Keesokan harinya.
Qin Qian memberitahu ibu angkatnya akan pulang ke Kota C, namun ditentang sang ibu.
“Belum lagi kau sedang hamil sekarang, sama sekali tidak pantas naik pesawat jarak jauh. Meski tak hamil pun, sekarang aku tak mengizinkanmu pulang... Jin Yun meneleponmu, jelas-jelas punya maksud. Siapa tahu apakah dia sengaja memancingmu ke Kota C?” Shu Lan berkata dengan khawatir. “Menurutku Jin Yun tidak sengaja memancingku ke Kota C.” Qin Qian menganalisis dengan tenang. “Pertama, dia tak berani melukai aku. Dia sangat paham, jika benar-benar melakukannya, Xiao Ying tak akan membiarkannya. Kedua, dia tidak tahu bahwa aku dan Tan Yan pura-pura berpisah. Sekarang dia seharusnya sudah kehilangan
rasa dengki padaku, jadi meski ingin balas dendam pada Tan Yan, sasarannya pasti An Ran.”
“Bahkan jika demikian, demi fisikmu, aku tak izinkan kau naik pesawat.” Shu Lan berkata dengan tegas.
Qin Qian wajahnya muram. “Ibu, kau tahu situasi aku dan janin di perut masih tergolong baik, perjalanan pesawat tak akan mempengaruhi...”
Mata coklat Shu Lan yang teguh tak ada celah kompromi, nada datarnya berbunyi, “Kau melupakan pencerahan dokter, katanya fisikmu lemah, jadi janin di perut jangan sampai ada urusan, karena jika terjadi kejadian tak terduga, akan menyebabkan dampak besar bagi tubuhmu.”
“Aku tak melupakan, jadi aku akan berusaha sangat keras memperkuat fisikku, melindungi janin di perutku. Kau sama sekali tak perlu khawatir tentang penerbangan ini, karena aku akan berbaring dengan patuh...” Qin Qian berusaha meyakinkan. Shu Lan tetap menggelengkan kepala. “Tak ada celah kompromi untuk urusan ini... Qianqian, Ibu ini egois. Ibu tak mau kau menghadapi bahaya selama masa kehamilan. Ibu hanya ingin kau tinggal di sini dengan tenang, memulihkan tubuh dan janinmu. Baru setelah Tan Yan datang menjemput, Ibu bisa tenang... Mengenai ayahmu
, kau bisa menyuruh orang ke penjara untuk menyelidiki.”
“Tapi Inspektur Cheng berharap aku datang...” Qin Qian menekankan.
Shu Lang segera menyangkal, ”Itu karena Inspektur Cheng mengira kau masih di Kota C! Jika tahu kau di Prancis, dia tak akan memintamu ke penjara!”
Qin Qian terdiam membisu.
Shu Lan menuntun Qin Qian duduk di sofa, menasihati dengan sungguh-sungguh, ”Ibu tahu kau khawatir tentang ayahmu, tapi kau juga harus memperhatikan dirimu sendiri. Apalagi kita tak tahu tujuan Jin Yun ini. Tinggal di Paris adalah yang teraman...”
Qin Qian menundukkan kepala, tatapannya muram.
Sebenarnya apa yang Ibu katakan bukannya tidak terpikir olehnya. Hanya saja saat ini dia benar-benar cemas akan kondisi ayahnya...
Meski ayahnya tak membesarkannya hingga dewasa, dia selalu ingat sang ayah tak bersalah. Juga tak pernah lupa kasih sayang ayah sebelum masuk penjara...
Jadi, dia tidak mengizinkan ayahnya mengalami masalah lagi, apalagi mengizinkan siapa pun yang berusaha menyakiti ayah. Melihat Qin Qian diam, Shu Lan melanjutkan bujukan, "Tan Yan menempatkanmu di Prancis tujuannya agar tak ada hal yang menimpamu. Jika kau nekat pergi ke Kota C sekarang dan terjebak skenario Jin Yun, bagaimana aku bisa bertanggung jawab pada Tan Yan? Jadi daripada kau langsung pergi, lebih baik cari orang yang bisa membantumu menyelidiki
sampai tuntas urusan ini. Jika sudah dipastikan ayahmu benar-benar akan divonis hukuman seumur hidup, baru kau ke Kota C juga tidak terlambat..."
Qin Qian terlihat tersentuh, menggigit bibir bawahnya dengan lembut sebelum mengangkat kepala.
Shu Lan merasa puas melihat reaksinya. "Akhirnya kau mau memikirkan diri sendiri..."
"Tapi jika karena aku di Kota C ayah sampai celaka, aku pasti akan membenci diriku sendiri..." Qin Qian berkata dengan sedih.
Shu Lan membelai lembut punggung Qin Qian menghibur, "Anak bodoh, kau harus pahami. Andai ayahmu tahu kondisimu sekarang, pasti dia juga tak ingin kau kembali ke Kota C menemuinya. Karena di mata kami, tak ada yang lebih penting darimu..."
Mengingat Jin Yun yang telah beberapa kali mengancam di hadapannya, Qin Qian terpaksa mengakui kebenaran perkataan ibu dalam hati...
Benar, dugaan bahwa Jin Yun tak berani menyakitinya hanyalah asumsi. Jika Jin Yun benar-benar kehilangan kemanusiaan, bisa saja dia terperangkap dalam jebakannya. Daripada mengambil risiko, lebih baik tinggal di Paris menunggu hasil investigasi sebelum kembali ke Kota C.
“Baik, aku akan menelepon Qingyou.” Qin Qian akhirnya berhasil dibujuk ibu angkatnya. Ia mengambil ponsel dan mulai menekan nomor telepon Gu Qingyou.
Shulan baru bisa menghela napas lega. “Dengan kemampuan Direktur Jiang, suami Qingyou, aku yakin menyelidiki urusan ini sama sekali tidak sulit...”
“Ya.” Hanya saja di saat seperti ini ia tak bisa menemani ayahnya, membuatnya merasa sangat durhaka.
Shulan yang memahami Qin Qian langsung menebak isi hati putrinya. “Aku yakin ayahmu tidak akan kenapa-kenapa. Lagipula selama lebih dari 20 tahun di penjara dia selalu menjaga kesepakatan. Bagaimana mungkin tiba-tiba dia melakukan kesalahan sampai harus menghadapi hukuman seumur hidup?”
“Yang kutakutkan ada yang menjebak...” jawab Qin Qian. Seperti ketika Pasangan Tan menggunakan ayahnya untuk mengancamnya dulu—di Kota C, terlalu banyak orang seperti Pasangan Tan yang bisa mengendalikan nyawa ayahnya...
“Justru karena itu kau tidak boleh langsung terbang ke Kota C. Jika ada yang ingin menyerang ayahmu, pasti sasarannya adalah dirimu...” Shulan berbicara dengan serius.
Qin Qian mengangguk setuju. Di saat bersamaan, teleponnya pun tersambung...
“Qianqian.”
Dari ujung lain terdengar suara lembut Gu Qingyou.
Qin Qian tersipu malu. “Qingyou, maaf mengganggumu saat istirahat... Sebenarnya ada sesuatu yang ingin kuminta tolong.”
“Sudah kubilang jangan terlalu resmi denganku... Sebelumnya juga kukatakan, selama kau membutuhkan bantuan, langsung saja telepon aku.” Jawab Gu Qingyou.
Qin Qian sangat tersentuh, relung hatinya dipenuhi kehangatan. "Begini, semalam Jin Yun meneleponku..." Ia langsung memaparkan seluruh isi percakapannya dengan Jin Yun kepada Gu Qingyou secara detail.
……
Gu Qingyou telah berjanji akan menyuruh Jiang Jun mengirim orang menyelidiki urusan ini sampai tuntas. Dengan syarat begitu ada informasi, langsung memberi kabar ke Qin Qian. Karenanya saat ini Qin Qian terpaksa menunggu hasil dengan sabar.
Namun proses menanti terasa panjang dan menyiksa. Meski tubuh Qin Qian lelah, ia tak mau beristirahat. Ia khawatir jika Gu Qingyou menelepon selama ia tidur...
Akhirnya, ponselnya bergetar...
Qin Qian mengira itu Gu Qingyou, langsung mengangkat telepon tanpa pikir panjang. Tak disangka, peneleponnya bukan Gu Qingyou, melainkan An Ran.
Qin Qian membeku sejenak. "Nona An?"
Suara An Ran terdengar malu-malu, "Maaf mengganggumu, Qianqian..."
"Tak apa... Ranran, ada keperluan?" Panggilan akrab An Ran membuat Qin Qian pun mengubah sapaan, mengurangi jarak di antara mereka layaknya sahabat.
"Begini... Eh, jangan salah paham dulu. Aku hanya melihat Tan Yan mabuk, mau membantunya ganti baju, jadi meneleponmu..." kata An Ran dengan canggung. "Tan Yan mabuk?" Qin Qian kaget, "Apa ada acara bisnis malam ini?"
