Qin Qian menggenggam kedua tangan Shu Lan, dengan nada memohon, "Mama, tolong jangan telepon Tan Yan. Dan berjanjilah padaku, apapun yang terjadi padaku di masa depan, jangan beri tahu Tan Yan tentang fakta bahwa hari ini aku dipaksa pergi oleh pasangan suami istri keluarga Tan..."
"Qianqian..." Shu Lan berbisik dengan hati perih. "Mengapa kau selalu memikirkan orang lain, tapi tak pernah memikirkan dirimu sendiri?"
"Pasangan keluarga Tan terlalu penting bagi Tan Yan, seperti posisi Mama di relung hatiku... Jadi, aku tak mau melihat mereka berpisah, apalagi membiarkan Tan Yan dicaci orang luar karena aku." kata Qin Qian dengan tegas.
Shu Lan menggeleng, "Dasar anak ini, kenapa kau begitu bodoh?"
Qin Qian menggenggam erat tangan Shu Lan, memohon lagi, "Mama, berjanjilah padaku, tak akan diam-diam menghubungi Tan Yan!"
"Tapi bagaimana denganmu..." Air mata Shu Lan menitik. "Kau begitu mencintai Tan Yan, tak mungkin kau menerima pria lain di masa depan..."
Qin Qian tak menyangkal ucapan itu, menjawab, "Aku punya Mama, ayah, dan janin di perutku. Itu sudah cukup..."
“Shulan tahu tekad hati Qin Qian sudah bulat, pasrah menggelengkan kepala...”
……
Siang hari.
Qin Qian awalnya berniat istirahat sebentar sebelum menemui Mu Yifeng, tak disangka Mu Yifeng malah kembali...
“Aku tahu saat ini kau tidak bisa bergerak bebas, jadi aku datang menemuimu.”
Di sofa ruang tamu, Mu Yifeng yang mengenakan setelan jas rapi berbicara dengan lembut.
Qin Qian berkata tulus, “Terima kasih, Direktur Mu... Jujur saja, hari ini aku memang merasa agak lelah.”
Mu Yifeng menatap dalam-dalam wajah pucat dan lesu Qin Qian, lalu berkata perlahan, “Sepertinya Tan Yan terlalu sibuk, sampai tidak menyadari kondisi wajahmu yang sangat buruk ini.”
Qin Qian membeku seketika, lalu dengan gugup berkata, “Direktur Mu, apapun yang Anda duga, tolong cukup bekerja sama denganku saja. Jangan bahas hal ini dengan siapa pun, terutama Xiao Ying.”
“Kalau Xiao Ying tahu kau dipaksa berpisah dengan Tan Yan, dia pasti tak akan membiarkan orang yang memaksamu...” jawab Mu Yifeng dengan tenang.
Qin Qian sama sekali tidak terkejut Mu Yifeng bisa menebak bahwa dirinya dipaksa meninggalkan Tan Yan. Ia memohon, “Kalau begitu tolong Direktur Mu sangat berhati-hati, jangan sampai bocor di depan Xiao Ying... Aku benar-benar tak mau Xiao Ying mencari masalah dengan keluarga Tan atau Tan Yan.”
Mu Yifeng menghela napas pelan, lalu berkata tegas, “Sudah kuberikan janji, tentu akan kututup mulut rapat-rapat. Hanya saja sayang sekali hubunganmu dengan Tan Yan, mengingat kalian adalah pasangan idaman banyak orang...”
“Direktur Mu seharusnya tahu konsep berjodoh tapi tak bersatu... Seperti Anda dan Qingyou, pada akhirnya hanya menjadi orang yang lewat dalam hidup masing-masing...” Qin Qian berkata dengan pilu.
Mu Yifeng menyipitkan mata sedikit, seolah mengingat kembali takdirnya dengan Gu Qingyou di masa lalu. Tatapannya tiba-tiba terhenti, beberapa detik kemudian barulah kembali normal. Dengan tenang ia berkata, “Bagus kalau kau bisa melepaskannya. Yang kutakutkan kau tak bisa melupakannya, sehingga seumur hidup terjebak dalam luka batin...”
Qin Qian mengangkat pandangannya, menatap muramnya mata Mu Yifeng, serius menjawab, “Dengan melihatnya bahagia, meski di masa depan aku sendirian, aku tetap akan merasakan kebahagiaan.”
“Ah, gadis bodoh...” Mu Yifeng menggelengkan kepala penuh kepasrahan.
Senyum optimis merekah di wajah Qin Qian, seolah ia benar-benar tak peduli.
“Tapi, apakah Tan Yan belakangan ini sedang kewalahan?” tiba-tiba suara Mu Yifeng menjadi berat.
Qin Qian mengangguk, “Apa Direktur Mu melihat berita domestik?”
Mu Yifeng menjawab datar, “Berita domestik tidak kulihat. Tapi ada seorang teman yang merupakan direktur bank di Kota C. Hari ini ia tak sengaja menyebutkan bahwa saat ini tak ada bank yang mau meminjamkan uang ke Perusahaan Tan. Jadi proyek Huaihai yang ingin mereka kuasai, mungkin akan gagal...”
“Apa?” Qin Qian gemetar, bola matanya membulat lebar menatap Mu Yifeng. “Direktur Mu, Anda bilang sekarang tidak ada bank yang mau meminjamkan uang ke Perusahaan Tan?” “Ada alasan tertentu yang tidak saya ketahui, tapi teman bank saya ini tidak akan bercanda dengan saya, jadi...” Mu Yifeng berhenti sejenak, baru melanjutkan, “Jika Tan Yan memiliki tekad yang tak tergoyahkan untuk proyek Huaihai, saya menyarankan Anda membujuknya untuk menyerah. Dari nada bicara teman saya, saya bisa mendengar bahwa
mereka bersatu untuk menargetkan Tan Yan. Jadi meski Tan Yan berusaha keras, tak mungkin ada bank yang mau meminjamkan uang padanya setelah ini.”
Qin Qian terpaku sepenuhnya.
Sebelum datang, dia dan Tan Yan sempat membahas proyek Huaihai. Saat itu Tan Yan mengatakan proyek Huaihai hampir dikuasai, dan mengatakan Panglima Jin sudah berhenti menargetkan Keluarga Tan. Semuanya tampak optimis waktu itu, tapi sekarang...
Dia seketika merasa sangat khawatir.
“Direktur Mu, maaf, saya mau menelepon Tan Yan dulu.” Katanya sambil menjaga ketenangan.
Mu Yifeng mengangguk, berkata, “Silakan.”
Qin Qian segera mengambil ponselnya dan langsung menghubungi nomor Tan Yan.
Biasanya Tan Yan selalu langsung mengangkat teleponnya, tapi kali ini dering telepon berlangsung lama baru diangkat, dan yang mengangkat bukan Tan Yan.
“Nyonya Direktur Utama.”
Sekretaris Tan Yan memanggil dengan hormat.
Qin Qian bertanya, “Di mana Direktur Tan?”
Sekretaris menjawab, “Direktur Tan sedang menghadiri rapat penting dan tidak bisa mengangkat telepon. Beliau meminta saya menyampaikan bahwa akan menghubungi Anda kembali nanti.”
“Dulu Tan Yan sering mengangkat teleponnya saat rapat, sepertinya, ada sesuatu yang benar-benar terjadi di Perusahaan Tan saat ini...”
Qin Qian lalu bertanya dengan nada serius, “Sekretaris Ren, aku ingin tahu apakah perusahaan proyek Huaihai sudah berhasil dikuasai?”
“Graaah, ini...”
“Tolong jawab aku dengan jujur.”
Setelah beberapa saat ragu, sang sekretaris akhirnya berkata, “Iya, Nyonya Direktur Utama... Karena tidak ada bank yang mau mendukung kami untuk mengambil alih proyek Huaihai, kali ini kami kehilangan kualifikasi untuk ikut tender proyek Huaihai, dan proyek Huaihai sekarang sudah dimenangkan oleh perusahaan asing...”
Qin Qian terpaku cukup lama.
Sang sekretaris menghela napas pelan dan bertanya, “Apakah Nyonya Direktur Utama masih ada perintah lain?”
“Ti-Tidak, tidak ada lagi...” jawab Qin Qian dengan gugup.
Sekretaris itu berkata, “Kalau begitu saya akan melanjutkan pekerjaan...”
“Baik...”
Setelah menutup telepon, Qin Qian butuh beberapa detik baru menurunkan ponsel dari telinganya.
Mu Yifeng yang melihat ekspresi Qin Qian berkata penuh perhatian, “Jika kau perlu pulang, aku bisa mengatur pesawat pribadi untuk mengantarmu...”
Saat ini tentu saja dia ingin menemani di sisinya...
Tapi...
Ini tiba-tiba menjadi kesempatan emas, momen di mana dia bisa membuat Tan Yan mulai kecewa padanya secara wajar...
Karenanya, dia menarik napas dalam-dalam dan berkata dengan tenang, “Aku tidak pulang... Urusan ini akan kubiarkan berlalu...”
“Baik, kalau ada kebutuhan apapun, jangan ragu untuk bilang padaku.” Setelah berkata demikian, Mu Yifeng melihat arlojinya lalu bangkit dari sofa. “Masih ada urusan, aku akan kembali ke perusahaan dulu...”
“Baik.”
……
Setelah kepergian Mu Yifeng, Qin Qian tetap terpaku menyandar di sofa.
“Dia awalnya benar-benar mengira Komandan Jin sudah menyerah menargetkan Keluarga Tan, ternyata sekarang Komandan Jin tidak menyerah, ia hanya pura-pura menjaga jarak……”
Dia sangat khawatir dengan Tan Yan, sangat takut Komandan Jin akan mengincarnya lagi…… Sayangnya saat ini dia tidak bisa kembali ke sisinya, bahkan terpaksa memanfaatkan urusan ini untuk menciptakan jarak antara dirinya dengan Tan Yan……
