Mengikuti karakternya, hari ini pun pasti akan merangkulnya kan?
Tapi sebenarnya ini sudah mencapai tujuan yang ia inginkan...
Karena, ia sangat memahami suaminya. Ia tahu hanya dengan proses bertahap, sang suami tak akan mencurigai.
Setelah kejadian kali ini, benih keraguan telah tertanam di relung hatinya. Selanjutnya hanya perlu satu ledakan besar lagi, maka ia akan sukses menciptakan jarak di antara mereka...
"Nyonya Muda, sudah sampai rumah!"
Teriakan supir menyadarkan Qin Qian dari lamunannya.
Ia turun dari mobil, linglung memasuki Rumah Keluarga Qin.
……
Pasangan Suami Istri Tan yang duduk di sofa melihatnya, ekspresi wajah mereka terlihat rumit.
Qin Qian berjalan mendekat, memanggil dengan hormat, "Ayah, Ibu."
Ayah Tan menyuruh kepala rumah tangga keluar dari ruang tamu, berkata dengan suara datar, "Saat kita berdua saja, kau tak perlu memanggil kami seperti ini dengan terpaksa. Aku tahu saat ini hatimu sudah membenci kami..."
Tatapan Qin Qian tenang seperti air, dia berkata datar, "Percaya atau tidak, aku tidak menyimpan dendam maupun menyalahkan kalian berdua."
Ibu Tan mendengarnya, sedikit terkejut.
Wajah Ayah Tan tetap dingin tanpa sentuhan emosi, "Tak perlu mengucapkan kata-kata manis ini... Naiklah ke lantai atas, lakukan sesuai rencana awalmu."
"Baik." Qin Qian tetap sopan membungkuk hormat kepada Pasangan Tan, baru kemudian berjalan menuju lantai dua.
Ibu Tan memandangi bayangan Qin Qian yang menjauh, berkata pilu, "Kita benar-benar memalukan, menggunakan cara licik seperti ini untuk memaksanya meninggalkan Yan'er. Tapi anak ini ternyata tidak menyalahkan kita..."
Ayah Tan menghela napas, "Sebenarnya aku juga percaya dia tidak menyimpan dendam. Hanya saja aku harus berpura-pura kejam agar bisa melindungi Yan'er, menjaga bisnis 100 tahun keluarga Tan..."
Ibu Tan mengangguk pasrah, "Ya..."
……
Saat Qin Qian kembali ke kamar, dia melihat Tan Yan berdiri di depan jendela kaca kamar, seolah tenggelam dalam pikirannya sendiri. Bayangan jangkungnya terlihat begitu sepi.
Qin Qian menunduk, melangkah perlahan mendekatinya.
Tan Yan tidak menoleh, berbicara dengan tenang, "Sudah pulang..."
Suara lembut Qin Qian terdengar, "Ya."
"Gunung Boming hari ini luar biasa indah. Bulan purnama ke-15 memancarkan cahaya bulan yang terang, menyinari seluruh Gunung Boming hingga nampak indah tak bercela." Ucap Tan Yan perlahan.
Barulah Qin Qian mengangkat pandangannya, menatap ke arah jendela kaca.
Benar, saat pulang tadi ia tak menyadari, Gunung Boming malam ini memang sangat memesona...
Cahaya bulan bagai perak, menyelimuti seluruh Gunung Boming dengan lingkaran cahaya yang indah.
"Maaf, bulan yang bulat sempurna ini melambangkan reunifikasi keluarga, tapi aku malah menghabiskan hari di luar sampai baru pulang sekarang." Ia sudah menangkap maksud Tan Yan, mengucapkan permintaan maaf.
Barulah sosok tegap Tan Yan berbalik badan.
Namun, di matanya tak ada celaan maupun kemarahan, hanya kepedulian seperti biasa.
Qin Qian menatapnya, berusaha menunjukkan penyesalan dan menyalahkan diri. "Ayah Ibu pasti marah lagi karena ini, sedangkan kau pasti sudah membelaku di hadapan mereka..."
Tan Yan menatap tajam ke arahnya, kelembutan tak terbendung di balik sorot matanya. "Bukan kukehendaki kau tak boleh keluar, hanya pulang selarut ini selain memancing kritik Ayah Ibu, juga membuatku khawatir."
"Aku mengerti, mulai sekarang tak akan kulakukan lagi..." Qin Qian meminta maaf dengan sungguh-sungguh, baru melanjutkan penjelasan, "Hari ini benar-benar terjadi insiden tak terduga. Aku dan Direktur Mu terjebak di atap restoran, baru bisa diselamatkan setelah tim pemadam datang..."
“Terjebak?” Kening Tan Yan berkerut. Qin Qian mengangguk, saat ini seperti anak yang sedang menceritakan penderitaannya. "Acara penyambutan untuk Direktur Mu diadakan di kafe lantai atas XX. Saat itu kami baru selesai makan siang dan sedang bersiap pergi, tiba-tiba karyawan restoran memberitahu bahwa ada kebakaran di bawah kantor. Sekarang kobaran apinya agak berbahaya, kami tidak diizinkan turun tangsa sekarang,
Berharap kita bisa menunggu sampai pemadam kebakaran datang, setelah api berhasil dipadamkan baru bisa pergi melalui tangga darurat..."
Mendengar itu, Tan Yan dengan gugup merangkul kedua lengan Qin Qian, mengamatinya dari kejauhan, "Kau baik-baik saja?" "Aku baik-baik saja, tapi saat itu sempat kaget karena dari nada suara karyawan kita bisa mendengar kobaran api cukup genting... Syukurlah, saat itu Direktur Mu memberiku banyak hiburan, hatiku pun perlahan tenang... Namun kobaran api menyebar cepat, saat mobil pemadam datang, api sudah menjilat keluar dari bawah restoran, membuat kita tak bisa turun melalui tangga darurat, hanya bisa menanti kobaran api dipadamkan... Saat itu aku ingin meneleponmu, tapi sinyal tiba-tiba memburuk, akhirnya aku mengirim pesan bahwa aku akan pulang terlambat... Dalam pesan sengaja tak kusebut situasi di sini, karena takut kau khawatir... Awalnya kukira setelah api terkendali aku bisa keluar dari sini, meski agak terlambat, setidaknya bisa bergegas kembali sebelum makan malam, tapi siapa sangka petugas pemadam mengatakan ada bahan peledak berbahaya di bawah, perlu diselidiki, untuk mencegah ledakan mendadak saat turun tangga darurat, mereka meminta kita menunggu hingga bahan berbahaya selesai diinvestigasi... Begitulah, aku dan Direktur Mu terjebak di restoran lantai atas sampai malam... Begitu lepas, aku langsung bergegas kembali..." Qin Qian "jujur" menceritakan situasi saat itu secara detail, meski sebenarnya
Semua ini adalah skenario yang telah lama dirancang dalam pikirannya.
Tentu saja, restoran di lantai atas itu memang mengalami kobaran api saat mereka makan siang hari ini, hanya ketidakmampuan turun tangga adalah karangannya, karena situasi saat itu sebenarnya tidak terlalu berbahaya.
Saat mengetahui ada kebakaran di bawah kantor, dia meminta Mu Yifeng untuk bekerja sama tinggal di lantai atas ini sepanjang sore. Tujuannya agar kelak di hadapan Tan Yan, ia bisa secara gamblang mengungkapkan "perasaan" antara dirinya dengan Mu Yifeng, sehingga Tan Yan percaya bahwa hubungan mereka muncul setelah melewati ujian bersama kali ini. "Sudahlah..." Sebenarnya Tan Yan sama sekali tidak bermaksud menyalahkan Qin Qian. Mendengar risiko yang dihadapinya siang itu, seluruh butir hatinya seolah dicengkeram, membuatnya lupa pada sosok Mu Yifeng, lalu merangkulnya dalam pelukan. "Maaf, tadi nada suaraku di telepon kurang baik, tapi sama sekali bukan maksudku untuk—"
—menyalahkanmu. Saat itu hanya ingin membuatmu sedikit tegang memikirkanku..." Qin Qian mendongakkan kepala, menatap wajahnya yang tulus memohon maaf. "Aku tahu kau tidak marah, tapi sungguh aku merasa bersalah... Siang kita janji makan bersama, tapi aku sudah membatalkannya. Malam ini berjanji pulang cepat, malah baru sampai setelah makan malam, sampai harus membuatmu lagi-lagi membelaku di hadapan Ayah—"
—dan Ibu..."
Tan Yan menggeleng, kedua tangannya erat memeluk pinggulnya, napas hangat dari hidungnya menyentuh daun telinganya, tak rela melepas aroma khas yang hanya ada pada tubuhnya. "Ini salahku yang terlalu sibuk belakangan, jarang bisa menemanimu. Seharusnya tadi pagi aku yang menemanimu menemui Direktur Mu..." Qin Qian menutup mata, tenggelam dalam rasa puas dibungkus seluruh tubuhnya, berbisik lembut, "Tak mengapa, urusan di depan matamu yang lebih genting untuk ditangani..."
