Siang hari, Tan Yan yang jarang pulang akhirnya kembali untuk makan siang, namun tak melihat Qin Qian di lantai satu.
Tan Yan memanggil kepala rumah tangga untuk bertanya, baru tahu Qin Qian tak ada nafsu makan dan sepanjang pagi belum turun tangga.
Tan Yan segera naik ke lantai atas, menuju kamar.
Dari kejauhan terlihat Qin Qian berdiri di depan jendela kaca kamar dengan ekspresi kontemplatif, wajahnya agak pucat... Ia tak bisa menahan kerutan di dahinya.
"Qianqian..."
Mendengar suara Tan Yan, Qin Qian baru tersadar dari lamunannya, menoleh ke arahnya.
"Kenapa kau pulang siang ini?" Dia mendekat dengan sedikit sukacita.
Tan Yan khawatir dengan kondisi Qin Qian yang sedang hamil tua, segera menyambutnya dan membelai lembut pinggangnya yang belum terlalu membulat. "Sebenarnya ada acara bisnis siang ini, tapi direktur bank Shang tiba-tiba ada urusan dadakan jadi tidak bisa datang, akhirnya aku pulang..."
"Oh." Qin Qian bertanya dengan khawatir, "Apakah janjimu dengan direktur bank Shang siang ini untuk membahas urusan pinjaman?"
Tan Yan mengangguk, "Benar... Karena jika tidak ada halangan, proyek Huaihai sudah dijamin menang."
Wajah Qin Qian langsung berseri, "Benarkah? Yan... Benarkah kita bisa menguasai proyek Huaihai?"
"Ekspresi Tan Yan hari ini jelas lebih rileks dibanding beberapa hari sebelumnya, wajah tampannya bahkan kini tersenyum lembut," katanya, "Masih ingat sebelumnya kukatakan akan bertemu dengan perantara yang punya hubungan dengan Komandan Jin?"
"Ya... Jadi perantara ini benar-benar berhasil mendamaikan hubunganmu dengan Komandan Jin?" tanya Qin Qian dengan gugup. Tan Yan melihat keceriaan Qin Qian yang seperti anak kecil, sudut bibirnya sedikit terangkat, "Benar... Orang ini sudah menjadi penengah. Komandan Jin menggunakan koneksinya untuk menarik personel yang menghalangi proyek Huaihai kami. Jadi sekarang aku hanya perlu mengurus pinjaman bank, semua masalah yang dihadapi perusahaan Tan saat ini—"
"Akan teratasi... Begitu proyek Huaihai berhasil dikuasai, hutang 4 miliar pada kakakku bisa terlunasi, dan perkembangan perusahaan Tan ke depan juga akan melangkah besar..."
"Hmm..." Suara Qin Qian tiba-tiba tersekat, sorot mata jernihnya berkedip-kedip membias air mata.
Tan Yan meliriknya lalu tersenyum, "Lihat dirimu senang sampai menangis... Bodoh, bukankah sudah kukatakan jangan khawatir..."
Qin Qian mengangguk, tapi air mata tak terbendung.
Sebenarnya bukan air mata bahagia yang mengalir, melainkan kepedihan...
Dia sedih karena meski masalah Komandan Jin telah beres, dirinya tetap tak bisa tinggal di sisinya...
Pasangan keluarga Tan sudah mengungkapkan semua: meski Komandan Jin tak lagi mengancam kepentingan keluarga Tan, mereka tetap tak akan mengizinkannya tinggal di dekat Tan Yan...
Karena itulah hatinya begitu pedih...
Dia kesakitan—di saat ia hampir menuai kesuksesan, dia tak bisa menemani di sisinya, bahkan harus menyakitinya……
Begitu memikirkan ini, air mata semakin tak terkendali mengalir dari sudut mata Qin Qian.
Mungkin karena hamil, dia jadi lebih sensitif dibanding sebelumnya.
Tan Yan melihatnya, perlahan mengusap air mata di sudut matanya. "Sudahlah, jangan nangis…… Semuanya sudah membaik, kau harus tetap bahagia……"
Menyadari bahwa kesedihan yang berlarut akan membuat Tan Yan yang peka menangkap jejak-jejak hubungan, dia mengangkat tangan menyeka air mata, memaksakan senyuman. "Ngomong-ngomong, Yan…… Ada sesuatu yang harus kusampaikan."
"Ya?" Senyuman Tan Yan pudar seketika, berganti dengan ekspresi perhatian pada Qin Qian.
"Aku mungkin harus kembali ke Prancis beberapa hari ini." Qin Qian berkata serius.
"Ada apa?" tanya Tan Yan.
Qin Qian menatap mata gelap Tan Yan yang selalu murung, menjawab tenang. "Kau tahu, sejak aku datang ke Kota C, sudah dua tahun aku tidak pulang ke Prancis menjenguk mama…… Dia sangat merindukanku, ditambah kondisi kesehatannya belakangan menurun, aku ingin menjenguknya……"
Sebenarnya ide untuk menemui Mu Yifeng di Prancis juga sekaligus menjadi alasan baginya mengunjungi ibu angkat……
Ibu angkatnya memang sedang sakit, dia sangat khawatir……
Pertemuan dengan Mu Yifeng sengaja diatur di Prancis untuk memancing kecurigaan Tan Yan di kemudian hari……
“Ibu sakit?” Ekspresi Tan Yan langsung berubah serius.
“Ya.”
“Kalau begitu aku akan menemanimu pulang...” Tan Yan segera berkata.
Qin Qian menggelengkan kepala, menatap Tan Yan dengan sungguh-sungguh. "Kau sendiri tahu betapa sibuknya pekerjaanmu di Kota C saat ini... Kau sama sekali tidak bisa meninggalkan tempat ini."
“Tapi bagaimana aku bisa tenang membiarkanmu sendirian ke Prancis, apalagi dalam kondisi hamil?” Suara Tan Yan penuh kekhawatiran. Qin Qian segera menggenggam lengan Tan Yan, mencoba menenangkan, "Aku baik-baik saja pergi sendiri ke Prancis. Bukankah dulu aku juga bekerja sendiri di Amerika, lalu pulang ke Prancis menjenguk Mama? Kekhawatiranmu tentang kehamilanku ini berlebihan. Harus kau pahami, bayi dalam kandunganku masih..."
"...sangat kecil, sama sekali tidak mempengaruhiku.”
Tan Yan masih bersikeras, "Tekanan udara di pesawat akan memperparah morning sickness-mu..." "Sudah kukatakan, morning sickness adalah reaksi normal kehamilan. Meski tidak naik pesawat, aku tetap muntah beberapa kali sehari. Jadi tak perlu khawatir... Jika memang sangat khawatir, kirim saja dokter dan bodyguard untuk menemani... Pokoknya kali ini aku harus pulang ke Prancis." Qin Qian bersikeras.
。
Melihat keteguhan di mata Qin Qian, Tan Yan akhirnya mengalah. Tapi dengan suara tegas ia berkata, "Setidaknya harus ada satu dokter dan dua bodyguard yang mendampingimu."
“Mendengar, Mata Bintang Qin Qian yang gagah membelalak. "Yan, apakah ini agak berlebihan? Aku manusia sehat, takkan ada bahaya. Awalnya kau tak percaya padaku sampai harus mengirim satu orang mengikutiku, tapi sekarang malah mau menempatkan tiga orang?"
Ekspresi Tan Yan yang semakin muram membuktikan ini bukan lelucon. "Jika kau tak mau ditemani tiga orang, aku akan secara pribadi menemanimu pulang."
"Aku Bersedia, Aku Bersedia..." Qin Qian seketika mengangkat tangan tanda setuju.
Tan Yan terhibur oleh wajahnya yang menggemaskan, bibirnya sedikit menarik. "Sudahlah, di Prancis nanti, ingat untuk menyampaikan permintaan maafku pada ibu mertua. Saat ini aku belum bisa menjenguknya, tapi tahun depan setelah anak lahir, pasti akan kubawa kalian berdua bersama dua anak untuk mengunjunginya..."
Tahun depan...
Tiba-tiba dalam relung hati Qin Qian bergumam pelan—
Yan, tahukah kau kita tak punya tahun depan lagi?
Hati seolah ditusuk pisau, tapi Qin Qian tetap bertahan. "Baik, pasti akan kusampaikan pesanmu pada Mama... Dia pasti sangat bahagia mendengarnya."
Tan Yan segera merangkulnya perlahan, berbisik lirih, "Berpisah denganmu, aku benar-benar tak tega."
Qin Qian menyandarkan kepala di dada kekarnya, membiarkan aroma maskulinnya mengelilingi. "Sebenarnya pulang ke Prancis juga baik, begini kau bisa tenang menyelesaikan masalah yang ada..."
Tan Yan pasrah menghela, "Hanya ini yang bisa kuhiburkan pada diriku..." Qin Qian terkecil tipis.
