ Jing sayang pada Lu Yixin. Ia mengusap kepala Lu Yixin, berbisik lembut, "Sayang, Bibi Situ mau bicara empat mata dengan mamamu... Pergi main sebentar ya..."
Lu Yixin ragu-ragu memandang Ji Sixi, sepertinya mencari persetujuan darinya.
Ji Sixi mengangguk pada Lu Yixin, barulah anak itu berlari gembira.
Memandangi bayangan kecil Lu Yixin yang berlari, Situ Jing berkata terharu, "Benar anak kandung tetap yang terdekat, orang lain sebaik apa pun takkan bisa menyamai!"
Ji Sixi berkata datar, "Nona Situ ada urusan denganku?"
Situ Jing mengangguk, "Ingin bicara denganmu."
Ji Sixi berkata serius, "Silakan katakan!"
Situ Jing menoleh ke Ji Sixi, baru bersuara, "Begini, setahun terakhir tak ada hubunganmu dengan Lu, itu yang kuinginkan. Sekarang kau kembali menyusup ke dunia Lu, mengganggu hidup kami, aku tak nyaman..."
"Harusnya kau tahu, kedatanganku ke sini bukan kemauanku. Kalau tak percaya, tanya adikmu." Suara berat Ji Sixi menjawab.
Situ Jing seketika mengangguk, "Aku tahu situasinya. Lu sudah cerita, ayahmu Qin Housheng yang nekat masuk perangkap memintanya berjanji menjauhkanmu dari adikku. Mungkin Lu terharu melihat cinta ayah yang agung, atau masih ingat hubungan kalian dulu, akhirnya menyetujui permintaan ayahmu..."
"Kalau sudah tahu, untuk apa cari masalah lagi?" Nada dingin Ji Sixi.
Situ Jing tersenyum, "Xi, kau salah paham. Kedatanganku bukan untuk itu, tapi ingin ajakmu transaksi."
"Aku tak berminat transaksi." Ji Sixi berbalik hendak pergi.
Situ Jing justru berbicara ke arah bayangan Ji Sixi, “Transaksiku adalah——Aku akan membantumu menyelamatkan Qin Housheng, mempertemukanmu kembali dengan ayah kandungmu, sebagai gantinya kau harus pergi bersama adikku dan jangan pernah muncul lagi di dunia Lu.”
Mendengar itu, tubuh Ji Sixi membeku seketika, ia pun berbalik.
Situ Jing yang melihatnya berkata dengan tegas, “Sekarang, apa kau berminat melakukan transaksi ini denganku?”
Ji Sixi sedikit mengerutkan alis, “Ini sama saja dengan mengkhianati Lu Jingzhi. Menurutmu dia akan memaafkanmu setelah tahu?” Situ Jing menyipitkan mata phoenix-nya yang indah, mengamati Ji Sixi dengan tenang. “Bukan urusanmu. Kau hanya perlu menjawab: mau atau tidak melakukan transaksi ini... Jika setuju, beri aku dua hari. Aku akan menyelamatkan Qin Housheng, lalu kau dan adikku...”
“...bawa keluargamu pergi dan jangan pernah kembali!”
“Baik! Jika kau bisa menyelamatkan Qin Housheng, aku akan segera pergi dengan adikmu dan menghilang selamanya!” Jawab Ji Sixi tegas.
Situ Jing mengangguk puas, “Bersumpahlah. Dua hari lagi saat reunimu dengan Qin Housheng, adikku akan menjemputmu... Tapi jika kau ingkar janji, meski adikku menghalangi, aku akan bunuh kau dengan tanganku sendiri!”
“Aku takkan ingkar janji.” Janji Ji Sixi.
Situ Jing baru kemudian berbalik melangkah pergi. “Tunggu saja reunimu dengan Qin Housheng!”
Ji Sixi memandangi bayangan Situ Jing yang menjauh, terjebak dalam renungan yang lama.
……
Setelah naik mobil, Situ Jing menelepon Setan. “Jangan bertindak lagi, kau takkan bisa mengalahkan Lu Jingzhi. Tapi aku sudah mempersiapkan jalan, dua hari lagi kau datang saja menjemput Ji Sixi.”
