"Ia ternyata sama sekali tak memberitahunya, dan dia yang ceroboh juga tak menyadari kelelahan yang ia alami beberapa hari ini... Qin Qian menyalahkan diri dalam relung hati."
"Baik, aku tahu. Tolong rawat ia dengan baik untukku."
"Tentu saja... Kurasa malam ini ia takkan bangun. Aku akan menyelesaikan pekerjaan yang tersisa untuknya," kata An Ran.
"Baik, terima kasih," ucap Qin Qian penuh syukur.
"Tak perlu sungkan. Bagaimanapun, sekarang aku dan Direktur Tan berada di perahu yang sama," kata An Ran dengan kelembutan.
"Ya," Qin Qian membalas dengan senyuman. "Kalau begitu... sampai bertemu lagi."
"Sampai bertemu."
Setelah memutuskan sambungan, barulah Qin Qian melihat foto Tan Yan yang tertidur yang dikirim An Ran.
Tan Yan menyandarkan diri di sandaran kursi ruang kerja, penampilan tidurnya tenang, namun raut wajahnya menunjukkan kelelahan, keningnya sedikit berkerut.
Terlihat jelas, bahkan dalam mimpi pun ia tak bisa tidur dengan nyenyak.
An Ran sangat perhatian, mengalungkan mantel jas Tan Yan di tubuhnya untuk menghindari masuk angin, namun Qin Qian menangkap detail lain...
Di dahi Tan Yan tampak samar-samar bekas lipstik.
Meski tak jelas betul, Qin Qian bisa mengenali itu bekas bibir...
Seketika, hati Qin Qian berdebar kencang.
Pasti itu bekas lipstik An Ran, karena warna lipstik yang dipakai An Ran persis sama dengan yang ada di dahi Tan Yan...
Mengapa ada bekas bibir An Ran di dahi Tan Yan?
Dia sama sekali tak meragukan Tan Yan...
Jadi apakah... ini karena An Ran menciumnya saat Tan Yan tertidur?
Tapi kalau begitu, mengapa An Ran menunjukkan foto ini padanya? Bukankah seharusnya An Ran takut jika adegan ini terlihat olehnya?
Mengapa ini terjadi?
Ataukah An Ran sengaja ingin memperlihatkan adegan ini padanya?
Apa maksud tersembunyi An Ran?
……
Keesokan harinya pagi-pagi.
Tan Yan terbangun karena silau cahaya.
Setelah tidur di kursi semalaman, tubuhnya agak kaku. Saat hendak bangun untuk meregangkan badan, ia melihat An Ran tertidur di atas meja dengan puluhan laporan data yang mereka analisis semalam masih tersebar di bawah sikunya.
Semua laporan ini kini telah memiliki catatan analisis, artinya ia tak perlu lagi memeriksanya sendiri, cukup membaca anotasi tersebut...
Tan Yan seketika mengerutkan alis. Ia tahu menganalisis semua data ini membutuhkan setidaknya tiga hingga lima jam, yang berarti An Ran tidak tidur semalaman...
Persis saat itu, An Ran perlahan terbangun dari tidurnya. Melihat Tan Yan, ia terlihat canggung, "Kau sudah bangun..."
"Semalam aku berjanji mengantarmu pulang istirahat, tapi malah tertidur... Maaf." Suara Tan Yan kali ini terdengar lebih lembut dari biasanya saat berbicara dengan An Ran.
An Ran bangkit, merapikan rambutnya yang berantakan sambil menggeleng lembut, "Tak perlu minta maaf. Justru aku yang harus meminta maaf... Karena semalam aku menambahkan sedikit obat penenang ke dalam kopimu."
Tan Yan menurunkan pandangannya, bertanya, "Kenapa melakukan ini?" Pantas saja ia merasa semalam tidurnya sangat nyenyak, tapi harus diakuinya konsentrasinya hari ini juga menunjukkan perbaikan signifikan.
An Ran menatap Tan Yan, melaporkan sejujurnya, "Akhir-akhir ini kau terus begadang, aku benar-benar khawatir tubuhmu kewalahan... Tapi aku tak bisa membujukmu, mau tak mau menggunakan cara seperti ini untuk memaksamu istirahat, lagipula kesehatanmu sekarang berkaitan dengan grup perusahaan An kami."
"Aku tidak ingin hal seperti ini terulang lagi." Tan Yan memperingatkan tanpa nada ketidaksenangan.
An Ran mengangguk, "Tidak akan... Aku yakin setelah istirahat semalam, tenaga fisikmu sudah mulai pulih."
Tan Yan meraih mantel jasnya. "Aku menyuruh kepala rumah tangga mengantarmu bersiap-siap!"
"Baik." An Ran seketika mengikuti di belakang Tan Yan.
Saat meninggalkan ruang kerja, mereka berpapasan dengan kepala rumah tangga. Tan Yan lalu memerintahkannya membawa An Ran ke kamar mandi.
"Ngomong-ngomong, Yan... Qianqian meneleponmu semalam." Ketika kepala rumah tangga berjalan di depan untuk menunjukkan jalan, An Ran berbisik pada Tan Yan.
Ekspresi Tan Yan langsung muram.
An Ran meminta maaf, "Saat itu takut membangunkanmu, aku yang mengangkatnya... Aku juga mengirim foto saat kau tertidur ke Qianqian, yakin dia tak akan salah paham."
"Dia TIDAK AKAN salah paham." Melempar kalimat itu, Tan Yan mengeluarkan ponsel dari saku jasnya, menekan nomor telepon Qin Qian.
Melihat situasi ini, An Ran diam-diam mengikuti langkah kepala rumah tangga.
……
"Kau sudah bangun? Sekarang jam baru lewat tujuh pagi waktu Tiongkok..."
Mendengar suara Qin Qian di ujung ponsel yang sama sekali tak ada kelainan, Tan Yan sedikit lega dalam hati. "Memang sudah bangun sendiri."
"Kau sudah begadang beberapa hari berturut-turut, masa tak memberitahuku... Kau anggap tubuhmu ini tembok baja ya?" kekhawatiran terdengar dalam suara Qin Qian.
"Usiaku masih muda, begadang beberapa kali tak masalah." jawab Tan Yan datar.
Qin Qian bergumam, "Yang benar saja, Direktur Tan... Sekarang kau sudah jadi paman berumur, masih mengira diri pemuda tujuh tahun lalu?"
"Paman berumur?" Alis Tan Yan terangkat, sepertinya tak puas dengan sebutan ini.
"Tentu... Di drama Korea bilang, pria di atas tiga puluh tahun sudah pantas dipanggil paman. Jadi kau sudah lama masuk kategori..." Qin Qian menjelaskan dengan serius.
Tan Yan kehabisan kata. Beberapa detik kemudian, bibir tipisnya bergerak pelan, "Kurangin nonton drama Korea."
"......" Kali ini giliran Qin Qian yang terdiam. Setelah beberapa saat, dia mengalihkan topik, "Karena masih pagi, cepatlah kau istirahat lagi..."
Tan Yan tiba-tiba bertanya dengan serius, "Aku ingin tahu apakah kau marah karena aku dan An Ran semalam bersama sepanjang malam di ruang kerja?"
Qin Qian membeku. Benar-benar pria rendah EQ, bicaranya selalu langsung ke inti. "Aku tidak marah."
"Beneran?" Meski EQ-nya rendah, Tan Yan paham bahwa wanita selalu mulut dan hati tak sejalan.
Qin Qian tak tahan kesal, "Tentu beneran! Kau kira aku wanita picik?"
Sudut bibir Tan Yan melengkung samar, hanya tersenyum tanpa kata.
Qin Qian kembali serius, "Sudahlah, tak boleh ganggu istirahatmu... Telepon aku kalau ada waktu..."
“Tan Yan menahan senyum. \"Aku tidak akan istirahat, setelah selesai mandi langsung pergi ke perusahaan.\"”
“Hei, apa kau benar-benar tidak bisa berhenti sejenak untuk istirahat?” ujar Qin Qian dengan perasaan tersayat hati.
Tan Yan menjawab datar, \"Semakin lama aku istirahat, semakin lama pula waktu kita terpisah... Sekarang aku hanya ingin segera menjemputmu kembali ke sisiku.\" Meski Tan Yan bukan ahli merayu, namun kata-kata sederhananya justru lebih menunjukkan kedalaman perasaannya, membuat Qin Qian terharu. \"Baiklah, kau harus menjaga diri baik-baik... Sudah kuminta Nona An mengawasimu. Jika kau tetap begadang seperti ini, maka aku dan janin di perutku"
"juga akan ikut begadang bersamamu, lihat apakah hatimu tidak tersiksa...\""
Tan Yan gelengkan kepala sambil terkekeh kecil, \"Tak ada yang bisa kulakukan terhadapmu... Aku tidak akan begadang lagi!\""
Qin Qian tampak puas, berkata dengan riang, \"Sayang, sekarang mandilah... Ingat harus benar-benar menjaga diri!\""
\"Ya.\"
……Setelah selesai mandi, Tan Yan turun dari lantai dua. Dari kejauhan, ia melihat bayangan yang sangat mirip Qin Qian, membuatnya tertegun sesaat. Setelah turun, barulah ia sadar bayangan itu adalah An Ran.
