Melihat Qin Qian duduk di sofa sambil menahan dahi khawatir, Shulan menghiburnya, “Jika ayahmu tak membunuh, yakinlah polisi akhirnya akan mengembalikan keadilan untuknya. Jangan terlalu khawatir…”
Qin Qian menutup matanya dengan berat. "Mama, Pak Cheng akan menyuruhku segera ke penjara, artinya urusan ini sangat serius... Aku tak berani berpikir positif, hanya berharap Qingyou bisa segera memberi jawaban, agar aku bisa mengambil tindakan."
"Dulu setiap kau bicara tentang ayahmu, selalu bilang dia sangat menyayangimu. Sejujurnya, ayah baik seperti itu tak mungkin melakukan pembunuhan. Apalagi kau pernah bilang ayahmu dulu juga difitnah..." Shu Lan duduk di sebelah Qin Qian sambil menghela napas.
Qin Qian baru membuka matanya, dalam mata terlihat kepedihan. "Sejak aku lahir, Mama langsung meninggalkan Ayah. Ayah yang merawatku sampai usia delapan... Tiba-tiba suatu hari, polisi datang ke rumah kami, bilang Ayah membunuh orang, dan yang dibunuh adalah Mama sendiri..."
"Apa?" Shu Lan membeku sejenak, memandang Qin Qian dengan keterkejutan. "Ayahmu dituduh membunuh ibu kandungmu?"
"Maaf, sebelumnya aku tak pernah cerita pada Ibu." Qin Qian menoleh ke ibu angkatnya dengan wajah muram.
Shu Lan menggelengkan kepala, matanya berkaca-kaca. "Kau tak pernah cerita, aku juga tak tahu. Rupanya ayahmu dituduh membunuh... Pantas saja kau tak pernah sebut ibu kandungmu."
"Maafkan aku." Qin Qian meminta maaf lagi. "Dulu tak kuberi tahu, karena ini adalah kenangan yang tak ingin kuingat lagi..."
“Aku bisa mengerti, takkan kesal... Hanya, bagaimana mungkin ayahmu dituduh membunuh ibumu?” Shu Lan mengerutkan alis berkata. Qin Qian memandangi ibu angkatnya dengan tatapan pilu, berkata sejujurnya, “Aku juga tak paham urusan ini. Yang kuketahui, setelah Ibu dan Ayah berpisah dulu, mereka lama tak berhubungan. Tiba-tiba suatu hari polisi datang, bilang Ayah sengaja membunuh karena benci akibat cinta yang bertepuk sebelah tangan,
lantaran Ayah tak izinkan Ibu bersama pacar barunya...”
“Lalu kenapa kau yakin Ayahmu difitnah?” Shu Lan bertanya lagi. Qin Qian menjawab tenang, “Sebab saat polisi mengajakku mengunjungi Ayah di penjara, Ayah bilang dia tak membunuh. Dia juga tak tahu kenapa semua bukti menunjukkan dialah pembunuh Ibu. Katanya hari itu cuma ingin menemui Ibu... Aku percaya ucapan Ayah. Dia takkan pernah menipuku. Dia orang baik yang berhati lembut dan jujur. Sungguh dia korban fitnah... Sayangnya semua bukti mengarah padanya. Waktu itu aku masih kecil, tak bisa membantu... Seiring waktu, bukti yang bisa membersihkan nama Ayah
sudah musnah. Jadi saat aku punya kemampuan untuk membantunya, semuanya sudah terlambat.”
“Sepertinya ada yang sengaja memfitnah Ayahmu,” simpul Shu Lan.
Qin Qian mengangguk, “Aku juga selalu berpikir begitu. Tapi siapa gerangan orangnya, bahkan Ayah sendiri tak tahu.”
“Kalau begitu, pembunuhan yang dilakukan ayahmu kali ini memang mungkin lagi dijebak, karena ayahmu sama sekali tidak akan bunuh-bunuhan.” Kata Shu Lan.
“Tapi siapa yang tega menjerumuskan ayahku seperti ini?” Qin Qian mengerutkan alisnya, kebingungan luar biasa.
Shu Lan menganalisis, “Mungkinkah orang yang dulu menjebak ayahmu itu?” “Aku tidak tahu, tapi kalau benar orang itu, kenapa setelah bertahun-tahun masih mau menjebak ayahku? Ada apa dendam kesumat antara dia dan ayahku? Lalu, apa maksud Jin Yun sampai-sampai meneleponku khusus? Aku tak percaya dia cuma menganggapku sebagai orang terbuang di ujung dunia...” Pikiran Qin Qian
kacau balau, ingin merapikan alur logika, malah semakin ruwet.
Shu Lan segera menenangkan, “Jangan overthinking dulu, tunggu balasan Qingyou dulu... Mungkin urusannya tak serumit yang kau bayangkan.”
Qin Qian menggigit bibirnya dengan lembut, sorot matanya muram.
……
Tak lama kemudian, Gu Qingyou mengirim pesan ke Qin Qian.
Pesan itu berisi video yang disebutkan Gu Qingyou sebelumnya.
Begitu selesai menonton video, Qin Qian langsung terpaku di tempat.
Shu Lan yang menyaksikan video itu juga terdiam lama, baru tersadar dan bertanya, “Orang dalam video ini... Kau yakin ini ayahmu?”
Qin Qian mengedipkan mata merah, tidak menjawab sang ibu angkat, hanya bergumam gugup, "Inti dirinya tak mungkin... Bagaimana mungkin Ayah melakukan pembunuhan... Ini benar-benar tak mungkin..." Usai bicara, air mata telah mengaburkan penglihatannya. Shu Lan yang melihat ini telah menemukan jawaban, hanya bisa membujuk, "Jika Qingyou mendapatkan Video dari polisi, berarti rekaman ini pasti asli. Sekarang kau harus tenang, menyelidiki motivasi ayahmu membunuh... Karena jika dipaksa, mungkin masih ada
celah kompromi."
Qin Qian masih terpaku menatap sosok ayah dalam Video. Tiba-tiba, ia menyeka air mata, mengerutkan alis, bertanya ragu, "Ibu, takkah kau perhatikan? Saat Ayah mengambil sikat gigi dan menusuk tahanan itu, gerak tubuhnya seperti lepas kendali?"
"Ada?" Shu Lang segera mendekat, mengamati dengan seksama.
Qin Qian ikut meninjau ulang, lalu menyadari kondisi ayahnya yang semakin jelas kehilangan kendali.
Setelah pengamatan teliti, Shu Lan berkata serius, "Ayahmu memang terlihat seperti tak menguasai gerak tubuhnya, tapi polisi mungkin menganggapnya hanya terlalu agresif saat membunuh..."
Qin Qian langsung menggeleng, berkata tenang, "Ayahku selama ini adalah pribadi kalem. Ia jarang bertindak terpancing emosi. Inti dirinya tak mungkin membunuh hanya karena konflik kecil..."
"Tapi..." Shu Lan berdehem pelan, akhirnya berkata ragu, "Dalam Video ini jelas ayahmu, bukan?"
“Apa ayahku mungkin dikendalikan oleh obat-obatan tertentu?” Pikiran Qin Qian berputar cepat. Shu Lan seketika melotot, “Benar, ini bukan hal yang tidak mungkin... Beberapa hari lalu aku juga melihat berita tentang obat yang bisa memperbesar emosi yang dijual di pasar gelap... Obat ini sekarang sering digunakan dalam pertandingan tinju pasar gelap... Karena obat ini bisa membuat orang mudah tersulut amarah,
dan kemarahan ini bisa diperbesar tanpa batas, menyebabkan orang tersebut melakukan hal-hal yang lepas kendali...”
“Bagaimanapun, aku tidak percaya ayahku akan melakukan bunuh-bunuhan...” Qin Qian menggigit bibirnya dengan erat, mengeluarkan kata-kata tegas.
Shu Lan menghela napas pasrah, “Sayangnya ini hanya dugaan kita...”
Persis di saat itu, ponsel Qin Qian berdering.
Melihat nama Gu Qingyou terpampang di layar, Qin Qian segera menekan tombol penerimaan. “Qingyou!”
“Apakah kamu sudah menerima videonya?” Gu Qingyou bertanya penuh perhatian.
“Sudah... Apakah video ini didapat dari polisi?” Qin Qian bertanya panik. “Iya... Jadi saat ini, situasi ayahmu benar-benar tidak optimis.” Gu Qingyou berkata dengan khawatir.
