Menyadari Shen Xiaoran sedang bercanda, Ji Sixi merasa lega Lu Jingzhi punya saudara seperjuangan yang baik. Dengan senyum ia berkata, "Baik, tapi menagih hutang dari orang licik seperti Lu mungkin akan sulit."
Wajah Shen Xiaoran langsung muram. "Lho, sekarang sudah mulai membela kaum sendiri?"
Ji Sixi tersipu, membalas bertanya, "Kapan aku tidak satu klan dengannya?"
“……”
Ji Sixi tertawa puas diri.
Shen Xiaoran melepas genggaman pada Ji Sixi, kesal. "Sudahlah! Aku akan segera menikahi wanita dan menikmati kebahagiaan keluarga, biar tidak terus-terusan disiksa kemesraan kalian..."
"Aku rasa sekretaris Lu memang cukup baik..." Ji Sixi segera menyelipkan komentar.
Pandangan dingin Shen Xiaoran seperti pisau terbang melesat ke arahnya. "Bisakah kau berhenti menyebut wanita itu?"
Ji Sixi kembali mengangkat tangan tanda menyerah.
Shen Xiaoran langsung berbalik dan berjalan ke lantai dua dengan wajah masam. "Lelah, mau istirahat dulu!"
Akhir-akhir ini iblis mungkin akan muncul, Shen Xiaoran akan tinggal di vila ini untuk melindungi keamanan Ji Sixi dan mereka sampai Lu Jingzhi kembali.
Ji Sixi diam-diam tertawa. "Baik."
……
Seminggu kemudian di hari yang cerah berangin sepoi-sepoi, saat Ji Sixi menyelimuti Lu Yixin yang sedang tidur siang dan hendak pergi, tiba-tiba dipeluk dari belakang.
Ji Sixi kaget, namun aroma maskulin yang familiar dan kekuatan fisik dominan yang dikenalnya membuatnya langsung tenang. Senyuman lembut merekah di wajahnya, ia mencubit lembut lengan seseorang. "Si kecil baru tidur..."
Seseorang itu masih enggan melepaskan lehernya, terus mengendus aroma tubuh harum yang familier. "Aku tahu, tapi sepanjang perjalanan pulang aku sudah ingin memelukmu seperti ini..."
Ji Sixi merasa hatinya dilelehi madu, dengan puas bersandar dalam pangkuan seseorang. "Peluklah sepuasmu... Lagipula mulai sekarang aku akan selalu di sisimu."
Benar saja seseorang itu memeluknya lama sekali baru melepaskan Ji Sixi, memutar tubuhnya menghadap dirinya.
Namun Ji Sixi tidak mengangkat kepala, terus menunduk.
Melihat ini, seseorang itu mengangkat wajah Ji Sixi dan bertanya dengan suara lembut, "Ada apa?"
Baru kemudian Ji Sixi menatap Lu Jingzhi, tapi tetap diam.
Akhirnya seseorang itu mengerti mengapa tadi Ji Sixi tak berani menatapnya. Hatinya seperti dicengkeram keras, ia mengulurkan tangan menghapus jejak air mata di sudut mata Ji Sixi dengan lembut. "Bodoh, bukankah aku sudah kembali dengan selamat?"
Ji Sixi menggenggam tangan pria itu, menatapnya dengan intens. "Jangan bergerak, biarkan aku memandangmu."
Pria itu tidak bergerak lagi.
Ji Sixi mengulurkan tangan menyentuh wajah tampannya, suara serak halus. "Lu Jingzhi, sepertinya kau lebih kurus dari sebelumnya..."
Lu Jingzhi membalas genggaman Ji Sixi, tangan satunya merangkul pinggulnya. "Justru kau yang kurus... Seminggu tidak bertemu, kau terlihat sangat lesu."
"Apakah aku tidak cantik lagi?" Ji Sixi menggigit bibirnya dengan lembut.
Lu Jingzhi berbisik sambil tertawa, "Sungguh bodoh... Jika ini bukan kamar Yi Xin, saat ini sudah kunindih tubuhmu..."
"..." Ji Sixi seketika memukul-mukul dada pria itu perlahan, lalu menyandar ke pangkuannya. Pipinya memerah, seolah tak berani menatap sorot mata membara Lu Jingzhi. "Mengapa kau baru kembali setelah seminggu?"
Lu Jingzhi membentak, "Percayakah kau mereka berempat iri dengan rencana hidup berdua kita, sengaja menahanku di kantor pusat beberapa hari?"
Ji Sixi mengangkat pandangan dengan terkejut. "Benarkah? Mereka sengaja... sengaja menahanmu?"
"Itu belum seberapa. Yang paling keterlaluan adalah Guan... Saat kuberitahu tujuan pertama kita ke Maladewa, dia malah mendoakan kapal kita tenggelam di sana!" Sorot mata Lu Jingzhi menyipit, kilatan licik terlihat di balik bola matanya, seolah sedang merencanakan balas dendam pada Guan Yumo.
Ji Sixi terkecil tipis, "Tak kusangka Tuan Guan juga begitu humoris... Sepertinya hubungan kalian sangat baik, pantas saja saat itu ia bersedia menggunakan surat bukti kepemimpinan untuk melindungi dirimu."
Ekspresi Lu Jingzhi mulai mencair, namun dengan nada datar berkata, "Dibanding percaya ia punya ikatan saudara padaku, lebih kuyakin ia takut jika aku pergi ia harus mengambil alih urusanku, hingga tak bisa menikmati hidup sebagai pasangan immortal bersama Xiao Ying..."
Ji Sixi gelengkan kepala sambil tersenyum, "Kalian ini... Terlihat matang, tapi berperilaku seperti anak-anak."
Lu Jingzhi terpana oleh senyuman Ji Sixi yang merekah bak ribuan kelopak pir betina, sorot matanya tenggelam dalam tatapan mendalam pada wajah mungilnya. "Sayang, mulai saat ini urusan Dark Angel tak lagi terkait denganku. Tugasku ke depan adalah membawamu beserta keluarga menikmati hidup..."
Mendengar ini, Ji Sixi terbelalak, bola matanya membulat. "Benarkah? Lu... Kau sudah melepaskan diri dari Dark Angel?" Lu Jingzhi merangkul erat tubuhnya, perlahan mengulum daun telinganya, berbisik dengan suara bernada merdu, "Aku sengaja mengaku dimanfaatkan Situ Jing, membuat semua anggota Dark Angel kecewa berat. Maka sekarang, dengan lega aku mengundurkan diri tanpa ada yang keberatan."
……”
Tak disangka pernyataan Lu Jingzhi saat itu adalah persiapan matang untuk keluar dari Dark Angel. Ji Sixi sangat terkagum-kagum pada visi jauhnya, mengingat sebelumnya hanya mengira tindakannya sekadar untuk membebaskan diri. "Ini bagus sekali, akhirnya tak perlu lagi aku khawatirkan nasibmu..."
Lu Jingzhi menarik pakaian di bahu Ji Sixi, mulai mencium punggung putih mulusnya dengan lembut. "Kau tahu? Aku sekarang sangat bahagia, padahal dulu kupikir seumur hidup ini tak mungkin aku merasakan kebahagiaan..."
Ji Sixi bersandar ke belakang menempelkan tubuhnya pada Lu Jingzhi. "Sudah lama kukatakan, kau akan bahagia. Karena setiap orang dalam hidupnya pasti bertemu orang yang bisa memberinya kebahagiaan. Hanya saja, beberapa orang kehilangan orang itu karena tak tahu menghargai..."
Lu Jingzhi berhenti, menundukkan kepala di bahu Ji Sixi. "Ya, aku juga hampir kehilanganmu... Tapi syukurlah Tuhan tidak membiarkanku tersadar terlalu lambat, dan bersyukur saat di laut kau tak sempat meninggalkanku..."
Mengingat kepedihan saat mendengar Lu Jingzhi mengatakan menikahi Situ Jing demi kekuasaan, Ji Sixi menjawab jujur, "Benar, saat itu jika bukan di tengah laut, mungkin aku benar-benar akan pergi darimu..."
Mendengar itu, Lu Jingzhi memeluk Ji Sixi erat-erat, seolah takut dia akan menghilang di ketukan berikutnya, berbisik lesu, "Sayang, aku tak akan lagi memberimu kesempatan meninggalkanku... Di kehidupan ini, kehidupan selanjutnya, kehidupan setelahnya... kau takkan punya peluang."
Air mata memenuhi mata Ji Sixi. Tiba-tiba dia memutar tubuh, lengan rampingnya melingkari leher Lu Jingzhi, aktif berjinjit dan menutupi bibirnya dengan ciuman.
Lu Jingzhi merangkul pinggang Ji Sixi erat, seolah ingin meremasnya hingga ke tulang, beralih dari pasif menjadi aktif, merengkuh bibir merah lembutnya.
“Satu minggu ini waktu berubah menjadi nafsu satu sama lain, keduanya tenggelam dalam-dalam... Kemudian, Lu Jingzhi menggendong Ji Sixi secara horizontal, langkahnya tak berhenti menuju kamar di seberang...
