Pukul 10 malam, Tan Yan masih belum pulang...
Qin Qian tak bisa menahan pikiran liar...
Jangan-jangan Tan Yan menginap di keluarga Jin malam ini?
Bukan tidak mungkin...
Keluarga Tan dan Jin memang ingin mereka menjalin perasaan, mungkin dimulai dari malam ini...
"Setelah memikirkan ini," Qin Qian menghela napas diam-diam, lalu langsung menutup tirai jendela kaca di kamar.
Di saat yang sama, terdengar suara pintu kamar berderak. Qin Qian menoleh, tepat melihat Tan Yan mendorong pintu masuk.
Qin Qian tak bisa menahan lega di relung hatinya.
Setelah menutup pintu kamar, Tan Yan melirik Qin Qian. "Kukira kau sudah tidur."
Qin Qian yang sudah mandi dan mengenakan piyama, menarik kerah piyama yang melorot di bahunya, baru menjawab, "Aku ingin menantimu pulang untuk tidur bersama."
"Ya," Tan Yan hanya membalas satu kata itu sambil melepas mantel jasnya, melonggarkan dasi sambil berjalan ke kamar mandi.
Qin Qian mengambil buku, bersandar di tepi ranjang sambil membaca menunggu Tan Yan keluar.
Aroma segar dari kamar mandi menyebar saat Tan Yan keluar dengan piyama, rambutnya masih basah menetes.
Dibandingkan penampilannya yang biasanya rapi, rambut basah yang terkulai alami membuatnya terlihat seperti mahasiswa baru lulus.
Qin Qian meletakkan buku, memandang Tan Yan yang sudah duduk di sofa sambil membuka laptop. "Tidakkah kau akan mengeringkan rambutmu?" tanyanya penuh perhatian.
Tan Yan tak mengalihkan pandangan dari layar. "Tidak perlu, nanti juga kering sendiri."
"Apa kau masih ada urusan malam ini?" tanya Qin Qian lagi.
Jari Tan Yan terus menari di keyboard sebelum akhirnya mengangkat kepala. "Kenapa kau tidak tidur duluan?"
Hati Qin Qian tersayat pedih.
Masakan dia bisa bertanya begitu santai mengapa dirinya tidak tidur duluan?
“Apakah ia tidak tahu besok adalah hari perpisahan mereka?”
Besok saat ia mengumumkan rencana perceraian mereka, Qin Qian akan meninggalkan Keluarga Qin...
Jadi, apakah ia tak berniat menghargai malam terakhir ini?
"Aku tak bisa tidur." Qin Qian memberi isyarat halus dengan kalimat ini.
Tan Yan justru terus menatap layar komputernya, berkata datar, "Kalau begitu bacalah buku!" Setelahnya, jarinya kembali mengetuk-ngetuk keyboard.
Qin Qian tahu Tan Yan tak suka diganggu saat bekerja. Ini bukan soal apakah dia peduli pada orangnya, tapi karena konsentrasinya yang selalu total saat bekerja. Tapi malam ini spesial, dia berharap Tan Yan bisa melepaskan pekerjaan, menemani ngobrol dan memeluknya...
Hatinya mungkin tak akan sesakit ini.
"Tan Yan." Qin Qian menyebut nama itu.
Alis Tan Yan berkerut sebentar. Jarinya masih menari di keyboard beberapa detik, lalu perlahan berhenti. Komputer diletakkan di samping.
Qin Qian memandanginya, di matanya terlihat kegelisahan.
Tan Yan bangkit dari sofa, melangkah dengan kaki panjangnya menuju ranjang besar.
Qin Qian terus mengikutinya dengan tatapan, tak sedetik pun berani berpaling.
Tan Yan duduk di tepi ranjang, menatap tajam ke arahnya. "Ada yang ingin kau katakan?"
Qin Qian langsung mengulurkan tangan menarik tangan Tan Yan, menggenggam, lalu membalas bertanya, "Bukannya kau yang tak punya kata untukku?" Tan Yan melepaskan diri perlahan, membalas genggaman tangan Qin Qian, mengepalkan. "Kau tahu akhir-akhir ini aku sibuk dengan proyek penting, besok pesta ulang tahun Miao Miao, tapi lusa aku harus berdiskusi dengan penanggung jawab proyek ini tentang urusan proyek, jadi malam ini aku harus menyelesaikan koreksi penawaran proyek dari departemen aktuaria."
"Baik."
"Aku tahu, tapi..."
Qin Qian ingin mengingatkan Tan Yan besok adalah hari perpisahan, tak disangka, Tan Yan mengusap kepala Qin Qian, langsung memotong ucapannya, "Sudahlah, kau tidur dulu, proyek ini benar-benar krusial, malam ini aku harus menyempurnakan penawaran."
Qin Qian yang selalu tak mau merepotkan Tan Yan, di detik ini, kata-kata yang hendak diucapkan telan kembali ke perut.
Tan Yan merapikan bantal di belakang Qin Qian. "Tidur yang patuh." Usai berkata, ia langsung berdiri.
Qin Qian tak tahan menarik tangan Tan Yan, erat-erat menggenggam.
Tan Yan menoleh, memandangi kepedihan di kedalaman matanya, bertanya tenang, "Ada apa, tubuh tak nyaman?"
Qin Qian memandangnya, tak menjawab.
Tan Yan mengerutkan alis, "Perlu kuambilkan makanan asam untukmu?"
Baru kini Qin Qian sadar Tan Yan mengira dia mengalami Morning Sickness lagi.
Melihat kecemasan tersisa di kening Tan Yan, Qin Qian paham, saat ini ia hanya ingin buru-buru menyelesaikan tabel penawaran. Perlahan, jemarinya mulai melepas genggaman pada tangan Tan Yan...
Sudahlah, dia tidak ingin menimbulkan masalah dan kegelisahan baginya.
Mereka sudah bersama selama ini, dia tak pernah merepotkannya, untuk apa sekarang di malam terakhir ini menghancurkan citra kelembutan dan kepatuhan yang selalu dijaganya?
Apa salahnya di malam ini ia menemaninya dan memeluknya?
Pada akhirnya mereka pasti harus berpisah...
Setelah besok, takdir telah menetapkan bahwa ia bukan lagi miliknya.
Sosok kaku dan kolot seperti Tan Yan, bagaimana mungkin bisa memahami kehangatan malam terakhir ini?
Melihat Qin Qian melepaskan genggamannya, Tan Yan mengira gadis itu sedang marah. Ia kembali mengulurkan tangan mengusap kepala perempuan itu, berbisik lembut, "Maaf, malam ini aku tidak bisa menemanimu."
Qin Qian mengangkat bahu, menunjukkan bahwa dia tidak kesal, "Tak apa, pergilah bekerja!"
Tan Yan segera menunduk memberikan ciuman di rambut Qin Qian.
Qin Qian menutup matanya, raut wajahnya memancarkan kelembutan.
Baru kemudian Tan Yan pergi.
Qin Qian tetap terbaring lama sekali. Ketika akhirnya membuka mata, helai rambutnya masih terasa hangat oleh bekas ciuman Tan Yan. Aroma yang begitu dirindukannya ini membuatnya terbuai sesaat, sebelum sadar bahwa matanya sudah berkaca-kau.
Meski Tan Yan di sofa sudah asyik mengerjakan penawaran, Qin Qian tetap membaringkan tubuhnya lebih rendah, menghindari pandangan pria itu.
Matanya terbuka menatap langit-langit...
Dalam pikiran tergambar jelas perkenalannya dengan Tan Yan hingga hari ini, air matanya perlahan mengalir keluar dari sudut mata...
Beruntungnya, Tan Yan takkan melihatnya. Dia juga mustahil membiarkan Tan Yan melihatnya dalam keadaan seperti ini.
……
Keesokan harinya.
Seluruh Rumah Keluarga Qin dipenuhi keriuhan dan kemeriahan.
Pesta ulang tahun yang digelar Keluarga Qin untuk Miao Miao sangat megah dan meriah, hampir seluruh tokoh politik dan bisnis terkemuka Kota C telah hadir, termasuk Pasangan Direktur Jiang...
Pasangan Direktur Jiang memang tak mau muncul di tempat umum kecuali di acara amal, kehadiran mereka hari ini di pesta ulang tahun Miao Miao yang digelar Keluarga Qin juga karena Nyonya Jiang Dong menjalin hubungan baik dengan Nyonya Qin...
Karenanya saat ini Nyonya Qin dengan antusias secara pribadi menyambut Pasangan Direktur Jiang.
Namun, Nyonya Jiang Dong tak mengetahui kondisi sebenarnya Keluarga Qin, apalagi mengetahui rencana besar yang akan diumumkan Tan Yan hari ini, karenanya bertanya pada Nyonya Qin, “Kenapa tak terlihat Tan Yan dan Qianqian?”
Senyuman di wajah Nyonya Qin seketika terlihat tidak natural. Dia menjawab, “Seperti yang kau tahu, Tan Yan memang tak suka urusan sosial...” Nyonya Jiang Dong tentu mengira Qin Qian sedang menemani Tan Yan, seketika berkomentar penuh haru, “Masih ingat saat pertama kali kau membawa Miao Miao ke rumah kami, waktu itu melihat autisnya sangat parah, hati kami benar-benar teriris untuk anak ini... Sekarang melihat Miao Miao kembali ceria dan menggemaskan, jasa Qianqian sangat besar, jadi anak memang harus bersama orang tua, barulah bisa berkembang sehat dan bahagia...”
