Saat Lu Jingzhi berbalik, barulah Ji Sixi tersadar bahwa tubuh bagian atas Lu Jingzhi tak berbaju, sementara dirinya sendiri merasakan hawa dingin di tubuhnya. Ia menunduk memandangi diri sendiri, dan tiba-tiba menyadari kemeja Lu Jingzhi ternyata menempel di tubuhnya...
Seketika, otaknya kosong bagai tak berisi. Hanya ketika Lu Jingzhi hampir masuk ke kamar mandi, ia tiba-tiba berteriak, "Mengapa kemejamu ada di tubuhku? Dan... mengapa aku tak berpakaian?"
Langkah Lu Jingzhi terhenti. Membelakangi Ji Sixi, ia menjawab, "Kau cari dulu pakaian yang layak. Setelah mandi, akan kujelaskan."
Ji Sixi mengerutkan alis. "Apa yang terjadi?"
Lu Jingzhi tak menjawab lagi, langsung menuju kamar mandi.
……
Ji Sixi tak mengerti mengapa pakaiannya bisa lenyap, apalagi alasan mereka berdua berada dalam satu ruangan dengan pakaian yang tidak rapi...
Kepalanya dipenuhi tanya yang menunggu jawaban Lu Jingzhi, namun waktu mandi pria itu terasa panjang bagai seabad.
Tak menemukan pakaian ganti lain, Ji Sixi terpaksa memakai piyama yang dikenakannya beberapa hari terakhir, duduk diam di sofa menanti.
Akhirnya pintu kamar mandi terbuka dari dalam. Lu Jingzhi muncul dengan hanya handuk mandi melilit tubuhnya!
Meski hari-hari bersama Lu Jingzhi tak bisa dibilang singkat, menghadapi Lu Jingzhi yang seperti ini, bahkan Ji Sixi di masa lalu pun akan merasa malu. Karenanya, ia buru-buru memalingkan wajah ke arah lain.
Melihat keadaan Ji Sixi, Lu Jingzhi tak bisa menahan senyum, namun tidak mengucapkan sepatah kata pun.
Dengan terbata-bata Ji Sixi berkata, "Kemejamu sudah diganti, ada di meja samping tempat tidur."
"Ya."
Setelah mengenakan celana, Lu Jingzhi baru mengambil kemeja. Namun sebelum sempat memasang kancing kemeja, Ji Sixi sudah bertanya, "Apa yang sebenarnya terjadi tadi malam? Bukankah seharusnya kau sedang menemani Situ Jing merayakan pesta ulang tahunnya di bawah kantor?"
Lu Jingzhi malah tak menjawab pertanyaan, "Hubunganmu dengan Shen Xiaoran berkembang sangat cepat. Sekarang kau bahkan bisa membujuk Shen Xiaoran untuk membantumu."
Mendengar ini, Ji Sixi menatapnya dengan terkejut, sorot matanya menyembunyikan sedikit ketakutan. "Kau..."
Lu Jingzhi menahan tatapan mata jernih Ji Sixi yang berusaha menghindar. "Kenapa? Kukira kau mengira aku tidak tahu rencanamu menyelamatkan Qin Housheng?"
Seluruh tubuh Ji Sixi membeku, suaranya tersekat di leher.
Lu Jingzhi melanjutkan, "Kau benar-benar berani, sampai berani bertransaksi dengan Situ Jing. Tidakkah kau tahu anggota geng hitam seperti kami tidak pernah memegang janji dalam transaksi?"
Bahkan urusannya melakukan transaksi dengan Situ Jing pun dia tahu...
Tubuh Ji Sixi kaku seperti patung, lama baru terdengar suaranya bertanya, "Bagaimana mungkin kau tahu... semua ini?"
“Apakah dia tidak akan menyuruh orang mengawasiku 24 jam?”
“Pantas saja setiap gerak-gerikku selalu dalam kendalinya?”
Lu Jingzhi dengan datar berkata, “Di rumah ini, tidak ada urusan yang tidak kuketahui.”
Ji Sixi tersadar, rupanya Lu Jingzhi benar-benar menyuruh orang mengawasinya 24 jam, jadi percakapannya dengan Situ Jing saat itu pasti diketahui Lu Jingzhi.
“Kalau memang kau tahu, kenapa di taman waktu itu kau masih bertanya apakah aku sudah pertimbangkan matang-matang? Kau sudah tahu rencanaku!” balasnya bertanya.
Tatapan Lu Jingzhi tiba-tiba meredup 1%.
Sebenarnya pertanyaan kemarin di taman hanyalah alasan belaka...
Dia hanya ingin melihatnya saat tahu Xi berada di taman, saat itu tak bisa menahan harapan di relung hati...
“Itu hanya bagian dari akting!” Hanya itu jawaban yang diberikannya pada Ji Sixi.
Rupanya hanya sandiwara...
Memang, kalau bukan akting, untuk apa dia datang ke taman.
Tapi untuk apa dia berakting seperti ini?
Lu Jingzhi seolah-olah menebak keraguan Ji Sixi, menjawab, “Aku tidak ingin Situ Jing mencium sesuatu bahwa aku sudah tahu transaksi antara dia danmu.”
Baru sekarang Ji Sixi mengerti, rupanya dia sedang mempertahankan Situ Jing karena tidak mau mengejarnya.
Ternyata perasaannya pada Situ Jing sudah sedalam ini...
Bahkan saat tahu pengkhianatan Situ Jing, dia pura-pura tidak tahu.
Hati Ji Sixi terlintas kepedihan. “Jadi sekarang setelah tahu rencanku menyelamatkan Qin Housheng, apakah kau akan berbuat tidak baik padaku?”
Lu Jingzhi sudah memasang kancing kemejanya, ia mengenakan setelan jas. "Aku tak akan membahayakanmu. Jika kau mau pergi sekarang, kau bisa langsung pergi."
Ji Sixi bangkit dari sofa dengan keterkejutan, memandangnya yang sudah berpakaian rapi dan tampan. Matanya terbelalak, tak percaya. "Kau serius?" Baru kali ini Lu Jingzhi menatapnya, namun tatapannya dingin. "Aku memang tak bermaksud menyusahkanmu. Hanya ingin kau melihat wajah asli iblis... Tapi karena kau sudah menghubungi Shen Xiaoran dan menyiapkan jalur mundur, jelas kau sudah mendengarkan perkataanku—"
"—mulai berjaga-jaga terhadap iblis. Maka tak ada alasan bagiku untuk menahanmu di sini lagi."
Ji Sixi tiba-tiba menatap matanya, diam membisu dalam waktu yang lama.
Melihat ini, alis Lu Jingzhi berkerut. Dengan nada datar ia berkata, "Kenapa? Bukannya kau selalu ingin kubebaskan?"
Setelah beberapa detik terdiam, suara serak Ji Sixi akhirnya terdengar. "Tak kusangka kau tak keberatan aku menyelamatkan Qin Housheng! Kukira jika kau tahu, pasti takkan melepaskanku!"
"Sudah kukatakan, aku hanya tak ingin urusan ini meluas dan menyangkut Situ Jing." Lu Jingzhi menjawab.
Xiao Jing?
Panggilan itu melukai Ji Sixi.
Saat ia memanggil Situ Jing dengan nama kesayangan, terdengar begitu mesra.
"Kalau begitu, bisakah aku pergi sekarang?" Ji Sixi bertekad tak ingin banyak bicara lagi dengan pria kejam ini. Setiap kata hanya memperdalam rasa sakit di hatinya.
"Bisa." Jawab Lu Jingzhi.
“Kalau begitu bolehkah kau meminjamkan ponselmu?” Ji Sixi berkata dengan pasrah, “Kalau aku keluar dengan pakaian ini, terlalu mencolok. Aku perlu Manajer Shen menyiapkan pakaian lain, juga memberitahuku lokasi Ayah dan Ibu.”
“Baik.”
Lu Jingzhi mengeluarkan ponsel dari saku jasnya, menyerahkannya kepada Ji Sixi.
Ji Sixi segera menuju ke jendela, menekan nomor Shen Xiaoran.
Namun meski yakin tidak salah nomor, ponsel Shen Xiaoran tetap tak bisa dihubungi... Ji Sixi seketika panik.
Melihat hal itu, Lu Jingzhi mendekat. “Kenapa?”
Ji Sixi menundukkan mata dengan muram, melaporkan sejujurnya, “Tiba-tiba telepon Manajer Shen tak bisa tersambung.”
Lu Jingzhi teringat ucapan Shen Xiaoran saat meninggalkan kamar tadi, alisnya berkerut. “Sepertinya kau tak akan bisa menghubunginya...”
Ji Sixi segera mengangkat kepala, bertanya, “Apakah dia ketahuan?”
“Tenang, dia baik-baik saja. Hanya saja mungkin kau harus bersabar menunggu sampai besok pagi untuk bisa berkomunikasi dengannya.” Lu Jingzhi berjalan menuju pintu kamar, hendak pergi.
Ji Sixi yang masih bingung sama sekali mengejarnya. Jas Lu Jingzhi ditariknya, membuat pria itu menoleh dan melihat wajah panik Ji Sixi. “Manajer Shen pasti punya alasan kuat sampai tak bisa menghembuskan nafas, mengapa aku tak bisa menghubunginya? Dan... mengapa kau ada di sini, sedangkan aku... tidak berpakaian?”
