Setelah menjalani masa observasi seharian penuh di rumah sakit, Tan Yan akhirnya tak sanggup menuruti saran dokter - menunda prosedur pulang hingga besok pagi. Saat senja, ia langsung melepas infus dari tangannya, turun dari ranjang pasien, dan berganti pakaian kedatangan.
Perawat yang melihatnya gugup berkata, "Direktur Tan, Anda belum boleh pergi sekarang..."
Tan Yan dengan dingin menyahut, "Semua konsekuensi akan kutanggung sendiri. Aku harus segera keluar dari sini."
Perawat itu pasrah, akhirnya menekan tombol interkom di kamar untuk memanggil dokter.
Namun Tan Yan sama sekali mengabaikan upaya penghentian perawat. Dengan setelan jas rapi, ia langsung melangkah keluar kamar.
Untuk bisa segera bertemu Qin Qian, Tan Yan telah menyuruh supir membawa mobil yang jarang dipakainya ke rumah sakit. Dengan begitu nanti ia bisa sendiri menyetir ke hotel mencari Qin Qian, sekaligus menghindari plat nomor kendaraannya dikenali wartawan.
Namun, ketika Tan Yan menelepon Qin Qian, ternyata ponsel Qin Qian tidak diangkat. Ia pun bingung, lalu menelepon Mu Ying. Tak disangka, ponsel Mu Ying juga tidak diangkat...
Tan Yan mulai khawatir. Segera ia menghubungi Zelun, menyuruh Zelun menyelidiki hotel tempat Qin Qian menginap serta jejak Qin Qian saat ini.
Di dalam mobil, setelah menunggu sekitar sepuluh menit, telepon Zelun pun masuk.
Tan Yan kehilangan ketenangan khasnya, sedikit panik, "Bagaimana mungkin?"
Zelun berkata dengan tegas, "Sudah kuketahui Nona Qin dan Nona Mu menginap di Hotel Hilton. Namun mereka sudah check-out tiga jam yang lalu..."
"Check-out?"
"Benar, Direktur Tan... Menurut pelayan Hotel Hilton, alasan mereka check-out adalah untuk pergi ke bandara... Saya cek tiket pesawat mereka, ternyata mereka sudah terbang meninggalkan Kota C pukul tiga sore ini..."
Tan Yan gemetar.
……
Di dalam pesawat, Mu Ying yang memandang Qin Qian yang terus menatap langit biru dan awan putih di luar jendela bertanya tak mengerti, "Aku tak paham mengapa harus buru-buru kembali ke Paris? Apakah kau tak mau menetap di sini dan bertemu Tan Yan?"
Qin Qian berkata dengan datar, "Kedepannya kami akan bersama setiap hari. Tak ada artinya bertemu sekali lagi." Di kelas bisnis yang hanya berisi mereka berdua ini, percakapan mereka tak perlu sangat berhati-hati.
Mu Ying tak tahan bergumam, "Kurasa ini caramu menghindar... Kau takut jika semua ucapanku benar, jadi kau enggan verifikasi dan malah merencanakan untuk menghadapi Tan Yan..."
"Apapun yang kau pikirkan, aku sudah bilang, aku tidak mencurigainya..." Qin Qian mengatakan kebenaran. Dia memang sangat bingung mengapa Tan Yan menipunya, tapi dia percaya pada perasaan mereka. Bagaimanapun, dia tahu mereka saling mencintai dalam-dalam...
Mu Ying pasrah menyandarkan diri di sandaran kursi, napasnya terdengar Huu... Huu... "Tan Yan ini... Kalau ketemu lagi lain kali, pasti kuhajar habis-habisan!"
Qin Qian tidak melanjutkan bicara.
……
Mengetahui Qin Qian sudah kembali ke Paris, hati Tan Yan semakin dilanda rasa bersalah.
Dia tahu urusan ayahnya sudah membuatnya sangat sedih, tapi justru di saat dia paling membutuhkan, dia gagal menemani di sisinya. Pasti ada kecewa yang dalam di relung hatinya...
Hatinya sangat pedih...
Dirinya sudah berusaha keras agar mereka bisa segera bersatu, tapi malah membuatnya menderita begini...
Dia bersumpah, di masa depan, dia pasti akan melengkapi semua kekurangan ini...
"Ayah..."
Suara Miao Miao akhirnya menyadarkan Tan Yan dari lamunannya.
Melihat Miao Miao yang baru saja dijemput kepala rumah tangga dari TK, wajah dinginnya melunak. "Sayang."
Setelah kepala rumah tangga mengambil tas Miao Miao, si kecil langsung berlari mendekat.
Melihat sikap Miao Miao yang penurut dan penuh pengertian, Tan Yan mengulurkan tangan mengusap lembut rambutnya. "Ada apa?"
Miao Miao membuat ekspresi seperti anak yang dianiaya, mulut kecilnya terkunci rapat. Baru setelah itu, dengan suara lirih dia bertanya, "Ayah, aku dengar orang dewasa bilang Ayah dan Mama berpisah. Benarkah ini?"
Mendengar hal itu, alis Tan Yan berkerut dalam, suaranya terdengar berat, "Ini siapa yang memberitahumu?"
Miao Miao ragu sejenak, baru kemudian berkata, "Ini tak sengaja kudengar dari nenek dan kakek... Oh, kakak-kakak juga bilang."
"Saudari-saudari" yang dimaksud Miao Miao adalah para pembantu muda di keluarga Tan.
Mata Tan Yan menyipit, menatap Miao Miao dengan serius, "Miao Miao, Ayah jamin, Ayah dan Ibu tidak akan berpisah... Ibu hanya pergi ke Prancis menjenguk Bibi Xiao Ying, sebentar lagi dia pasti pulang..."
Miao Miao mengedipkan mata besarnya yang tak berdosa. "Benarkah? Ayah..."
Tan Yan mengusap lembut kepala Miao Miao. "Tentu benar, kapan Ayah pernah bohong padamu? Ingat? Ayah pernah bilang saat Ibu melahirkan adik, kita harus menyemangati Ibu di luar kamar bersalin..."
"Ya ya." Kerutan di kening Miao Miao perlahan menghilang, dia memeluk Tan Yan dengan gembira. "Aku percaya Ayah, Ayah tidak mungkin menipuku..."
"Ya." Tan Yan mencium kepala Miao Miao penuh kasih.
Tiba-tiba, pasangan Tan baru saja pulang dari luar.
Miao Miao berlari riang mendekati mereka, "Nenek, Kakek, Ayah bilang... Ibu akan pulang beberapa hari lagi..."
Wajah pasangan Tan berubah kaku, tak tahu harus menjawab apa.
Tan Yan berbisik lembut, "Miao Miao, sekarang waktunya mengerjakan PR..."
“Baik, Ayah.” Miao Miao sangat penurut, segera melompat-lompat menuju lantai atas.
Ibu Tan baru kemudian berkata, “Yan'er, apa yang terjadi... Dokter bilang kau perlu tetap dirawat untuk observasi, tapi kau langsung mencabut infus dan keluar dari rumah sakit... Benarkah kau tak mau tanganmu itu?” Ibu Tan hanya pergi ke toilet sejenak, saat kembali ke kamar pasien sudah mendengar dari perawat bahwa Tan Yan telah pergi.
“Tanganku sudah tidak apa-apa.” Setelah menjawab, Tan Yan langsung bangkit dari sofa hendak pergi. Melihat itu, Ibu Tan menghela napas sedih, “Yan'er, aku tahu suasana hatimu tidak baik sejak berpisah dengan Qianqian, kau juga jarang bicara dengan kami... Tapi Ayah dan Ibu benar-benar peduli padamu, kami tak ingin kau sibuk sampai mengabaikan tubuhmu sendiri, karena bagi kami, kaulah yang—”
“terpenting.”
Tan Yan mendengar itu, langkahnya tiba-tiba membeku, punggung tegaknya memancarkan hawa dingin. “Ayah, Ibu... Benarkah aku yang paling penting bagi kalian?”
Ibu Tan mengangguk kuat-kuat, “Tentu saja...”
Tan Yan tiba-tiba tersenyum lembut, lalu berkata sambil, “Sudahlah, Ibu... Aku lelah, aku mau istirahat di atas!”
Ibu Tan membeku.
Setelah Tan Yan pergi, Ayah Tan baru bersuara, “Sepertinya Yan'er masih belum bisa melupakan Qianqian... Urusannya dengan An Ran, mungkin masih jauh dari kepastian.”
Mata Ibu Tan seketika memerah, suara parau berkata, "Aku sekarang benar-benar agak menyesal telah memaksa Qianqian meninggalkan Yan'er saat itu... Aku bisa melihat, belakangan ini Yan'er sama sekali tidak bahagia, hubungannya dengan An Ran, lebih seperti demi Perusahaan Tan..."
"Benar..." Ayah Tan menghela napas panjang. Ibu Tan tersekat, "Kudengar ayah Qianqian tiba-tiba divonis hukuman seumur hidup, entah bagaimana keadaan Qianqian sekarang... Apakah janin di perutnya baik-baik saja?"
